Rega telah siap bertempur. Dia memilih sebuah busur dari koleksi barang curian. Tak perlu pusing soal anak panahnya. Energi spiritualnya yang akan dipakai untuk membentuk anak panah saat menembak. Senjata yang praktis, cocok untuk mengisengi seseorang dari jauh.
"Hahaha! Lihat saja kalian, bibit Demon Hunter, akan kubuat menderita!" Tampang Rega mirip dengan penjahat. Tawanya pun penuh niat buruk. Penampilan yang cocok sekali sebagai istri seorang setan.
"Apa kau punya dendam dengan mereka?" Neron bertanya karena penasaran, bukannya mau menghentikan Rega. Mau main-main silakan saja. Dia toh hanya akan bersembunyi dalam tubuh Rega tanpa melakukan apa pun.
"Tak ada. Kenal pun nggak," jawab Rega dengan polosnya.
"Hoo ... terus?" Neron menatapnya keheranan. Belum tahu sebanyak apa daftar hitam kehidupan bebas Rega.
"Terus apanya? Kau itu setan, jahat sedikit dong! Aku bosan, mau olahraga sedikit."
Olahraga ala Rega adalah mencari orang yang katanya kuat, memaksanya berduel dengan menghalalkan segala cara. Hobinya adalah berburu dan menangkap setan atau siluman untuk dimainkan sampai bosan, baru dilepaskan atau jual ke pasar gelap.
Karena di pulau ini tak ada pasar gelap. Rega hanya akan mengejar dan menakuti calon Demon Hunter. Kalau nanti ketemu setan, akan dia takuti. Kalau ketemu siluman kualitas bagus, akan dia curi bagian tubuhnya untuk membuat ramuan khusus.
"Kau yang terlalu jahat jadi manusia," komentar Neron.
Rega pura-pura tuli. Dia melipat busurnya hingga berukuran cukup kecil agar muat di dalam tas. Lalu kemudian dia masukan bersama sebuah buku kuno yang berisikan informasi tentang bagian tubuh siluman yang bisa dijadikan bahan ramuan khusus.
"Kau diam saja di sini ya! Aku pergi dulu!"
Neron pun ditinggal, dikunci di dalam kamarnya. Kemudian Rega pergi seorang diri. Dia sama sekali tak sadar bila sedetik sebelum pintunya tertutup, Neron telah berpindah masuk ke dalam tubuhnya.
Tanda perjanjian di telapak tangan Rega sebenarnya juga merupakan dimensi berbeda yang dibuat dengan kekuatan Neron. Di sanalah Neron menetap saat merasuki Rega. Maka keberadaannya tak bisa dirasakan seperti ketika Rega kerasukan setan dengan cara biasa.
Tuan muda Rega berjalan di lorong asrama dengan riang. Wajahnya yang asing dikenali oleh penghuni lain yang pada berbondong-bondong ingin pergi sarapan ke kantin.
Seseorang menahan tangan Rega. "Kamu anak yang katanya masuk terlambat karena dirawat di rumah sakit itu? Aku ketua asrama, Cruz Amado. Akan kutunjukkan di mana kantinnya berada. Lalu akan kuberitahukan soal peraturan dan kelas apa yang akan kamu ikuti nanti." Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai ketua asrama. Namun dia tidak beruntung, orang yang harus dia tangani adalah Rega.
"Bukan ah. Salah orang. Aku telat masuk karena dipenjara," jawab Rega jujur. Dia mana pernah sakit. Terluka pun, dia masih keliaran mengganggu orang.
"Heh?"
"Lepaskan! Aku sibuk. Kuliah nggak penting."
Rega menghempaskan tangan Cruz, melanjutkan perjalanan tanpa memikirkan kemungkinan bila neneknya menggunakan alasan itu agar dia bisa masuk kuliah dengan aman. Orangnya sendiri bahkan tak kepikiran ingin masuk kelas satu kali pun. Jadi mencoba beradaptasi juga tak ada gunanya.
"Lalu kenapa dia datang ke sini?" Orang bodoh mana yang mau kuliah di tempat terpencil tanpa punya tujuan yang jelas.
"Biarkan saja, Cruz. Tak usah mengurus junior semacam itu."
Rega dengar tahu! Dia kesal, tapi sudahlah. Dijelaskan juga paling dia dibilang gila. Manusia yang tak bisa melihat setan, memang sebaiknya dia jauhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Prey
FantasyBagi Rega, memiliki wajah cantik sebagai seorang laki-laki sudah merupakan hal yang menjengkelkan. Ditambah kemampuan melihat setan dan sejenisnya membuat Rega merasa hidup dalam kesialan. Kemudian, seorang setan kelas atas muncul di hadapannya sec...