Bagian 08

222 83 115
                                    

Kasih vote dan komen ya agar semangat nulisnya wkwk.
Selamat membaca ♡

Di minggu pagi ini Alfira sedang menunggu kedatangan dari Dion dan Syahla yang sudah berjanji akan bermain ke rumahnya.

Tak lama menunggu, Alfira keluar dari rumahnya saat  mendengar suara bising sepeda motor milik Dion. Berselang beberapa detik dari kedatangan Dion,  Syahla juga datang dengan diantar oleh supir pribadinya.  Kedatangan teman-temanya ini langsung  disambut Alfira yang sudah ada di depan rumahnya.

Marissa Ibu Alfira juga berada di depan rumah untuk menyambut kedatangan teman-teman dari anaknya. Dion dan Syahla yang melihat Marissa langsung bersalaman secara bergantian.

Ibu Alfira tersenyum "Gimana kabarnya nak Dion sama nak Syahla udah lama gak main kesini?"

"Alhamdulilah sehat bu." jawab Dion dan Syahla secara bersamaan.

Ibu Alfira mempersilahkan untuk masuk, Dion dan Syahla pun masuk ke rumah Alfira lalu duduk di kursi sofa ruang tamu. Sedangkan Marissa berlalu pergi menuju ke belakang.

Syahla memulai obrolan dengan bertanya "Yon katanya lo dulu sahabatan sama Alfian apa iya?"

"Iya dulu gue sama Alfian itu temenan waktu kecil karena rumah kita dulu deketan dan satu sekolah waktu SD." jawab Dion.

"Gimana sih Alfian itu dulunya? apa sikapnya sudah dingin sejak masih kecil?" tanya Alfira penasaran.

"Hmm mau tau aja masa lalunya Alfian." ujar Syahla dengan menyikut-nyikut pelan Alfira yang duduk di sampingnya.

"Alfian orangnya udah berubah nggak kayak sekarang. Dulu Alfian orang yang penuh tawa dan ceria. Pernah disatu kejadian gue sama Alfian duduk dipinggir jalan melihat orang-orang lewat terus tertawa." ucap Dion.

"Jadi lo sama Alfian gila dong tertawa-tawa sendiri di pinggir jalan." ujar Syahla sambil membayangkan Dion kecil yang tertawa di pinggir jalan dengan baju robek-robek dan muka yang dekil. Syahla yang membayangkan pun tertawa.

"Lucu ya La, itu yang gue rasakan dulu sama Alfian saat melihat orang lewat pakai helm besar, tapi mukanya kecil kan gak sinkron, ada juga orang gendut saat di bonceng pasti belahan pantat belakangnya kelihatan kayak lubang celengan."  Dion tertawa kala mengingat kejadian itu dulu.

"Dulu Alfian se ceria itu ya, tapi kenapa dia berubah menjadi sosok yang dingin sekarang." pikir Alfira dengan memegangi kepalanya.

"Kata lo Alfian itu dulunya jelek, gendut, dekil, ingusan itu memang benar Yon?" tanya Syahla.

"Iya dulu Alfian seperti itu, makanya pas awal masuk gue enggak tahu kalau itu Alfian teman sewaktu kecil dulu. Sumpah dia berubah total padahal dulunya sebelas dua belas kayak truk gandeng badanya."

"Pasti ada penyebabnya Alfian bisa berubah menjadi ganteng seperti sekarang." tebak lirih Alfira.

Syahla yang mendengar ucapan Alfira yang tidak terlalu jelas "Hah barusan lo bilang apa Ra? gue gak salah dengarkan apa yang lo katakan pelan barusan."

"Hah? barusan gue cuma bilang pasti Alfian dulunya mirip kayak gentong." ujar Alfira tertawa kecil.

Diselang waktu mengobrol ibu Alfira datang menghampiri mereka bertiga dengan membawakan semangkok bakso yang terlihat cukup enak.

"Ini tadi ibu masak bakso, supaya kalian gak bosan makan nasi bungkus terus kalau ke sini." ucap ibu Alfira dengan memberikan semangkok bakso kepada Dion dan Syhala.

"Wah tante nggak perlu repot-repot buatin kami bakso, tapi kalau udah terlanjur gini saya cuma bisa bilang terima kasih." ujar Syahla.

"Tante hebat bisa baca pikiran kita kayak pak Napoleon, apa tante juga memiliki kemampuan telepathy yang bisa baca pikiran." ucap Dion yang kakinya langsung diinjak oleh Syahla yang membuat Dion meringis kesakitan.

Alfian & AlfiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang