CHAPTER 7

3.2K 770 113
                                    

"Kau benar-benar akan membantu laki-laki itu?" Jiyeon menghampiri Lisa yang tengah duduk di atas sofa bersama laptopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau benar-benar akan membantu laki-laki itu?" Jiyeon menghampiri Lisa yang tengah duduk di atas sofa bersama laptopnya.

Lisa langsung mengerti siapa yang dimaksud Jiyeon. Mereka sama-sama memandangi Jungkook yang sedang mengobrol dengan kakek bungkuk di dekat pintu rumah yang terbuka. "Ya," kata Lisa. "Aku akan membantunya. Sejak awal membawanya ke sini, aku sudah menangkap garis besar permasalahannya. Kurasa aku bisa menghadapinya."

Jiyeon duduk di sofa single, menghela napas singkat. Meski terlihat cuek-cuek saja, namun sejujurnya ia sangat peduli pada Lisa karena gadis Hwang itu sudah pernah membantunya—bahkan bersedia menampungnya sampai detik ini.

"Dengar," tukas Jiyeon, serius. "Suamiku bekerja di bidang hukum. Nyaris setiap harinya ia bertemu dengan orang-orang yang bisa membeli hukum itu sendiri. Ada yang menyuap polisi, hakim, dan lain-lain. Orang-orang seperti itu jelas sangat berbahaya. Mereka tak pernah ragu untuk berbuat sesuatu yang salah, sebab tak ada yang bisa menjebloskannya ke dalam penjara. Dan dalam kasus Ahn Jungkook; dia berasal dari keluarga kaya raya. Menyaksikan berita kematian sampai dengan persidangan para pelakunya saja kau pasti langsung bisa menebak ada sesuatu yang janggal di sana. Kau akan terseret dalam bahaya jika melanjutkannya, Lisa."

Lisa tersenyum lembut. Rasanya seperti memiliki seorang kakak. Jiyeon adalah salah satu arwah terlama yang pernah tinggal dengannya. Mereka sudah seperti teman dekat, bahkan keluarga. Saling mendengarkan keluh-kesah satu sama lain kendati tak mampu saling banyak membantu.

"Aku tahu, Eonni. Tapi tugasku hanya mencaritahu siapa pelaku sebenarnya, dan apa motifnya. Hanya itu saja. Jungkook tidak memintaku untuk menjebloskannya ke dalam penjara."

"Iya, Lisa. Aku tahu. Tapi tetap saja kau akan berada dalam bahaya jika kau memiliki informasi besar itu. Pelakunya pasti akan ketakutan dan merasa tidak tenang, lalu berusaha untuk melenyapkanmu agar kau tidak membocorkan informasinya sewaktu-waktu."

"Aku akan berhati-hati." Lisa menekan belah bibir, kembali tersenyum saat menambahkan, "Aku janji, aku akan baik-baik saja, Eonni."

Jungkook tiba-tiba datang. Ia tersenyum agak kaku tatkala mendapati presensi Jiyeon, lalu cepat-cepat membungkuk hormat. Sementara perempuan itu hanya mengabaikan dan berlalu pergi keluar rumah.

Sejujurnya Jungkook masih merasa canggung pada Jiyeon walau ia sudah lebih dari dua minggu menempati rumah Lisa. Jiyeon nyaris selalu memandang Jungkook dengan dingin setelah mengetahui rencana Lisa untuk membantunya. Sikap Jiyeon tersebut sedikit-banyak mengingatkan Jungkook pada Bibi Yura.

Mungkin Jiyeon bersikap demikian karena menganggap bahwa Jungkook akan melemparkan Lisa ke dalam marabahaya. Jika sesuatu yang buruk sampai terjadi pada Lisa karena misi itu, bukan tak mungkin Jungkook akan menjadi sasaran kebencian Jiyeon maupun para hantu yang tinggal di sekitar sini.

"OH, GREAT!"

Jungkook dibuat terlonjak mendengar seruan Lisa. Gadis itu mengangkat kedua tangan di udara, menggantungkan raut wajah bahagia bukan kepalang sembari memandangi layar laptop di atas pangkuannya.

Ghost in Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang