Minggu sore, Jeongwoo mengarahkan laju mobilnya sesuai arahan Yedam, hingga akhirnya mereka parkir di depan rumah tingkat dua yang sangat luas, di mana ada seekor anjing Husky Siberia warna putih yang menyapa di depan pekarangan rumah.
"Gue nggak tau kalo lu punya anjing." ucap Jeongwoo sambil menatap gemas ke arah anjing berukuran sedang dan berbulu tebal itu.
Saat Jeongwoo berniat mengelus bulu lembut anjing itu, suara Yedam langsung menghentikannya. "Jangan dipegang, Levi biasanya nggak suka sama orang baru."
Jeongwoo menatap anjing yang kelihatannya ramah itu cukup lama, lalu mengerutkan keningnya. "Levi?"
Yedam mengangguk. "Dia namanya Levi."
"Jangan bilang nama panjangnya Levi Ackerman?" tebak Jeongwoo.
Yedam lagi-lagi mengangguk dengan polosnya.
"Lu namain anjing selucu ini pake nama pembasmi titan itu?!" protes Jeongwoo.
"Emangnya kenapa?" tanya Yedam, tidak mengerti permasalahannya.
"Stres, dasar wibu!" tandas Jeongwoo sambil geleng-geleng, dia lantas menunduk untuk mengelus bulu anjing itu.
Awalnya Yedam mengira kalau Levi akan memberontak, tapi ternyata dia anteng-anteng saja, malahan punggung tangan Jeongwoo dijilat beberapa kali sebagai salam perkenalan.
"Dia kayaknya suka sama gue, ya?"
Yedam memutar malas bola matanya ketika mendengar nada percaya diri Jeongwoo. "Mungkin Levi udah nganggep lu temennya kali."
"Temennya?"
"Iya, lu kan kayak anjing." celetuk Yedam enteng.
Jeongwoo melotot tidak terima. "Lu yang anjing!"
Sebelum perdebatan mereka berlanjut semakin jauh, tiba-tiba pintu depan rumah terbuka, ada Tiffany yang berjalan ke arah mereka. "Yedam, kok malah ngobrol di luar?"
"Hai, Mih." sapa Yedam membuat Tiffany langsung memeluknya.
"Hai juga, sayang."
Mereka berpelukan cukup lama sampai Jeongwoo ingat bahwa Yedam memang sangat jarang pulang ke rumah.
Saat mereka selesai berpelukan, Yedam sengaja memberi gestur agar Jeongwoo mendekat. "Sini, jangan jauh-jauh."
Untuk beberapa detik, raut wajah Tiffany berubah menjadi senyuman cerah. "Jadi kamu yang namanya Jeongwoo?"
Jeongwoo menelan ludah, bingung kenapa dia jadi mendadak gugup seperti ini. "I-iya, Tante."
"Jangan panggil Tante, panggilnya Mamih aja."
Jeongwoo melirik Yedam, keduanya saling tatap hingga akhirnya Yedam mengangguk seolah menyuruh Jeongwoo untuk menuruti permintaan itu.
Yedam sudah tidak perlu kaget lagi ketika mendengar permintaan Mamihnya, karena memang biasanya seperti itu, bahkan saat dengan Jaehyuk dulu.
"Oke.. Mih?" ulang Jeongwoo masih dengan nada ragu.
Tiffany tampaknya senang menerima kehadiran pacar anaknya itu, maka tanpa aba-aba tangannya terulur untuk mengelus lembut puncak kepala Jeongwoo. "Mamih seneng deh, akhirnya Yedam ngenalin pacarnya lagi. Mamih kira Yedam belum bisa move on dari Jae--"
"Mamih!" sela Yedam sambil menghentakkan kakinya. "Stop bahas mantan aku!"
"Iyaiya bercanda, sayang."
Jeongwoo tertawa kecil mendengar penuturan itu, dari sini dia bisa melihat bahwa Yedam benar-benar mempunyai hubungan erat dengan Mamihnya.
"Mamih masak japanese food hari ini, loh." goda Tiffany pada Yedam yang masih cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room(mates) - [jeongdam]
Fanfiction[COMPLETED]✔ Yedam dan Jeongwoo, dua orang yang terkadang bertentangan, tapi tetap berusaha memahami satu sama lain, apalagi dengan status mereka sebagai teman satu kamar. bxb harsh word bahasa non-baku fiksi only! ⚠please don't be a silent readers⚠