"Alquran nya yang di baca Humaira, bukan wajah saya yang di baca."
"Salah sendiri punya wajah kok tampan-tampan amat, gimana Humaira nggak kepincut coba?"
Humaira Naira Putri sangat menyukai guru ngajinya yaitu Ustadz Harist Nizar Albasyir, Humaira...
“Begitu cepat Allah menumbuhkan perasaan cinta ini, saya mencintai kamu karena Allah Humaira dan saya bersumpah tidak akan menyakiti hatimu. Hanya kamu perempuanku, bidadari surgaku, Humairaku.”
—Harist Nizar Albasyir
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Humaira kini tengah menunggu jemputan, siapa lagi kalau bukan suaminya yang menjemput dirinya sekolah. Humaira benar-benar bahagia, biasanya ia sekolah mengendarai motornya sendiri namun sekarang ada suaminya yang menjemput dirinya.
“Lama banget sih.” Gumam Humaira, ia tengah duduk di halte sekolah menunggu Harist. Namun sudah setengah jam ia menunggu Harist belum datang menjemputnya.
Tin tin! Suara klakson motor menyadarkan Humaira, ia mendongakkan kepalanya menatap ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya dirinya melihat Harist dengan motor sportnya, apalagi penampilan Harist yang membuat Humaira melongo di tempat. Benar-benar membuat Humaira terpesona—bukan cuma Humaira tetapi juga banyak perempuan yang terpesona dengan penampilan Harist.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Harist membuka helmnya dengan mengibaskan rambutnya, berjalan menghampiri Humaira. “Maaf lama Humaira ku, tadi saya membeli motor ini dulu, bagaimana kamu suka saya jemput pakai motor ini?” tanya Harist.
Sedangkan Humaira masih menatap suaminya dengan tatapan tak percaya.