Begitu mereka tiba di tengah pulau tersebut, Rega dan Rin langsung menghancurkan semua lapisan pelindung yang terdapat di sana. Akibatnya, semua makhluk selain manusia menjadi lepas kendali. Membuat kekacauan yang cukup besar untuk menghentikan berbagai perkelahian yang terjadi di berbagai tempat dalam pulau itu.
Si pelaku dan komplotannya sama sekali tidak peduli. Rega yakin neneknya bisa melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah yang ia buat. Fokusnya hanya pada pintu penghubung ke dunia setan. Keretakan tanah di mana setan-setan berstatus rendah yang tidak memiliki kecerdasan merangkak keluar tanpa kontrol.
Para siluman yang mengintip dari jauh mulai ketakutan, gemetaran pada banyaknya jumlah setan yang datang seperti kawanan semut yang keluar dari liang tanah. Sebagian yang tidak merasa takut memunculkan dirinya, bersiap untuk berperang mengikuti insting mereka. Namun, Rega menatap tajam pada para siluman. Tatapannya seperti mengancam tanpa suara. Memerintah mereka untuk mundur dan jangan berani-beraninya merampas mangsanya.
"Regulus, bersihkan jalannya."
Hanya dengan satu kalimat perintah dari Rega. Dan ancaman para setan berubah menjadi pembantaian besar-besaran. Regulus yang lucu kembali ke sosok aslinya. Tanaman kecil dengan beberapa helai daun dan ranting merambat. Awalnya dia terlihat masih lucu. Sosok pohon kecil yang berjalan dengan akarnya, tapi begitu ia mulai menangkap dan memakan setan-setan di dekatnya, sosok Regulus berubah.
Akar berjumlah tak lebih dari tiga itu bertambah begitu cepat, merambat seperti ular yang mengejar mangsanya. Ia menangkap mereka, melilit dan menghancurkan semua yang ia sentuh. Kemudian menggunakan duri yang batangnya seperti sedotan untuk mengisap aura mangsa yang sudah tidak berdaya. Hanya dalam beberapa menit, batang dan daun Regulus tumbuh begitu lebat. Kehilangan bentuk lucunya dan menjadi sebuah tanaman merabat besar dengan aura berbahaya.
Rega mengedip beberapa kali, agaknya sedikit terkejut. Dalam hati mengumpat. Teringat akan betapa banyak usahanya hanya untuk menumbuhkan sehelai daun Regulus. Dan apa ini yang baru saja dia lihat? Pertumbuhan kilat tanpa usaha sama sekali.
"Cih. Tahu gitu sejak awal kuhancurkan saja lapisan pelindung sialan ini!"
"Kau tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan teman-teman dan keluargamu?"
"Mereka tinggal pergi dari pulau. Apa susahnya?"
"Ya, ya, kau selalu benar."
Neron ingin berkata kalau tidak akan ada tempat yang aman lagi di dunia manusia setelah mereka membiarkan para setan kelaparan itu berkeliaran bebas. Tetapi ia merasa tak ada gunanya berdebat dengan si egois Rega. Jadi Neron mendiamkannya, mengiyakan perkataan Rega dengan sikap acuh tak acuh. Dia menunjuk ke arah Regulus yang telah selesai membersihkan jalan penghubung ke dunia setan itu. Memanggil Rega untuk mengikutinya. Seolah pria cantik judes itu tidak tahu jalan.
"Cepatlah masuk. Apalagi yang kautunggu?"
Semua masalah Rega akan berakhir begitu mereka meninggalkan dunia manusia. Rega tahu, tapi saat dia meninjakan kakinya di depan pintu tersebut, tubuh Rega terhenti dengan sendirinya. Dia menolehkan kepalanya, menatap kosong pemandangan ricuh di hutan yang selalu sunyi dipenuhi oleh misteri tersebut. Ada sedikit keraguan muncul dalam hatinya. Rasa berat meninggalkan semua yang dia punya demi Regulus dan Neron.
"Sudah terlambat kalau kauingin berubah pikiran sekarang, Rega."
"Aku tahu. Dasar berisik!"
Rega menggelengkan kepalanya. Menoleh kembali ke arah tujuan awalnya. Di mana Regulus dan Rin menunggunya dengan patuh. Dia menguatkan tekat. Melangkahkan kaki saat Neron menarik tangannya. Akan tetapi, sekelompok siluman kucing di bawah kendali Florian muncul mendadak, menerjang Rega hingga tubuhnya terhempas ke arah berlawanan dari pintu penghubung ke dunia setan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Prey
FantasyBagi Rega, memiliki wajah cantik sebagai seorang laki-laki sudah merupakan hal yang menjengkelkan. Ditambah kemampuan melihat setan dan sejenisnya membuat Rega merasa hidup dalam kesialan. Kemudian, seorang setan kelas atas muncul di hadapannya sec...