Jeongwoo mencoba melangkah hati-hati menuju lemari pakaiannya, tapi dia tidak bisa menahan godaan untuk tidak menoleh ke arah kanannya.
Yedam terlihat sangat manis saat tertidur, rambutnya yang halus menutupi sebagian wajahnya, dengan selimut tebal yang hampir membungkus seluruh tubuhnya.
Ingin rasanya Jeongwoo mengelus kepala Yedam, lalu menyibak rambutnya supaya wajahnya yang cantik itu tidak tertutupi, apalagi menyentuh bibirnya yang kelihatan--
"Abis darimana lu?" tanya Yedam yang tiba-tiba membuka kedua matanya.
"Anjing!" Jeongwoo terlonjak kaget dengan sedikit rasa panik karena fantasinya terus berkeliaran. "Gue pikir lu udah tidur!"
Yedam nyengir tanpa rasa bersalah, sementara Jeongwoo langsung melengos dan segera mengambil acak kausnya yang bersih. "Abis rapat HIMA, ngomongin event sama planning buat ospek jurusan."
Yedam geleng-geleng tidak percaya. "Masih lama anjir, ini aja baru mau liburan semester."
"Anak prodi gue mah kalo nggak ada kerjaan pada meriang, makanya nyari-nyari kerjaan mulu." jelas Jeongwoo sambil melempar kaus kotornya, yang masuk tepat ke dalam keranjang laundry miliknya.
Kamar asrama mereka mungkin tidak terlalu luas, tapi juga tidak bisa dibilang sempit. Yedam menempati sisi kanan, sementara Jeongwoo di sisi kiri dan ada dua meja belajar di sisi masing-masing.
Hal menarik yang mereka berdua sepakati adalah adanya sebuah pembatas yang sengaja di tempel di tengah lantai kamar menggunakan lakban berwarna hitam, yang artinya menjadi batas teritorial dari tiap penghuni kamar ini.
"So, how was my baby's doing with his classes?"
Yedam memberikan pandangan aneh sekaligus jijik ketika kalimat itu keluar dari mulut Jeongwoo, seolah-olah itu adalah hal paling di luar nalar yang pernah didengarnya.
Melihat ekspresi Jeongwoo yang masih menunggu jawabannya, Yedam memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur lalu meletakkan punggung tangannya di kening Jeongwoo.
"Nggak panas." kata Yedam setelah menyamakan suhu tubuh Jeongwoo dengan dirinya.
"Lu kenapa?" tanya Jeongwoo bingung.
"Lu yang kenapa?!" pekik Yedam, hampir meninggikan suaranya. "Sejak kapan lu manggil gue pake panggilan kayak tadi?"
"Ini tuh namanya building a chemistry between us, masa gitu aja nggak ngerti?" Jeongwoo tersenyum, kemudian menarik pinggang Yedam agar jarak di antara mereka semakin terkikis.
"Lagian gue bisa manggil lu pake panggilan apa aja yang gue mau." Jeongwoo mengambil jeda sebelum berbisik di telinga Yedam yang sudah memerah duluan. "Sweetheart, honey, hubby, my angel, my sunshine, my universe--"
"Stop ya, bangsat!" Yedam menjauhkan sedikit tubuhnya untuk memukul dada Jeongwoo yang ada di hadapannya dengan jengkel. "Gue maunya panggilan yang normal-normal aja, bisa nggak?"
Jeongwoo pura-pura mengerutkan keningnya, sebagai penanda bahwa dia sedang berpikir. "Bisa, gue tau panggilan yang normal apa."
"Apa?"
"Sayang."
Detik berikutnya, Jeongwoo langsung tertawa karena kedua pipi Yedam mengeluarkan rona merah muda selayaknya remaja yang baru pertama kali berpacaran.
Yedam menggigit bibirnya agar senyum yang sudah dia tahan tidak keluar, rasanya seperti ada puluhan kupu-kupu yang bergesekan di dalam perutnya.
"Jiakh, senyum-senyum sendiri." goda Jeongwoo, dia mencubit gemas kedua pipi Yedam. "Kesambet?"
Yedam mendelik sambil menepis kedua tangan Jeongwoo yang masih bertengger di pipinya. "Brengsek, lu!"
Kalau panggilan sayang saja bisa memunculkan puluhan kupu-kupu dalam perutnya, maka sentuhan ringan Jeongwoo pun bisa menghantarkan perasaan aneh di seluruh tubuhnya.
"Sekarang giliran lu." perintah Jeongwoo.
Yedam mengangkat alisnya dengan kening mengernyit. "Ngapain?"
"Call me like I called you before."
Yedam bergidik geli lalu menghela napasnya, mencoba menenangkan dirinya sebelum benar-benar memanggil Jeongwoo. "Sayang."
Jeongwoo berusaha mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat biasa-biasa saja, padahal dalam hati dia sudah jingkrak-jingkrak kegirangan. "Sounds good, sayang."
tbc..
~~~^^~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Room(mates) - [jeongdam]
Fanfiction[COMPLETED]✔ Yedam dan Jeongwoo, dua orang yang terkadang bertentangan, tapi tetap berusaha memahami satu sama lain, apalagi dengan status mereka sebagai teman satu kamar. bxb harsh word bahasa non-baku fiksi only! ⚠please don't be a silent readers⚠