You can try but don't force the will of others
—
Jam menunjukkan pukul tujuh malam, anak eskul taekwondo sudah persiapan untuk pulang. Aku juga menantikan waktu pulang, latihan hari ini sangat keras, aku merasa ototku meronta ingin dipijat. Ketika membereskan barang, ponsel ku berdering beberapa kali, setelah ku periksa ternyata Astina menelpon.
"KAMU UDAH PULANG BELOM SIH?" Astina berbicara dengan nada tinggi.
Telingaku bisa jebol kalau begini setiap hari. Astina tak punya pengendalian suara. Bahkan sekarang dia berteriak di sebrang sana.
"KAMU KAPAN PULANG SENAAA!?!?"
"Ini udah persiapan pulang." jawab ku sambil melanjutkan kegiatan berberes.
"Ditungguin Lio di depan sekolah, kasian dia nanya mulu kapan kamu pulang."
"Yayaya ini otw."
Sepatuku agak kotor, sepertinya besok harus dicuci. Rasanya juga tak terlalu nyaman. Mau ku cuci atau beli baru ya?
"Gimana latihannya?" Lionel menyapa dari kejauhan.
Sedikit berlari aku menghampiri dia. Melihatku membawa tentengan barang, Lionel inisiatif mengambil dan memasukan ke kursi belakang mobilnya.
"Thanks," kata ku setelah menerima minuman dingin dari Lionel. Entah kenapa aku merasa Lionel seperti pelayan pribadiku. "Latihannya enak nyaman, kami tadi lari keliling alun-alun 20 kali."
"Gila, bisa patah kaki ku kalau kaya gitu." Lionel bergidik ngeri.
Ku toel lengan Lionel, rasanya lembek dan kurus. "Kamu harus latihan fisik, lihat tanganmu lebih kecil daripada punyaku."
Lionel tertawa kecil. "pengennya gitu, Sen. Tapi aku sibuk ngurus kerjaan."
Ku tatap Lionel dengan wajah curiga. "Sibuk kerjaan tapi masih sempat-sempatin jemput aku."
"Hehe kalo kamu kan beda." Lionel membukanya pintu mobil. "Ayo kita makan di tempat ku."
Ayahku bilang kita tak boleh menolak ketika seorang pria membukakan pintu mobil atau pintu yang lainnya, itu salah satu bentuk kesopanan. Setelah masuk aku mencoba mencium aroma badanku. Gila! aku berkeringat dan bau debu matahari.
"Kita mau kemana?"
Lionel menyalakan ac mobil lalu menoleh dengan senyuman ramahnya. "Tempat kerja ku, Sen."
"Tempat kerjamu dimana? aku belum mandi, bau matahari nih."
"Bau matahari?" Lionel mendekat lalu mengendusku, "Wangi kok."
"Wangi matahari!"
Lionel cuma tersenyum tertahan yang setelahnya langsung melajukan mobilnya menelusuri jalanan kota. Seperti biasa jalanan kota kami selalu menanjak melewati tanjakan dan menurun melewati turunan. Kadang juga berkelok dan bergeronjal menabrak polisi tidur. Dari kejauhan aku tau ini jalan menuju cafe langganan ku dengan Tina, Cafe Flores. Lionel memarkirkan mobil disamping cafe Flores masuk ke rumah orang.
"Jangan bilang ini rumahmu?"
Lionel menggeleng, "Ini rumah kakak tertua ku. Sebelahnya yang cat biru rumah Orang tua kami. Terus yang depan ini rumah adekku."
Gila orang kaya.
"Rumah mu yang mana?"
"Aku masih beban orang tua, Sen." jawabnya dengan kikuk.
Aku memperhatikan sekitar setelah keluar dari mobil. Kenapa aku tak sadar dari lama kalau wilayah ini agak terpencil tapi memiliki perumahan yang mewah. Padahal aku hampir tiap hari nongkrong di cafe Flores.

KAMU SEDANG MEMBACA
TONIGHT DREAM
Romance[YOUNG-ADULTS] Dreams in sleep are not just dreams. Sena selalu mengalami mimpi yang aneh. Dalam mimpi Sena bertemu dengan sosok bernama Leo yang mengaku sekelas dengan sahabatnya, Astina. Namun nyatanya Leo di dunia nyata tak pernah ada. Sena terj...