7. Kehebohan

2.2K 239 30
                                    

Maaf ya terlambat,  padahal udah janji hari Rabu 
🙏🙏
author kurang enak badan soalnya
😔😔

*********

"MASAALLAH, DEN ARYA!!"

Teriakan Bi Inem membuat Ari reflek berlari ke luar kamar kalang kabut, suara benturan benda keras yang terdengar sebelum suara jeritan Bi Inem terdengar membuat otak Ari berpikiran buruk. Dan lagi wanita itu menjeritkan nama kembaranya, membuat hati Ari ketakutan.

Apa yang sebenaranya terjadi?

Ari berlari menuruni deretan anak tangga, hingga langkahnya terhenti saat berada di bordes (bagian tangga yang berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat atau sebagai tempat pemberhentian sejenak ketika menaiki atau menuruni tangga). Dari sana dia melihat kakaknya yang berada dibarisan tengah bawah anak tangga sedang meringgis sembari memegangi kepala yang memar dan hidungnya yang mengeluarkan darah. Di sana ada Bi Inem yang sudah dalam posisi jongkok di depan Arya dan menatap anak majikanya panik.

"Den Arya, gimana sih bisa kepleset di tangga?" tanya wanita itu heran dan kawatir. "Ya, Allah hidungnya ampe mimisan gini ayo kita ke rumah sakit aja, Den!" Arya langsung menatap Bi Inem.

"Gak, gak usah, Bi! Gak papa, cuman mimisan donga, kok! Ngapain pake ke rumah sakit?" Jawab Arya sembari menyunggirkan senyum tipisnya supaya Bi Inem tak semakin panik. Tau, kan, kebiasaan Arya, melemparakan senyum manisnya untuk mengatakan  bahwa dirinya baik-baik saja.

"Tapi Den, nanti kalo nyonya tau Den Arya luka kaya gini dan gak langung ke rumah sakit buat berobat, nyonya marah, loh."

"Ya makanya jangan bilang bunda, dong, Bi." Tukas Arya dengan tangan yang masih memegangi hidung, menghalang darahnya langsung jatuh ke bawah. "Lagian kalo ayah tau aku luka cuman gara-gara kepleset 'DOANG' di tangga, yang ada aku di bully nanti." Arya tak dapat membanyakan betapa malunya dia saat dia di bully ayahnya nanti.

Arya mengerucutkan bibirnya hingga saat wajah Arya menoleh ke sisi atas tangga, raut terkejut pun hadir dimata arya saat matanya menangkap sosok sang kembaran yang berdiri dengan rona pucat. Arya pun buru-buru menyunggirkan senyuman khasnya pada sang adik. Memberikan isyarat bahwa dirinya baik-baik saja tapi, di tempatnya Ari masih tak berekspresi. Dia masih menatap Arya dengan pandangan yang tak dapat Arya artika.

"Dek, bisa bantuin gua naik ke atas gak? Kayanya kaki gua keseleo."
Pinta Arya takut-takut, sebenarnya dia ragu kalau Ari akan mau menolongnya. Mengingat kejadian beberapa saat lalu saat Ari memaki Arya dan melontarkan kalimat kasar. Tapi siapa sangaka saat ini Ari mau menolong Arya. Membuat senyum senang mengembang di bibir Arya.

Ari menuruni anak tangga mendekati Arya lalu tanpa berbicara dia melingkarkan tangan Arya ke bahunya dan membantu Arya berdiri serta menaiki tangga secara hati-hati. Ari Membawa Arya ke dalam kamarnya hingga Arya duduk di atas ranjangnya.

Di rumah ini ada satu ruangan yang sangat Ari hindari yaitu kamar arya. Sejak pertama kali masuk ke dalam kamar kakaknya ini kemarin. Ari bertekat pada dirinya bahwa dia tak akan mau masuk ke dalam kamar Arya lagi. Tapi, sialnya dia harus mengantar Arya masuk ke kamarnya saat ini.

Suasana kamar Arya memang sangat berbeda dengan kamar Ari. Di kamar Arya banyak sekali figuran foto dirinya dan Arya. Tidak seperti kamar Ari yang tidak ada satupun foto milik kembaranya, di kamar Arya sangat banyak foto dirinya. Bahkan bukan hanya foto mereka semasa kecil saja yang terpajang di sana tapi, di sana juga ada foto-foto Ari yang sepertinya kembaranya itu ambil dari akun media sosial milik Ari. Sesuatu yang membuat hati Ari terasa tak nyaman saat berada di dalam kamar Arya.

The BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang