EMPAT BELAS

5.3K 487 4
                                    




Matanya mengerjap perlahan lahan. Netranya melihat sekitar dengan bingung, ketika tiba tiba sadar apa yang terjadi ia pun mengedarkan pandangannya dengan was was.

Ruangan yang ditempatinya sangat lembab dan gelap. Hanya ada sedikit cahaya matahari yang masuk melalui celah jeruji kecil diatas tembok. Ruangan ini juga kumuh dan sedikit bau.

"Baunya anjir kayak bau neraka." Gumamnya pelan.

Gadis itu merenggangkan badannya. Rasanya kaku dan sedikit sakit.

"Lah njir badan gue sakit bet."

Perlahan ia pun berdiri. Netranya memandang diam sekitarnya.

"Pengap bener gila."

"Ini gue dimana dah? Jadi nyesal gue keluar rumah kemarin."

Pintu ruangan kumuh tersebut tiba tiba terbuka, menampilkan pria berjas hitam dengan pedang ditangannya.

Amora yang melihatnya tertegun sebentar.

"Sudah bangun gadis kecilku?"

"Selamat datang di kediamanku jalang kecil."

Siapapun itu jika seseorang memanggilnya dengan sebutan merendahkan tentu saja ia tak terima.

Amora menatap nyalang lelaki di depannya.

"Bacot bangsat, mau apa lo disini anjing!"

Lelaki itu menatapnya diam. Batinnya bertanya tanya maksud dari ucapan gadis di depannya.

"Bicara apa gadis ini?"

"Keluar goblok!" Sentak Amora kasar.

"Tidak akan sampai kau mati terlebih dahulu gadis manis." Dan setelah mengatakan itu tiba tiba lelaki tersebut mengayunkan pedangnya ke arah leher Amora.

Amora yang mengetahui gerakan tersebut lantas mengelak dan menyebabkan lengan kirinya tergores pedang.

Amora dengan gesit mencari sesuatu di dalam pakaiannya. Tangannya menemukan botok berisi serbuk merica. Dalam hatinya bersyukur bahwa senjata gabut nya ini masih berada didalam saku bajunya.

Laki laki didepannya ini masih cekatan menyerangnya dengan pedang. Dan beberapa kali bagian tubuhnya tergores.

Amora belum merasakan sakit dari luka luka yang didapatnya, dirinya masih dilingkupi kepanikan yang mengakibatkan tubuhnya belum merespon sakit dibagian tubuhnya.

Dan selanjutnya dengan cepat ia membuka tutup botol merica tersebut lalu melemparkan bubuk itu ke arah mata lelaki didepannya.

Laki laki di depannya lantas berhenti menyerang dan dan menjatuhkan pedangnya ke lantai. Lelaki itu mengerang kesakitan.

Tanpa berlama lama Amora pun dengan cepat mengambil pedang lelaki tersebut dan lantas keluar dari ruangan itu. Tak lupa sebelum ia keluar Amora menutup pintu tersebut lalu menyobek pakaian bagian bawahnya untuk digunakannya mengunci pintu dari luar.

Setelah selesai mengunci pintu Amora langsung berlari dengan kencang.

Ternyata, ruangan gelap yang ditempatinya hanyalah bangunan kecil ditengah tengah hutan belantara yang gelap.

Dan tanpa Amora sadari sepasang mata tengah menatapnya dalam diam. Dan seseorang tersebut melihat kejadian itu sedari awal.







***






"Capek banget."

"Ini juga kenapa hutan semua setan!"

Amora mengeluh kesal lantaran sudah berjalan lumayan lama namun tak menemukan satu orang pun di dalam hutan tersebut.

Kakinya bahkan sudah mati rasa. Telapak kakinya terluka akibat menginjak duri ataupun tergores ranting ranting tajam yang dipijaknya.

"Ssh sakit banget lengan gue. Ini juga kayaknya leher gue kegores."

Tubuhnya lelah dan terasa lemas. Kemungkinan karena ia belum makan  selama beberapa hari tak sadarkan diri.

Jujur saja Amora merasa tak kuat lagi berjalan. Seluruh tubuhnya terasa sakit, kepalanya pun mulai terasa pusing.

Amora terduduk lemas, tak kuat lagi dirinya memaksakan bergerak. Badannya terjatuh, perlahan matanya tertutup.

"Idup gue sial mulu ya, ahaha. Tau gitu sedari dulu mati aja gue." Ucapnya pelan sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya.

















Akhirnya, Gemi bisa up lagi:)
Setelah seminggu lebih lapak ini dianggurin:(

Buat cerita ini murni imajinasi Gemi. Dan nulis ini juga membutuhkan tenaga, pikiran dan juga ide. Jadi, ayo hargai penulisnya!

Vote dan komennya cintaa♡
Sehatt buatt kleann♡










AMORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang