kelima

558 90 9
                                    

Yedam sibuk melamun, berdiri di tepi pagar balkon sambil menghirup napas panjang dan sengaja menghembuskannya perlahan.

"Kirain ke mana, taunya malah ada di sini."

Entah panggilan darimana, objek yang sedang dipikirkannya kini menjelma menjadi sebuah kehadiran di depan matanya.

Yedam bahkan tidak mendengar langkah kaki di belakangnya, sampai dia merasakan seseorang berdiri di sampingnya. "Ngapain nyari gue?"

"Cokelat, mau nggak?" Jeongwoo menyodorkan sebuah cokelat batangan miliknya, yang dia ambil dari lemari es sebelum mencari Yedam tadi.

Yedam memandangi cokelat tersebut dengan ragu. "Kadaluarsa, ya?"

"Sembarangan aja lu."

Yedam terkekeh. "Dalam rangka apa?"

"Gapapa sih, cuma mau ngasih ke pacar gue aja." jawab Jeongwoo, sementara Yedam mengambil cokelat tersebut dengan senyum tipis.

Pacar gue, katanya. Sepertinya Jeongwoo mulai mendalami perannya dengan sangat baik akhir-akhir ini, karena berakting selayaknya pacar sungguhan adalah satu-satunya opsi demi keberhasilan sandiwara mereka.

"Nggak kerasa ya.." gumam Jeongwoo sambil melirik Yedam lewat ujung matanya. "Udah seminggu nih kita pacaran."

Yedam mengangguk sambil meregangkan tubuhnya, kemudian balas melirik Jeongwoo yang masih menatapnya. "Hari Minggu depan, lu ada acara nggak?"

"Hari Minggu?" ulang Jeongwoo sambil mengingat-ingat. "Nggak sih kayaknya, kenapa?"

"Nyokap gue mau ngundang lu ke rumah."

Kedua mata Jeongwoo refleks melebar. "Udah saatnya, ya?"

"Iya, semoga akting kita nanti nggak mengecewakan."

Mereka terkekeh pelan, sebelum akhirnya Yedam lebih dulu mendongak untuk menatap keindahan langit malam yang terbentang di atasnya. "Liat deh, bintangnya banyak banget."

Jeongwoo dengan senyuman di bibirnya, tentu saja setuju dengan pernyataan itu. "The night sky is full of promises, and each star is a promise of love."

Langit cerah, tidak ada awan yang terlihat sama sekali, dan meskipun mereka tidak bisa melihat setiap detail kecil bintang di langit karena dibayangi oleh cahaya lampu, tapi bulan purnama bersinar begitu terang dan menenangkan.

"Jeongwoo, tell me more about the star."

Dan itu bukanlah permintaan yang sulit bagi Jeongwoo, karena menurutnya tidak ada yang lebih memesona selain langit malam.

Itu menampung semua bintang, galaksi, dan sebagainya, begitu banyak planet yang belum ditemukan dan begitu banyak alam semesta yang harus dijelajahi.

"Lu pernah denger tentang star collisions nggak?"

Yedam menggeleng.

"Kalo ada dua bintang yang mengorbit satu sama lain, mereka akhirnya bakal ketemu juga." Jeongwoo mulai menunjuk ke langit dari posisinya berdiri, mencoba menjelaskan pada Yedam dengan bahasa yang mudah dipahami.

"Sebagian bintang yang kita kenal, semuanya punya masing-masing bintang yang saling melengkapi. They're like couples in a binary system."

Yedam mengangguk, sebagai isyarat untuk Jeongwoo terus mengoceh tentang apapun yang ada dalam pikirannya. "Mereka emang punya pengaruh satu sama lain, tapi pada akhirnya mereka juga mungkin bertabrakan. Dan kalo sampe itu terjadi, bakal ada ledakan besar. That explosion is so bright it might light up a whole galaxy."

Yedam bisa merasakan aura yang begitu bersemangat ketika Jeongwoo berbicara tentang topik itu hanya dengan mendengarkan suaranya.

"Intinya ledakan itu terjadi setiap kali dua bintang ketemu?" Yedam tidak benar-benar berusaha mengikuti alur pikiran Jeongwoo, dia hanya ingin menikmati waktu yang dihabiskan mereka bersama lebih lama.

Jeongwoo menggeleng sekilas. "Sistem bintang biner biasanya stabil, jadi itu nggak terjadi sesering yang kita pikir. But when they do collide, it's such a big event that a new star might be born from that explosion."

Yedam selalu senang melihat kilauan di mata Jeongwoo, apalagi dengan senyumnya yang semakin lebar setiap kali dia menatap bintik-bintik putih kecil yang bertaburan di langit. "You're eyes always sparkle whenever you talking about the star."

Jeongwoo memalingkan wajahnya dari arah langit, lagi-lagi tanpa sadar semakin mendekat untuk merasakan kehangatan antara dirinya dan Yedam. "The star must love me."

Yedam diam-diam setuju, jadi dia mengangguk sambil tertawa kecil. "Yeah, the star really must love you."

"If I were the sky--" Jeongwoo dengan ringan membenturkan kepalanya dengan kepala Yedam, dia mengalihkan pandangannya untuk melihat ekspresi tenang pacarnya. "--I would want you to be my star too, anyway."

tbc..

~~~^^~~~

Room(mates) - [jeongdam] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang