KALUNA Elodie Joanne lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Sekalipun, tidak pernah terlintas dalam khayalannya bahwa kini ia duduk di dalam pesawat pribadi milik dosennya yang demi apapun begitu mewah di mata Kaluna.
Bahkan, untuk sekedar duduk di business class saja, Kaluna tidak pernah memikirkannya. Sekarang, bisa-bisanya ia berada di dalam sini. Membuat jiwa noraknya meronta-ronta. Sejak tadi ia hanya mengagumi interior pesawat pribadi milik keluarga Javier.
"Pak Javier jadi dosen kayaknya cuma gabut aja, deh," gumam Kaluna tidak habis pikir.
"Saya jadi dosen karna pengin bagi ilmu. Bukan karna gabut."
Tiba-tiba saja Javier duduk di sampingnya. Di tangan laki-laki itu ada gelas berisi wine. Kaluna menyengir menatap dosennya.
"Abisnya saya liat-liat Bapak, nih, kaya banget. Mana udah jadi dokter spesialis pula."
Javier tidak mengindahkannya. Laki-laki itu hanya diam menyesap wine di gelasnya. Kaluna menatap penasaran pada minuman berwarna pekat tersebut. Seumur hidupnya, ia belum mencoba minuman seperti itu. Mentok, dia cuma tahu cola dan kawan-kawannya.
"Rasanya wine, tuh, kek gimana, sih, Pak?" Tanya Kaluna penasaran.
Javier menatapnya dengan alis terangkat. "Belum pernah coba?"
Kaluna menggeleng.
"Mau coba?"
Mata Kaluna berbinar. Terlebih lagi saat ia tahu bahwa wine yang diminum Javier pasti bukanlah wine dengan merk biasa. "Boleh?" tanyanya antusias.
Javier mendengus geli. Laki-laki itu mengangkat tangan memanggil pramugari kemudian memintanya untuk memberikan sebotol wine tanpa alkohol.
"Yah, Pak … kok, yang nggak ada alkoholnya? Padahal saya belum pernah nyoba minuman beralkohol!" keluhnya.
Javier mendelik pada gadis itu. "Anak kecil nggak boleh minum alkohol!"
Kaluna tentu saja tidak terima dikatai anak kecil. Gadis itu memasang wajah protes. "Jangan panggil aku anak kecil paman! Aku—Aww!"
Javier menyentil jidatnya gemas. "Berisik!"
Kaluna merengut. Sampai kemudian senyumnya merekah kala wine yang dipesan Javier sudah tiba. Walau tidak beralkohol, Kaluna tetap saja penasaran dengan rasa dari minuman mahal itu.
Javier membuka botol, kemudian menuangkan secukupnya ke dalam gelas lantas memberikannya pada Kaluna. "Minum pelan-pelan," ucapnya.
"Makasih, Bapak Javier!"
Saat pertama kali menyicipinya, wajah Kaluna mengernyit. Javier terkekeh dibuatnya.
"Gimana?" tanya laki-laki itu.
"Gimana, ya, jelasinnya. Rasanya manis tapi kayak ada asem-asemnya." Namun, gadis itu kembali menyicipinya. Ia mengikuti gaya minum Javier yang terlihat elegant di matanya.
Berikutnya, hening. Kaluna melempar pandangannya ke luar jendela. Menikmati keindahan Indonesia dari atas. Gadis itu beberapa kali berdecak kagum. Hingga tiba-tiba pesawat terguncang ketika melewati awan mendung, tubuh Kaluna tersentak kaget dan refleks mencengkeram lengan Javier.
Sejujurnya, Kaluna takut naik pesawat. Ia tidak punya trauma. Hanya saja setiap kali berada dalam pesawat entah mengapa perasaannya was-was. Fantasi-fantasi mengerikan mengenai kecelakaan pesawat membuatnya merasa ketakutan.
"Kenapa?" tanya Javier, melihat tangan gadis itu gemetar.
Kaluna berdeham. "E-enggak apa-apa, Pak. Kaget aja." Lalu melepas tangannya dari lengan Javier dan berusaha menutupi ketakutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. J
ChickLitKaluna pikir, kuliah itu hanya tenteng-tenteng totebag kemudian wisuda. Kaluna pikir, kuliah itu seindah cerita-cerita novel yang dia baca. Namun, semua ekspektasinya mengenai dunia perkuliahan seketika luluh lantak begitu bertemu dengan manusia sup...