BAB | 5

2.6K 121 1
                                    

Jam kini menunjukkan 09

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam kini menunjukkan 09.00 pagi, Harist tengah berada di rumah Humaira, ia menepati janjinya untuk meminta restu kepada kedua orang tua Humaira. Hanya ada Umi Hanum dan dirinya di dalam rumah, Abi Humaira tengah bekerja di luar kota juga Humaira yang  tengah bersekolah. 

“Memang apa yang kamu kagumi dari putri saya, sehingga kamu ingin menjadikan putri saya istri kamu?” tanya Hanum.

“Tidak ada alasan saya untuk mengagumi Humaira, saya hanya ingin menyempurnakan rasa kagum saya, di dalam ikatan yang sah.” jawab  Harist.

Mendengar jawaban itu Hanum tersenyum, sungguh ia tak menyangka jika putrinya Humaira bisa mengambil hati seseorang yang putrinya cintai dalam waktu singkat. “Apa kamu mencintai putri saya?”

“Saya memang belum mencintai Humaira, tapi saya janji. Saya akan membuka perasaan saya dan saya akan selalu menyayangi dan menjaga Humaira.”

“Ustadz tahu Humaira begitu mencintai Ustadz Harist, setiap malam ia selalu menceritakan Ustadz dan hari ini saya sangat bersyukur karena cinta Humaira akhirnya  terbalaskan oleh Ustadz Harist.”

“Maaf jika saya belum mencintai Humaira...” lirih Harist.

“Tidak apa Ustadz Harist, itu hal wajar, akan ada saatnya cinta itu tumbuh.”

“Jadi, apakah Umi merestui saya untuk menjadikan Humaira sebagai kekasih hidup saya?”

Hanum mengangguk tersenyum. “Tentu.”

Harist tersenyum, ada getaran di hatinya ketika Hanum merestui dirinya dengan Humaira.

“Minggu depan kamu ke rumah saya, bawa kedua orang tuamu  untuk meng’khitbah putri saya.”

Harist menganggukan kepalanya. “Terimakasih Umi, untuk hal ini tolong jangan beri tahu Humaira. Rahasiakan dulu Umi.”

“Mengapa? Jika Humaira tahu tentang ini, pasti Humaira sangat bahagia.”

“Agar menjadi kejutan nantinya.”

Hanum terkekeh. “Bisa saja kamu ini, yasudah Umi rahasiakan.”

***

“Humaira ayo ngaji, nge’game terus, kemarin kamu semangat lho untuk mengaji.” ucap Umi Hanum, masuk ke dalam kamar Humaira.

“Malam ini Humaira ijin ngaji dulu Umi.”

“Lho kenapa?”

“Males ketemu Ustadz Harist, kalau perlu Umi aja yang ngajarin Humaira ngaji.”

“Ada masalah sama Ustadz Harist?”

“Nggak ada, males aja.”

Hanum menghela nafasnya, baru tadi pagi Harist meminta restu dirinya, putrinya sudah hilang rasa semangatnya pada Harist. “Humaira, jika ada masalah selesaikan secara baik-baik dengan Ustadz Harist jangan sembunyi gini.”

Kepincut Ustadz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang