MINGGU cerah dengan matahari yang bersinar sama sekali berbanding terbalik dengan wajah Kaluna. Baru saja semalam ia dibuat melayang oleh sikap Javier, pagi buta tadi tiba-tiba saja laki-laki itu mengiriminya sebuah tugas resume mengenai mata kuliahnya—mininal dua lembar folio timbal balik—untuk membayar utang kuliah.
Yang membuat Kaluna kesal adalah, ini hari libur! Bukan hanya libur kalender, tapi juga libur semester. Bisa-bisanya dosen tersayangnya itu memberi tugas.
Respons teman-teman sekelas Kaluna tidak jauh beda dengan gadis itu. Banyak yang protes sebab diberi tugas pada waktu libur. Untung saja Javier tidak menetapkan deadline. Tapi tetap saja membuatnya dongkol sebab harus menghadap langsung dengan Javier untuk pengumpulan tugas.
Kaluna memeluk erat map plastik yang berisi tugasnya ketika turun dari ojek online yang ia tumpangi ke rumah Javier. Setelah membayar, gadis itu masuk ke area rumah Javier yang harus melewati pekarangan seluas lapangan basket.
"Eh, Mbak Kaluna, tumben datang sepagi ini?" Bi Sri yang tengah menyiram bunga di halaman, lantas keheranan melihat kedatangan Kaluna. Biasanya gadis itu datang pada siang hari.
"Mau setor tugas sama Pak Javier, Bi. Sekalian minta izin cuti sama Tante Sesil."
"Owalah, mau pulang kampung ya, Mbak?"
"Iya, Bi. Saya masuk dulu, ya, Bi."
"Iya, Mbak, silakan. Mas Javier kayaknya ada di ruangannya, tuh."
"Oke, Bi. Makasih."
Kaluna berlalu memasuki rumah mewah bertingkat itu. Di ruang tengah ia disambut oleh Bunda Sesil yang tampak sumringah melihat keberadaannya. Wanita itu tengah menonton TV dengan beberapa cookies di depannya.
"Mau setor tugas, ya, Lun?"
"Iya, Tan," jawab Kaluna. "Pak Javier ada di ruangannya, kan, Tan?"
"Iya, kamu masuk aja," jawab Bunda Sesil. "Abis konsul kamu ke sini, ya. Temenin Tante, Tante lagi butuh pendapat kamu, nih."
"Oke, Tan."
Ketika gadis itu telah berdiri tepat di depan ruangan Javier, tiba-tiba saja dadanya berdegup cepat. Bayangan Javier yang mungkin akan melontarkan nyinyiran ketika tugasnya tidak sesuai keinginan dosennya itu, terbayang di kepala Kaluna layaknya sebuah penampakan horror.
Berdeham, Kaluna mengetuk pintu berwarna putih gading di depannya.
"Masuk!"
Kaluna mendorong pintu dengan pelan. Melemparkan senyum tipis ketika laki-laki berkacamata yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu meliriknya datar.
"Mau setor tugas, Pak."
Javier hanya mengangguk.
Ya Tuhan, kemana sikap manis laki-laki itu semalam?
Dengan hati-hati, Kaluna meletakkan map plastiknya ke meja Javier. Di samping laptop laki-laki itu yang tengah menyalah entah menampilkan apa.
Javier melirik map tersebut sekilas sebelum menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dan menatap Kaluna.
"Tumben gercep," katanya datar. Namun entah mengapa terdengar menyebalkan di telinga Kaluna.
Gadis itu tersenyum formal, menutupi rasa kesal di hatinya yang ingin berteriak, "telat, salah. Gercep, dinyinyirin. Mau lo apa, Bambaaang?!"
"Hehehe … soalnya kalo siang atau sore pasti banyak yang datang nyetor tugas ke Bapak, saya nggak mau nunggu, Pak. Males ngantri."
Javier hanya membulatkan mulutnya lalu meraih tugas Kaluna. Membacanya dengan serius. Sesekali alis tebalnya berkerut yang membuat lutut Kaluna bergetar melihat ekspresinya. Rasanya ingin protes mengapa Javier tidak juga mempersilakannya untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. J
Literatura FemininaKaluna pikir, kuliah itu hanya tenteng-tenteng totebag kemudian wisuda. Kaluna pikir, kuliah itu seindah cerita-cerita novel yang dia baca. Namun, semua ekspektasinya mengenai dunia perkuliahan seketika luluh lantak begitu bertemu dengan manusia sup...