Bagian 32

34 6 18
                                    

Tamales Membaca

Alfira duduk di meja makan dengan kedua tangannya sibuk mempersiapkan nasi bungkus.

"Nanti nak Alfian datang kesini nggak?" tanya Marissa ibu Alfira tiba-tiba.

"Kayaknya enggak datang bu, tapi nggak tau ah pusing mikirin tu anak." balas Alfira meremas satu nasi bungkus sampai penyet, lalu dibuka dan menyantapnya.

"Sedang marahan sama nak Alfian." Marisaa menatap wajah anaknya yang kesal sambil tersenyum.

"Kenapa ibu senyum-senyum gitu." ujar Alfira mengerutkan dahinya.

"Wajar kalau marahan dalam suatu hubungan." ujar Marissa yang langsung membuat Alfira tersedak saat makan.

Alfira yang tersedak segera meminum segelas air putih untuk meredakannya lalu berkata "Alfira klarifikasi ya bu, aku sama Alfian itu cuma sahabatan nggak lebih dan masih memegang prinsip Alfira yaitu..."

Potong Marissa "Terus kenapa mikirin Alfian sampai begitu kesalnya hayo?" ujar Marissa penuh selidik.

"Ya.." Alfira berpikir sejenak lalu berucap "Karena Alfian itu sahabat Alfira yang sifatnya selalu berubah-ubah kadang baik, kadng enggak. Nah Sifat dan keperibadian yang misterius itu yang Alfira pikirkan."

"Tapi nak Alfian itu baik loh orangnya dan ganteng. Kalau ibu masih muda kayak kamu pasti ibu akan kejar tu Alfian sampai dapat." ujar Marissa kedua tangannya sambil mempersiapkan nasi bungkus yang tinggal sedikit.

"Emang ibu aja yang nggak tahu Alfian sepenuhnya." ucap Alfira lanjut menyantap nasi bungkus penyetnya yang tinggal sedikit.

"Emang Alfira udah tahu apa aja tentang nak Alfian?" tanya Marissa.

"Alfira sebutin ya, Alfian itu dingin, misterius, aneh, nggak jelas, suka futsal, suka berkelahi, gak konsisten dan masih banyak lagi yang nggak bisa disebutin satu-persatu." ucap Alfira sembari jarinya menghitung.

"Tahu banyak ya tentang nak Alfian, tapi dari semua itu ada satu hal yang nggak Alfira tahu mengenai nak Alfian." ucap Marissa dengan selesai mempersiapkan semua nasi bungkusnya.

"Apa bu yang Alfira nggak tahu?" tanya Alfira penasaran dengan menaruh sendok makannya.

"Alfian sayang sama Alfira." ujar Marissa yang membuat pipi dari anaknya tiba-tiba memerah dengan mencoba menahan senyuman.

"Aduh kasihan anak ibu yang udah baper, salting, sampai pipinya merah merona. Padahal ibu cuma bercanda." goda Marissa yang membuat senyuman Alfira yang ditahanya perlahan memudar.

"Nggak baper, Alfira malah bersyukur kalau itu cuma bercanda. Kalau kenyataan amit-amit ogah banget hidup bersama orang nggak jelas kayak Alfian." ucap Alfira dengan gestur mengetuk jidatnya pelan lalu mengetuk meja makan pelan.

"Jujur aja sama ibu Ra, dari pada bohong sama ibu nanti dapat dosa." desak Marissa yang membuat Alfira mengerutkan dahinya.

"Maaf bu Alfira jawabnya kapan-kapan aja ya, Alfira mau berangkat sekolah dulu sebelum terlambat." ujar Alfira berpamitan kepada Marissa ibunya dengan mencium tanganya.

"Ra nanti salamin ke Nak Alfian ya. Ibu rindu nak Alfian kapan main kerumah lagi."

Alfira menghela napasnya "Iya nanti Alfira sampaikan ke Alfian."

😜😜😜

Selesai pelajaran dan waktunya istirahat, Alfira menepuk pelan tangan Alfian yang membuatnya menoleh.

"Dapat salam dari ibu katanya rindu Alfian kapan main ke rumah lagi." ucap Alfira menyampaikan pesan ibunya.

"Salamin balik ke ibu. Kalau waktunya sudah tepat Alfian akan main ke sana lagi." ujar Alfian menatap dingin Alfira.

Alfian & AlfiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang