7

460 46 1
                                    

"Awas kesambet penghuni sekolah" Ruby usai memukul pundak Jess.

Sang pemilik pundak terkejut dan keluar dari lamunannya. Pelajaran sejarah yang sangat membosankan baginya sama sekali tidak dia perhatikan.

Isi pikiran Jess dipenuhi dengan kenangan tidak pantas antara dirinya dan sang kakak. Jess tertekan bila Bryan terus bertindak melewati batas.

"Lo kenapa sih? Dari pagi lemas mulu" bisik Ruby.

Jess pun menggeleng, "gue cuma bosan doang"

Triririring...

Bel istirahat berbunyi. Suasana mulai berisik, para siswa mulai berhambur keluar kelas.

"Guys kalian kantin gak?" Lily datang dengan santainya.

"Boleh deh" jawab Jess. Mereka berempat pun pergi ke kantin.

Menu hari ini adalah menu spesial yang hanya ada setiap hari kamis. Tentunya mereka tidak akan melewatkan itu.

"Anne gue mau nanya deh. Lo kan punya kakak laki-laki ya" intro Jess.

Anne hanya menaikkan alisnya. Lalu Jess mengambil posisi duduk tegak, "gimana cara kakak lo ngetreat lo sebagai adeknya?"

"Lo nanya gitu padahal lo kan tau sendiri kelakuan curut yang satu itu. Dia mah gak pernah perlakuin gue kayak cewek, hari-hari nyepak gue lah, berantakin kamar gue. Kadang tuh waktu belajar, dia tiba-tiba datang entah dari mana terus narik kepala gue ke keteknya terus berantakin buku gue, pas dia mau keluar lampu sengaja di matiin dan pintu gak ditutup. Kurang ajar banget gak sih?" Anne mengadu.

Mereka semua tertawa mendengarnya termasuk Jess walau tak senyaring Ruby dan Lily.

"Gila kakak lo gokil parah sih hahaha" celetuk Ruby.

"Gokil apanya, gue apes mulu dekat dia"

Jess terkekeh namun iya masih butuh jawaban yang lain. "Dia gak pernah gitu perlakukan lo di luar cara treat abang ke adeknya?"

"Loh semua kelakuan yang gue ceritain tadi kan diluar ekspektasi seorang adek juga Jess. Lagian setiap kakak itu punya cara yang beda untuk mengekspresikan rasa sayangnya. Tapi kakak gue sih emang udah gila, kayaknya otaknya mati makanya another level gini" jelas Anne pula.

Jess memahami maksud Anne. Sepertinya Bryan juga sama. Jess yang terlalu membawa serius candaan Bryan.

Lagian sejak kecil, pria itu memang punya kelakuan di luar nalar. Sepertinya Bryan hanya bercanda saja padanya walaupun bercandanya salah.

Mereka pun kembali menikmati makanannya. Pembicaraan berhenti hingga salah satu dari mereka tiba-tiba meletakkan sumpit secara kasar.

"What the... Gilaa ini" Lily melotot menatap layar HP.

"Woi woi calm girl. Kenapa harus berisik sih" keluh Anne.

Lily menunjukkan layar hp nya pada mereka semua. "Gila Johnny meninggal?"

Ruby merebut hp itu. Ia dan Anne yang duduk di sampingnya langsung membaca artikel di blog SMP mereka dulu.

Jess hanya melihat foto di artikel itu saja. Ia terkejut, "serius? Mati karena apa?"

"Katanya dia dirampok, semua barang berharga hilang termasuk mobil dan dompet" jawab Ruby.

"Katanya dia juga ada luka-luka gitu, kayaknya habis dikeroyok" jelas Ruby lagi.

Lily memandang ke arah Jess, "bukannya dia ketemu sama lo ya di club waktu itu?" Jess mengangguk.

"Kasihan banget mantan gue" ujar Jess, ia masih belum ingat bahwa Johnny sudah melakukan hal buruk padanya.

Red LightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang