49. Bersalah

1.3K 178 25
                                    

Setelah kejadian hari itu Arya tak pernah masuk ke kamar Ari. Setiap hari Arya tetap datang ke rumah sakit, menginap di rumah sakit tapi dia tak pernah mau masuk ke kamar Ari. Hanya sampai di depan kamar rawat Ari, Arya menjaga adiknya itu. Mengawasi Ari dari balik jendela dan menjaga kembaranya itu. Meski dalam hati Arya sangat ingin masuk dan mendekati Ari tapi dia tak mau kejadian beberapa hari lalu terulang, dia tak mau adiknya histeris seperti saat itu. Tidak mau melihat adiknya menangis.

Tapi ada satu hal yang sangat menyakitkan, entah mengapa Arya selalu mendapati ekspresi senang adiknya saat sedang bersama Farka. Entah mengapa adiknya bisa tertawa dan bahagia saat ada Farka di sampingnya. Padahal merak tak memiliki ikatan darah, padahal Arya kan kakak kandungnya tapi entah mengapa Ari terlihat lebih nyaman bersama Farka daripada dirinya. Seulas senyum sendu terlukis di bibir Arya. Arya membalikan badannya dari jendela kamar, Rasanya dia tidak kuat melihat kembaranya begitu akrab dengan Farka, Dia panas. Rasanya detik ini juga Arya ingin masuk ke dalam dan memisahkan mereka berdua. Tapi itu tak mungkin bisa Arya lakukan. Ari cukup tau diri.

"Kamu gak mau masuk?" seorang wanita yang penuh keibuan itu bertanya. Entah sejak kapan Tante Rosa berada di belakangnya, Arya tidak sadar. Alih-alih menjawab pertanyaan Tante Rosa Arya menggeleng pelan. "Ari pasti senang kalau tau kembaranya dateng buat jenguk. Kamu gak pernah mau masuk setiap kali ke sini." Lanjut Tante Rosa yang membuat seulas senyum sendu terukir di bibir Arya. Pemuda itu menundukkan kepalnya.

"Kalau itu yang terjadi pasti akan lebih menyenangkan." gumamnya pelan, kemudian pemuda itu kembali mengangkat kepalanya dan menatap Rosa dengan senyum lebar. Menimbulkan lesung pipi di kedua pipinya terlihat. "Pokoknya tante jangan kasih tau ya, kalau aku ada di sini. Dan ini... " Arya memberikan peper bag ke pada Rosa. " Aku titip buat Ari, tapi seperti biasa, jangan kasih tau kalo ini dari aku. Karena Ari pasti gak mau terima nanti." Pinta Arya lalu, jedah sesaat. Ada raut ragu yg tersirat di wajah Arya. Sesuatu yang tak pernah absen Arya tanyakan pada Rosa untuk menenangkan hatinya kemudian dia beranikan diri kali ini dia ucapkan." Tapi kondisi Ari makin baik kan, Tan? Dia gak kambuh lagi kan tadi?"

Asal Ari baik-baik saja semua sudah lebih dari cukup untuk Arya.

Mendengar pertanyaan Arya kali ini Rosa tersenyum teduh. Kemudian wanita itu mendekap tubuh Arya tiba-tiba."Kalau kamu sebesar itu menghawatirkan adik kamu seharunya kamu masuk dan liat sendiri bagaimana keadaan adik kamu." Ucapnya lembut. "Tanya ke Ari bagaimana keadaannya."

Arya tersenyum pilu. "Pengennya sih begitu, tapi gak bisa." Jawabnya murung yang membuat kening Rosa berkerut.

"Kata siapa?"

"Kalau Arya masuk nanti Ari makin sakit. Arya gak mau bikin adek tambah sakit lagi. Kemarin aja Ari langsung drop gara-gara Arya." Jawab Arya miris." Arya cuman bisa bikin Ari sakit terus, jadi lebih baik seperti ini. Lagian adek lebih bahagia di dekat Tante sama Kak Farka."

Rosa ingin mengeluarkan suaranya namun sudah di potong oleh Arya. Saat ini yang ada dalam pikiran Arya adalah cara untuk mengakhiri pembicaraan mereka. Dia harus segera pergi sebelum dia benar-benar tak dapat mengontrol emosinya. Matanya sudah panas, setiap kali membicarakan tentang Ari rasanya Arya ingin menangis. " Tante makasih ya, Arya pamit." Ucap Arya. Pemuda itu meraih tangan Rosa dan mengecup punggung tangan ibu tirinya kemudian dia pun bergegas pergi.

Namun tanpa Arya sadari dari balik dinding ada seorang yang  menguping pembicaraan mereka. Seseorang yang kini sedang merasakan nyeri di dalam hatinya.

" Mau samapi kapan kamu seperti ini ?" Farka bertanya namun tak di hiraukan Ari. Pemuda itu berjalan menjauhi jendela dan kembali duduk di ranjangnya. Wajah ceriah yang semula terhias guna mengelabui kembaranya kini menghilang dan kembali berubah menjadi raut murung. Inilah yang selalu terjadi setelah dia selesai beracting. Suasana hati Ari langsung kacau, mood nya langsung buruk.

The BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang