BARU saja beberapa hari Kaluna bisa bersantai-santai setelah tugas revisi dan diskusi ulang dari Javier tuntas, kini gadis itu kembali dibuat pusing oleh soal-soal kasus yang ia dapatkan di hari pertama Ujian Tengah Semester. Parahnya lagi, yang mengawas hari pertama di kelasnya adalah si dosen paling perfectionist alias Mr. J alias Javier Alaric Zhico.
"Yang ketahuan nyontek, saya jamin nggak akan bisa ikut UTS hingga hari terakhir."
Nah, kan. Belum juga mulai laki-laki itu sudah mengeluarkan ancaman mautnya yang membuat seisi kelas keringat dingin. Terlebih Kaluna yang benar-benar benci soal-soal kasus. Selain diagnosanya yang nyaris sama antara satu soal dengan soal lain, rata-rata soal kasus juga panjang yang jelas butuh waktu lebih hanya untuk sekedar membaca.
"Waktu kalian 60 menit. Silakan kerjakan soal dengan tenang. Yang ribut, silakan keluar!" Katanya lagi, dengan suara datar sedatar wajahnya. Tangannya bersidekap dengan mata tajam yang menyapu sesisi ruangan. "Waktu kalian dimulai dari sekarang!" Lanjutnya, membuat siswi yang berjumlah lebih dari 40 orang itu fokus pada ponsel untuk mengerjakan soal di google form.
"Biarpun sistemnya online, jangan harap kalian nggak ketahuan jika menyontek selama mengerjakan soal." Javier mulai berjalan menyisiri setiap lorong-lorong bangku untuk mengawasi siswi-siswinya.
Kaluna mendengus malas. Javier ini seperti orang yang tidak pernah ikut ujian saja. Apa salahnya coba memberi sedikit kelonggaran pada mahasiswinya? Kan, mahasiswi juga hanyalah manusia biasa yang tidak mungkin bisa menguasai semua materi yang pernah dosen sampaikan.
"Jangan tolah-toleh! HP-nya langsung saya sita jika ada yang kedapatan berdiskusi."
Dari arah belakang, Javier kembali berjalan ke depan. Pindah ke lorong lain lalu kembali berjalan ke belakang dengan tangan yang masih bersidekap. Membuat otot lengannya yang tersembunyi di balik kemeja abu-abu gelap itu terlihat jelas.
"Tuh, orang berisik banget, sih, anjir!" gumam Kaluna berbisik. Ekor matanya mengawasi pergerakan Javier.
Saat laki-laki itu berada di lorong kursinya, jantung Kaluna mulai bergemuruh. Percayalah, ada pengawas yang berdiri di samping kita saat tengah mengerjakan soal itu lebih menakutkan dibanding kecoa terbang.
"Sepuluh menit berlalu. Kerjakan soal yang kalian anggap mudah lebih dulu." Suara Javier terdengar sangat dekat.
Kaluna menoleh tipis, lantas meringis pelan ketika dari ekor matanya ia melihat eksistensi Javier yang berada lima langkah di belakangnya.
Tangan Kaluna mulai panas dingin saat mendengar suara sepatu mendekat, terus mendekat hingga berhenti tepat di sebelahnya. Gadis itu berusaha menahan kepalanya agar tidak mendongak menatap Javier. Ia menundukkan kepala, mencoba terlihat fokus pada soal-soalnya namun nyatanya jantungnya tengah jedag-jedug. Bahkan kesulitan untuk sekedar menarik napas.
Javier berdeham halus. Kaluna semakin ketar-ketir. Walau tidak menyontek, entah mengapa Kaluna tetap gugup saat pengawas ujian berdiri di dekatnya. Ia merasa takut salah jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. J
Literatura FemininaKaluna pikir, kuliah itu hanya tenteng-tenteng totebag kemudian wisuda. Kaluna pikir, kuliah itu seindah cerita-cerita novel yang dia baca. Namun, semua ekspektasinya mengenai dunia perkuliahan seketika luluh lantak begitu bertemu dengan manusia sup...