Cinta tidak terbalaskan

10.6K 232 5
                                    

Di pagi seperti biasa, Syarah sudah bersiap-siap, dengan baju sekolah, rambut legam yang terurai panjang, tak lupa Syarah akan memakai parfum yang pernah dihadiahkan Jeno kepadanya tahun lalu, Syarah sangat irit jika memakai parfum itu. Makanya sampai sekarang masih ada.

Hadiah terbaik, yang diberikan Jeno kepadanya. Tahun lalu saat ulang tahunnya. Syarah menatap dirinya di depan cermin, senyumannya semakin jelas, hari ini sudah tiba, setelah mendengar suara deru motor Vespa Jeno sudah berada di depan rumah.

"Syarah, lo harus semangat, lo harus tetap bersikap biasa." Setelah menyemangati dirinya, tetapi senyum itu kembali pudar, menyadari Jeno tidak akan pernah mencintainya.

"Biasa aja kali Ra, lagian Jeno nggak akan suka lo balik." Syarah sudah mencintai Jeno sudah lama, sejak ia pertama kali Syarah pindah ke sini, dan awal dimana ia memasuki SMP.

Tetapi rasanya masih sama, Jeno sepertinya tidak mempunyai perasaan kepadanya. Alena sering berkata, "lupain aja si Jeno goblok! Ngapain lo masih suka? Jeno aja masih belum tentu suka sama lo!" Iya Alena sahabat karib Syarah, terkadang dia juga sering jengkel menanggapi curhatan kisah cinta Syarah.

Entah tentang Jeno yang selalu memberikan perhatian Kecil, tentang Jeno yang selalu membawakan makanan yang dia bikin, atau terkadang Ibu Jeno yang memasak, lalu dengan mudah Jeno akan datang membawakan makanan itu. Tetapi Syarah akan selalu sadar, Jeno memperlakukannya hanya karena mereka berteman dan bertetangga.

Alena terkadang pusing, dia harus mulai darimana memberikan saran yang bagus agar bisa melupakan Jeno, dan berhenti berharap kepada Jeno.

Tetapi bagi Syarah Maharani, tidak mudah melupakan perasaannya kepada Jeno Saktiawan Sinaga begitu saja. Syarah pernah ingin berusaha melupakan perasaannya terhadap Jeno, karena rumah Jeno dan Syarah bertetangga, dan sering bertemu. Itu yang membuat Syarah susah, dan perasaan itu akan kembali sejak ia pertama kali jatuh cinta kepada Jeno.

"Syarah! Jeno jemput tuh!"

"Iya Ma, bentar!"

Syarah mengambil beberapa buku dari atas meja belajarnya, mengingat hari ini akan ada pelajaran; matematika, sejarah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

Setelah siap, Syarah mengambil tasnya, lalu memapah pergi ke depan. Syarah terkejut bukan main, sudah mendapati Rion berada di hadapannya.

"Sial! Lo selalu aja bikin gue kaget! Bisa kan lo ngetuk dulu sebelum masuk?" Syarah mengusap-usap dadanya karena kaget.

Rion justru tersenyum sinis, menatap kakaknya itu. "Lama lo, noh si Jeno udah lama nungguin lo di depan."

"Iya gue tahu, gue juga udah jalan mau ke depan!" ucap Syarah tak kalah sinis.

Syarah yang baru saja berjalan, terhenti. "Lo sendiri nggak pergi ke sekolah?"

"Bentar, nggak usah urusin gue, lagian kita beda sekolah."

Syarah memutar bola matanya jengah, dan lanjut berjalan. "Jangan harap gue kerjain tugas lo nanti!"

"Eh, kak Ara, jangan gitu dong."

Syarah tetap berjalan, tanpa memperdulikan Rion dengan wajah khawatir. Menatap kakaknya pergi.

"Kak!"

"Manggil kakak, pas ada maunya doang, adik durhaka!" Syarah mendengus kesal dengan sikap adiknya itu, karena ia datang pas ada maunya doang.

Syarah mempunyai adik yaitu Rion, berbeda satu tahun saja, terkadang mereka juga tidak akur, tapi bukan berarti Syarah yang baik ini tidak akan membantu Rion mengerjakan tugas yang biasa Rion sulit pahami. Atau paling sering malah Syarah yang mengerjakannya. Walaupun Rion sendiri benci matematika, di situlah Rion akan memanfaatkan kakaknya itu untuk mengerjakan tugas, bisa dibilang memang Syarah termasuk sangat pintar di kelasnya, setelah Jeno.

LAIVSYARAH [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang