26. persalinan buna

2.6K 197 12
                                    

Nauval duduk di ruang tunggu bersama dengan keluarga Jeandra yang juga datang menyusul ke rumah sakit. Sumpah, Nauval terus mikir kalau persalinan itu emang mengerikan. Antara hidup dan mati. Lebay tapi emang iya.

Dia nengok ke arah Jeandra yang sejak tadi mainin hp nya, dan tangan yang satunya genggam tangan Nauval erat. "Jean"

"Hm? Kenapa?"

"Keluar bentar yuk, gw mau ngomong sesuatu"

Jean langsung menyetujui ajakan Nauval, mereka kini duduk di kursi besi yang di sediakan di taman rumah sakit itu. Nauval menelisik wajah lelaki itu dengan tatapan penuh selidik, Jean menjawil hidung submisiv nya. "Tau kok gw ganteng, tapi jangan di liatin terus"

"Diem jelek!" Sinis nya. "Lo udah ngomong kan sama keluarga Lo soal gw yang tiba-tiba hamil anak Lo?"

"Nggak tiba-tiba Na, orang cebong gw perlu waktu buat berkembangbiak di dalem sana"

Nauval mendatarkan ekspresi nya. "Buru dah jawab sebelum muka Lo gw tabok" ucapnya di sertai umpatan di akhir kalimat.

Orang lagi serius ngajak bercanda mulu!

"Mereka ngga masalah tuh, malah mommy kegirangan katanya mau punya cucu."

"Anjir" mengusap dadanya sabar. "Terus sekolah gw gimana?? Lo kan tau orang hamil perutnya bakalan gede dari waktu ke waktu"

Jean menangkup wajahnya, kedua obsidian itu bertemu dengan manik rusa yang jernih. "Mommy setuju kalau kita nikah, mau besok atau lusa pun nggak masalah"

"G-gila. Masa nikah?!"

"Kan itu anak gw, siapa lagi yang nikahin Lo ntar. Wong gw bapak nya"

"Serius mommy bilang gitu??"

"Iya"

"Edan" Nauval menyingkirkan tangan Jean yang menangkup wajahnya. Ekspresi submisiv itu seperti tengah mempertimbangkan sesuatu. "Kalau nikah berarti nikahnya sembunyi-sembunyi dong?"

"Iya sayang, mau in publik juga gapapa"

"Ck, ya nggak gitu juga. Mereka bakalan mikir yang macem-macem kalo sampe tau"

Percakapan mereka random dan acak, sampai udah kepikiran buat beli baju bayi atau namain bayi itu sendiri. Padahal mah, keliatan bunting aja belom. Jean melepas jaket yang di kenakan nya, lalu memakaikan nya pada Nauval. Sekarang udah tengah maleman dan mereka malah asik ngobrol di luar, terlebih Nauval cuman memakai piyama polkadot warna putih hijau. "Nanti anak sama kesayangan gw kedinginan" katanya.

Nauval membeku sambil membiarkan Jeandra memakaikan jaket ke tubuhnya layaknya memakaikan baju kepada anak kecil. Nauval cemberut. "Kok di duain sih"

"Hah?"

"Harusnya kesayangan aja, kan anak nya belom ada"

Jean ketawa puas, menggigit pelan ujung hidung Nauval. Menjauhkan wajahnya beberapa cm setelah melakukan itu. "Heran, cemburu sama anak sendiri"

"B-biarin! Tau ah! Mau masuk kedalem aja gw" mukanya merah kayak tomat, Nauval dengan cepat langsung bergegas buat pergi kedalam.

Yang di belakang masih terkekeh melihat tingkah lucu submisiv nya. Gemes banget sial.

-

Paginya, suara tangisan bayi perempuan itu mencairkan suasana sekaligus menambah suasana baru bagi siapapun yang tengah berada disana. Windy menggendong anak bungsunya, dan Tamara membantu semua keperluan Windy dengan sigap.

"Bun rambut baby nya lebat banget ya" kata Nauval yang sedari tadi memerhatikan.

"Iya kayaknya sekarang gen Papah kamu lebih kuat"

"Dulu aku gitu engga?"

"Kamu botak"

"Dih.. yaudah sih" Nauval cemberut. Jean masih tidur di sofa, sedangkan dua kepala keluarga sedang berada di luar untuk urusan kantor sekaligus Yuda akan memberi perintah kepada bawahan nya terlebih dulu kalau dua hari kedepan dia enggak akan datang ke kantor.

"Kamu mau gendong enggak?" Tanya Windy.

Nauval mengerjap. "Emangnya boleh???" Tanyanya antusias.

"Enggak dong, nanti malah kamu lempar"

"Dih Buna!! Kok nyebelin nya mirip Papah!"

Windy dan Tamara tertawa menyaksikan hal itu. "Yaudah makanya kesini, Jean nya biarin tidur aja, kasian dia kecapean semalam Nina boboin kamu" Nauval kembali mendengus mendengar ucapan Buna nya.

"Aku juga bakalan punya cucu nih" Tamara terkekeh.

Nauval jadi malu sendiri, ia menggendong adik nya dengan hati-hati, Tamara juga ikut membantu. "Cantik banget sih adek nya Nana" ia menguyel pipi tembam bayi itu. Yang langsung di pelototi oleh Windy. Nauval nyengir kuda.

"Bun persalinan nya sakit banget?"

"Kalo normal ya awalnya sakit, tapi caesar juga lebih sakit harus nunggu luka nya kering dulu"

"Ngeri..."

Tamara duduk di kursi yang berada di samping bangsal rumah sakit itu. "Nanti kalian nikah bulan depan ya, kita semua udah setuju kok" ucapnya tiba-tiba.

Tenggorokan nya mendadak kering, meneguk ludah saja terasa sakit. "Cepet banget.." gumam nya pelan.

"Lebih cepat lebih baik, mommy gamau kalau misal Jean nggak bertanggung jawab. Jadi kita setuju buat mengadakan pernikahan kalian, tenang aja. Hanya di hadiri keluarga aja kok, sama kerabat dekat palingan"

Nauval mengangguk saja. "Nana ikut deh"

"Kalau udah jadi istri orang, harus perbaiki sikap, bangun pagi, masak buat suami, terus ngelakuin kewajiban istri lainnya" kata Windy.

"Iya iya, paham kok"

-

Siangnya, Jean mengantar Nauval pulang ke rumahnya, dia belum mandi dari pagi terlebih bajunya pun masih pakai piyama semalem. Jean ikut masuk ke rumah Nauval. "Mau mandi bareng?" Tawar Nauval.

Jean tersenyum lebar. "Siapa yang bakalan nolak sih?"

"Yaudah, bawa baju salin nya dulu sana" titah nya. Jean hormat tentara kemudian pergi dulu ke rumahnya yang nggak jauh dari sana buat ngambil pakaian nya.

Nauval sudah melepas seluruh kain yang menutupi tubuhnya, Jean ikut melakukan hal yang sama. Mereka berendam di dalam bath up berdua, menyandarkan punggung nya pada bidang dada sang dominan.

Tangan Jean melingkar apik di permukaan perut rata nya. "Airnya nggak terlalu dingin kan?" Tanya Jean. Nauval menggeleng pelan.

"Enggak, segini udah hangat kok"

Yang lebih tua memainkan rambut yang muda, selagi mereka berendam di bath yang sama mereka juga membicarakan soal pernikahan yang akan di terlaksana bulan depan nanti. "Lo nggak nyesel nikah sama gw kan?"

"Nggak, apaan sih bilang gitu" Jean memeluk tubuh submisiv nya erat.

"Ya kan di luar sana banyak cewek yang cantik, atau submisiv yang lebih baik"

"Gw maunya elo"

"Hmm bagus deh" dia terkekeh.

Jean mendekatkan bibirnya ke telinga Nauval. "Kalau gw mau sama mereka, udah gw lakuin dari lama. Nggak perlu nunggu Lo yang seorang Homophobic jadi homo beneran gara-gara gw. Jadi jangan bahas hal yang lain, karena mau di tanya pun alasan nya kenapa gw milih Lo, jawaban nya bakalan tetep sama" katanya.

Ia tersipu, Nauval balik menghadap Jean, duduk di pangkuan laki-laki itu. Melingkarkan kedua tangan nya di bahu Jean, ia tenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang dominan. "Thanks, gw terlalu lucky karena bisa dapetin Lo sebagai pasangan gw Je"

- tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JEANDRA - Nomin ( On Going ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang