"Alquran nya yang di baca Humaira, bukan wajah saya yang di baca."
"Salah sendiri punya wajah kok tampan-tampan amat, gimana Humaira nggak kepincut coba?"
Humaira Naira Putri sangat menyukai guru ngajinya yaitu Ustadz Harist Nizar Albasyir, Humaira...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ustadz Harist rumahnya dimana?" tanya Humaira, berjalan di samping Harist.
Harist dan Humaira tengah berjalan menuju rumah Humaira, sehabis dari warung tadi Harist berniat untuk mengantarkan Humaira pulang.
"Rumah saya tak jauh dari masjid." jawab Harist, yang terus menunduk tanpa menatap wajah Humaira.
"Makasih ya Ustadz Harist, udah repot-repot anterin saya pulang." ucap Humaira tak enak hati.
"Afwan."
"Afwan itu siapa Ustadz Harist?" tanya Humaira bingung.
"Afwan itu bahasa Arab yang artinya sama-sama Humaira."
Selain Afwan artinya maaf, Afwan juga bisa di artikan sama-sama. Ketika seseorang mengucap syukron yang artinya terimakasih. Bisa di balas dengan ucapan Afwan.
Humaira mengangguk paham. "Maaf Tadz, Humaira tidak mengerti bahasa Arab."
"Tidak apa-apa Humaira."
"Kalau begitu saya boleh bertanya tentang bahas Arab Ustadz?"
Harist mengangguk. "Tentu, silahkan."
"Bahasa arabnya aku cinta kamu karena Allah apa Ustadz?" pertanyaan Humaira, membuat Ustadz Harist sedikit terlonjak.
"Ana Uhibbuki Fillah." Jawab Harist dengan tenang.
"Ana Uhibbuki Fillah juga Ustadz Harist."
Mendengar itu membuat Ustadz Harist terkekeh. "Uhibbuki itu untuk perempuan, kalau uhibbuka untuk laki-laki." jelas Harist.
"Hm, jadi Ana Uhibbuka Fillah Ustadz Harist?" tanya Humaira memastikan.
Harist mengangguk.
"Ustadz Harist cinta sama Humaira?"
Harist terdiam.
"Barusan Ustadz Harist menyampaikan cinta sama Humaira, berarti sudah cinta dong?"
"Itu hanya contoh Humaira, lagi pula mana ada cinta dalam sekali pertemuan?"
"Ada kok, buktinya saya cinta sama Ustadz dalam sekali pertemuan."
Harist terdiam, memilih untuk tidak menanggapi ucapan Humaira.
***
"Terimakasih Ustadz Harist sudah repot-repot mengantarkan Humaira pulang." Kata Umi Hanum.
"Afwan Umi." ucap Harist dengan sangat sopan.
"Maaf juga kalau putri saya di pengajian bandel dan susah di atur, maklumi saja Tadz Humaira ini hanya umurnya yang dewasa tapi fikirannya masih seperti anak TK." Gurau Umi Hanum.
Harist terkekeh. "Tidak apa-apa Umi, lagi pula Humaira di pengajian baik dan sangat pendiam."
"Umi kurang yakin kalau Humaira pendiam, terlebih Ustadz Harist ini tampan. Bagaimana bisa Humaira pendiam? Kalau Humaira saja jika melihat cowok tampan sedikit saja teriak-teriak nggak jelas." Jelas Umi Hanum yang sudah sangat paham sifat putrinya ini.