keempat

565 91 8
                                    

"Apapun alesannya, genosida itu menurut gue nggak bisa dibenarkan."

Jeongwoo sedang duduk di lantai bersebelahan dengan Yedam, sementara mata mereka tertuju pada episode terakhir dari anime yang diputar.

"Tapi kalo nggak rumbling, aliansi dari seluruh dunia bakal nyerang Paradis. So in conclusion, semua yang udah Eren lakuin itu demi kebebasan bangsanya."

Jeongwoo menggeleng tidak setuju. "Tetep nggak adil buat mereka yang nggak ada hubungannya sama sekali, tapi ikut musnah karena rumbling yang dilakuin Eren."

Yedam kemudian menekuk kakinya untuk memeluk lututnya sendiri. "That's why kenapa akhirnya Eren milih buat rumbling, karena dia nggak mau Eldia dikucilin sama Marley terus-terusan tanpa akhir yang jelas."

Perdebatan seperti itu sudah menjadi hal biasa yang dilakukan mereka berdua, apalagi kalau pembahasannya mengenai anime kesukaan Yedam.

"Oke, jadi menurut lu Eren acted like he's the bad guy buat nyelesaiin konflik sejarah yang terjadi?"

Kali ini, Eren Yeager adalah objek perdebatan mereka karena Yedam dan Jeongwoo memiliki pandangan berbeda tentang guncangan tanah yang akan dilakukan tokoh utama dari anime Attack on Titan tersebut.

"Yes, even though I know that he's just wanna stay alive and spent more times with his friends."

Yedam kemudian menggerakkan kursor di layar laptopnya untuk keluar dari halaman web. "Gue jadi nggak sabar deh, mau liat scene pas Mikasa menggal kepalanya Eren."

Celetukan santai tapi penuh antusiasme yang dilontarkan Yedam membuat Jeongwoo menoleh cepat lalu menatapnya waspada. "Psikopat lu."

"Pasti bakalan epic banget, iya nggak?"

Tanpa menanggapi lebih lanjut, Jeongwoo diam-diam bergeser untuk mengambil jarak yang agak jauh antara tempat duduknya dan Yedam karena menurutnya Yedam itu sedikit mengerikan.

Jeongwoo lantas mengarahkan telunjuknya ke arah di mana ponsel Yedam berada. "By the way, itu hp lu geter mulu."

Yedam buru-buru meraih ponselnya yang masih terhubung pada kabel charger, dia bisa melihat rentetan panggilan tidak terjawab sekaligus beberapa pesan belum terbaca yang tidak lain dan tidak bukan berasal dari Mamihnya.

2 missed calls from Mamih.
Dam
Yedam
Anak gantengku
Mana foto kamu sama pacarmu itu? Mamih mau liat dong
Cepet kirimin, atau Mamih ngambek?

Dan Yedam bisa membayangkan bagaimana wajah Mamihnya yang sekarang mungkin sedang merajuk karena sejak tadi diabaikan.

~~~^^~~~

Yedam mengusak kasar rambutnya sambil menghela napas, dia menoleh ke samping dan baru menyadari bahwa Jeongwoo menjauhinya.

"Deketan napa sih."

"Apa sih?"

Yedam berdecak. "Ya elu jauh banget?"

"Ya ngapain juga gue mesti deket-deket sama lu?" ledek Jeongwoo sambil melempar kertas yang baru dia remukkan dengan asal.

Yedam memberikannya tatapan tajam. "Nggak usah banyak omong lu, alias buruan monyet ini Mamih gue minta pap!"

Belum sempat Jeongwoo membalas perkataannya, tangan Yedam dengan sigap menariknya mendekat. Otaknya sesekali memikirkan bagaimana pose yang tepat untuk menyelesaikan keinginan Mamihnya dengan baik.

Yedam mencari latar belakang yang cocok dan penerangan yang bagus. Ketika sadar bahwa Jeongwoo ada di belakangnya, Yedam menggunakan kesempatan itu untuk menekan tombol shutter di layar ponselnya.

"Kaku banget, anjir." komentar Yedam, raut wajahnya tampak kecewa. "Kita kayak.. nggak beneran pacaran."

Jeongwoo perlahan merangkul pundak Yedam dan mendekatkan tubuh mereka berdua hingga Yedam sepenuhnya bersandar padanya. "Harusnya tuh gini, goblok."

Kepalang tanggung dengan semua yang telah terjadi, Jeongwoo merasa dia harus bertindak. Maka dari itu, Jeongwoo langsung merebut ponsel dan mencium pipi Yedam dengan cepat sebelum akhirnya menekan tombol shutter di layar.

Setelah berhasil mendapatkan satu atau dua foto yang menurutnya cukup romantis, Jeongwoo tersenyum puas sementara Yedam masih bergeming.

"Bisa nggak sih kalo mau ngelakuin apa-apa tuh bilang dulu?" protes Yedam sambil mencoba mengontrol detak jantungnya yang tiba-tiba meningkat.

"Kenapa?" Jeongwoo menyeringai, sekarang malah dengan sengaja menumpukan dagunya di bahu Yedam. "Oh, gue tau. Biar lu bisa lebih menikmati, ya?"

"Nggak gitu maksudnya, sinting!"

Kontak fisik itu membuat Yedam mengalami konflik batin, karena sebelumnya Jeongwoo hanya sekedar merangkulnya ala brother, tapi sekarang sentuhan di antara mereka wajib berbeda dari keseharian.

tbc..

~~~^^~~~

Room(mates) - [jeongdam] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang