6

415 45 6
                                    

Sejak tadi suasana begitu canggung. Entah hanya bagi Jess saja atau Bryan juga menganggap sama. Terlalu hening, hanya ada suara mesin mobil sport yang mereka kendarai.

Jess melirik sedikit ke sebelahnya. Pria di sampingnya memandang lurus fokus pada jalanan. Gadis itu masih bingung, ia belum bisa mencerna semua hal yang terjadi sejak malam hingga pagi tadi.

Mobil itu langsung berhenti di teras depan pintu utama. Jess langsung kabur saat itu juga, ia masuk begitu saja membiarkan Bryan sendirian di dalam mobil.

Bryan menatap si mungil yang berlari masuk ke dalam mansion mereka. Ia smirk karena kelakuan polos gadis itu.

Di dalam kamar, Jess langsung menutup pintu. Untungnya orang tua mereka sudah pergi ke kantor sehingga ia tidak perlu menjawab pertanyaan apapun saat ini.

Jess duduk di pinggir ranjangnya, ia memegangi bibirnya "kak Bryan gila! Dia lupa gue adeknya? Dasar kurang ajar"

Tiba-tiba Jess teringat dengan kejadian di club. Ia teringat terakhir kali minum, ia bersama dengan Johnny. Pria itu memberinya segelas alkohol dan sejak itu tubuhnya terasa aneh.

Diurutnya dahinya karena pusing. Jess berusaha mengingat namun ia lupa kejadian setelah ia pingsan di dekat kamar mandi.

Sekeras apapun usaha ia tak ingat. Jess malah semakin pusing, pengaruh obat yang Johnny berikan kuat sekali sehingga ia tidak ingat bagaimana dia bisa sampai berada di hotel.

++++

Langkah kaki Jess terhenti tak jauh dari meja makan. Ia memandangi punggung pria yang membelakanginya. 'Act like nothing happened, Jess. Bryan memang gila, dia cuma becanda doang' ia menarik nafas panjang.

Celine menyadari kehadiran Jess "kenapa diam di sana Jess? Duduklah biar kita bisa segera makan, daddy mu sudah lapar sekali"

Jess ngangguk lalu segera duduk di tempatnya biasa di samping sang mommy. Tak sengaja kedua pasang mata itu saling menatap.

Bryan tetap Bryan. Wajahnya sangat datar seperti tak terjadi apapun di antara mereka.

"Bagaimana kegiatan kalian kemarin malam, princess?" tanya sang daddy.

Jess tersenyum kaku "seperti itulah dad, kami belajar dengan baik"

Muncullah senyuman mengejek di wajah tampan itu. Saksi nyata kelakuan Jess hanya bisa tersenyum pada kebohongan tersebut.

"Oh ya dad, bulan depan dia akan ujian. Bagaimana kalau Bryan menjadi tutor pribadi Jess? Aku bisa mengajarinya setiap malam dan melatihnya dengan cara belajar di sekolahku"

Christ dan Celine begitu antusias, "wah ide bagus sekali. Seharusnya daddy memintamu melakukannya sejak awal"

Celine tertawa riang, "ah aku sampai lupa putraku sangat pandai. Kamu harus mengajarinya dengan giat Bryan"

Jess melihat ke arah mereka bertiga secara bergantian. "Tapi mom dad, Jess sudah punya guru less pribadi kenapa harus diajari kak Bryan lagi?"

"Persaingan masuk ke kampus bergengsi sangat ketat sayang. Jika kamu lengah sedikit saja, akan banyak saingan yang akan menggeser posisimu" jelas Celine.

Bryan tertawa kecil, di kolong meja dengan sengaja kaki panjangnya mengelus betis Jess "benar sekali mom. Akan sulit bagi orang bodoh dan malas untuk dapat kursi di kampus"

Jess menatap sinis sang kakak. Ia langsung menyuapkan sesendok nasi dengan gumpalan besar ke mulutnya.

"Bryan kenapa berkata begitu. Jangan mengejek adikmu terus. Princessku adalah yang terbaik" bela sang daddy.

Red LightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang