Beberapa jam telah berlalu, kini langit sudah menunjukkan malam hari. Komplotan penjual budak ilegal itu tengah tertidur di tenda nya, dua dari mereka berjaga sembari duduk di dekat api unggun.
Aku masih mengintai mereka dari balik pepohonan. Kelihatannya, mereka telah menculik banyak perempuan dari berbagai ras untuk di jual.
Terlihat didalam kereta kuda mereka banyak sekali perempuan yang tengah terduduk dengan leher yang dipakaikan kalung besi.
Aku memakai sebuah jubah yang menutupi seluruh tubuhku, berniat menyamarkan diri. Kemudian aku beranjak keluar dari persembunyian ku. Aku berjalan menghampiri mereka.
"Selamat malam" sapa ku.
Tentu, dua orang yang berjaga itu tersentak, dan menghunuskan pedangnya padaku. Tanpa pikir panjang, salah satu pria itu langsung membuat kebisingan untuk membangunkan yang lainnya.
Tak lama, dari tenda keluar beberapa orang dengan persenjataan lengkap. Mereka langsung mengelilingiku.
Aku mengangkat tanganku, mengisyaratkan tak ingin berbuat masalah. "Yah, sepertinya kalian salah paham" kataku sembari sedikit tertawa.
"Aku tak berniat melakukan apapun. Saat ini aku tengah kehabisan makanan, dan aku lihat ada gumpalan asap dari sini, jadi aku menghampirinya" Jelasku. Mereka tak mengenaliku, aku memakai tudung jubah untuk menutupi wajahku.
Salah satu dari mereka menurunkan senjatanya. Dia berjalan satu langkah mendekatiku. "Lalu apa yang kau inginkan?" Tanyanya.
"Yah... Aku hanya mencari makanan, apa kalian punya? Kebetulan aku bawa uang" jawabku sembari mengasongkan kantong kecil berisikan koin.
Pria yang ada di depanku terlihat ragu, namun aku bisa merasakan keinginannya dengan uangku ini.
"A-apa kami bisa mempercayaimu?" Tanyanya sedikit ragu.
"Iya, tentu. Ngomong-ngomong, kalian pasti punya bos, kan? Dimanakah dia? Atau salah satu dari kalian?" Ujarku.
Pria itu menggelengkan kepalanya, lalu dia menunjuk salah satu tenda.
"Bos kami ada di sana. Saat ini dia tak bisa diganggu, dia sedang bermain dengan anak kecil" Ucap pria itu, lalu tertawa pelan.
"Dasar bos. Mentang-mentang udah gak main sama cewek, masa anak kecil mau dijadiin bahan" tambahnya.
"Anak kecil? Bahan? Gawat, aku datang terlambat" batinku.
Aku melempar kantong berisi koin itu ke udara. Seketika orang-orang yang mengapung ku langsung memusatkan pandangannya ke kantong itu. Lalu,
[Light Spin]
Seketika kepala mereka langsung terpenggal. Darah bercipratan kemana-mana. Aku membunuh mereka.
Lalu dengan cepat aku langsung berlari menuju tenda yang tadi ditunjuk. Aku masuk ke dalamnya. Ah, aku melihat pemandangan yang menjijikkan.
Seorang pria dengan jenggot yang khas, berdiri di sebuah ranjang tanpa mengenakan sehelai kain. Hanya memakai daleman saja.
Dia berniat mencabuli seorang gadis kecil bertelinga kucing.
"S-siapa kau! Penjaga!" Teriaknya.
"Percuma loh, mereka sudah mati" ucapku. Aku mendekatinya sembari menodongkannya dengan pedangku.
"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?" Tanyaku sembari menatap tajam pria itu. Aku mengeluarkan aura pembunuh, dan mengaktifkan skill Fear Intimidate milikku.
Seketika pria berjenggot itu tak bisa menggerakkan tubuhnya. Dia membeku ketakutan, dalemannya sampai basah karena mengompol.
"Aku tanya sekali lagi. Apa yang sedang kau lakukan?" Tanyaku lagi namun sedikit berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giant Guardian of Another World
Fantasy"Hmm, bagaimana ya? Awalnya aku tak berpikir akan bereinkarnasi seperti ini." Namaku Rillo Bravsword, usiaku 21 tahun. Dunia tempat asal ku mulai tercemar akibat dungeon yang bermunculan entah dari mana. Aku mati saat mencoba menyelamatkan kota dari...