57. Tamparan

1.1K 127 12
                                    

Suara gaduh para siswa siswi di kelas saat guru tak ada membuat kepala Arya sakit. Ini sudah berlangsung satu jam setelah bel tanda pelajaran berikutnya di mulai. Dan karena Pak Edo guru bahasa Inggris izin tak masuk hari ini maka jam bebas pun berlangsung hingga jam pelajarnya selesai dua jam kemudian. Bukankah ini adalah hal yang menyenangkan? Tapi kali ini Arya tak berpikir seperti itu.

Kalau dulu Arya sangat suka jam bebas karena dia bisa bebas bercakap-cakap dengan Kevan serta Rahmat, dan dia juga bisa kabur untuk ke kelas adiknya mengintip apa yang sedang adiknya lakukan, kali ini jam bebas menjadi jam yang paling membosankan. Karena hubungan Arya dengan Rahmat dan Kevan sudah tak sebaik dulu dan Ari sudah tidak ada di sini jadi, tak ada yang ingin Arya lakukan. Dunia arya berubah seketika.

"Settt..."

Arya memejamkan matanya cepat dan menggigit bibir bagian bawah saat tiba-tiba sakit yang menusuk menyerang perutnya. Dia menundukkan keplanya seraya meremas perutnya yang terasa sakit, berharap kalau hal tersebut dapat menghilangkan sedikit sakitnya. Tapi hasilnya nihil. Sakit itu malah semakin menyiksanya.  Apa ini efek karena dia terlalu sering minum - minuman beralkohol? Tapi kalau Arya tak meminumnya dia tak akan bisa tidur.

Sejak di tinggal Ari, Arya memiliki gangguan tidur. Dia bahkan pernah tidak tidur selama 3 hari, dan kalaupun dia bisa tidur dia tak bisa tidur nyenyak. Di dalam kepalnya hanya ada Ari, Sangat menyiksa.. maka untuk menghilangkan penderitaan itu Arya memilih cara instan. Meski dia tau cara itu bukan cara yang baik tapi hanya itu cara yang paling ampuh saat ini.

Tak membutuhkan waktu lama keringat dingin membanjiri tubuh Arya, wajahnya pun sudah sangat pucat. Kalau dia menyerah apakah akan ada mimpi indah lagi yang muncul?  Meski rasa sakit itu menakutkan dan menyiksa tapi sebagian dari dirinya menikmati rasa itu. Karena baiknya dengan cara ini dia dapat bertemu dengan sosok yang sangat dia rinduka.

Perlahan mata itu mengerjap, likwit bening yang coba dia tahan pun pada akhirnya  mengalir dari pelupuk matanya. Pandangannya menggelap  tapi saat itu dua sudut bibir Arya malah terangkat tipis, dia terlihat senang, hingga beberapa detik kemudian matanya benar-benar terpejma dan Arya kehilangan kesadarannya.

Mimpi yang selalu sama, mimpi yang selalu Arya nantikan.

Senyum itu mengembang saat Arya terbangun dan dia dapatkan dirinya berada di sebuah kamar rawat rumah sakit. Bukankah ini adalah hal yang menyenangkan, karena sebentar lagi dia akan melihat sosok seseorang yang sangat dia rindukan. lalu benar saja, tak lama muncul seseorang  yang memiliki rupa sangat mirip dengannya yang dari balik pintu. Sosok itu menunjukan senyum termanisnya pada Arya. Membuat Arya semakin tersenyum lebar.

Arya yang tak sabar menunggu Ari mendekatinya pun langsung bangun dari posisinya berbaring dan berjalan mendekati Ari. Seharunya setelah itu mereka akan bercakap-cakap dan tertawa bersama, melakukan sesuatu yang tak bisa Arya dapatkan di dunia nyata, tapi ada yang berbeda kali ini. Entah apa yang salah dengan Lucid dream Arya, tapi kali ini sosok Ari tak seperti yang Arya inginkan. Saat Arya samapi di dekat Ari bukan memeluknya tapi Ari malah mendorong tubuh Arya dengan ekspresi wajah yang berubah kaku.

Sosok Ari yang terlihat membenci Arya muncul di sana. Lalu bayangan menyakitkan dari masa lalu muncul bertubi-tubi dan memunculkan luka yang sejenak dapat Arya lupaka.

Di mulai saat Ari pertama kali datang ke rumah Arya.

"Kita liat aja, gua rasa Lo bakal nyesel karena udah nerima gua tinggal di sini." Ari berkata dengan diring. Lalu berganti ke momen saat mereka bertangkai hebat.

"Maaf Lo bilang?! Apa maaf Lo bisa hapus semua kesalahan Lo?! Apa maaf Lo bisa mengembalikan  semua waktu yang udah Lo ambil dari gua?! Apa maaf Lo bisa hilangin kenangan masa kecil gua yang buruk! Jawabnya Enggak! Gak ada yang berubah dan maaf Lo gak ada artinya!!"

The BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang