53. Mimpi indah

1.1K 164 32
                                    

Mimpi indah yang selalu datang di saat Arya memejamkan mata adalah dia dapat melihat adiknya berada di hadapannya. Meski itu hanya sebuah mimpi dan Arya sadar bahwa itu tidak nyata tapi Arya menyukainya.

"Kakak udah sadar?" Suara yang sangat Arya rindukan itu terdengar di telinga Arya. Sosok Ari dengan senyum teduh yang selalu ingin Arya lihat itu menjadi pemandangan pertama yang muncul saat Arya membuka mata. Dengan raut wajah yang tampak lega, seakan mengatakan bahwa kesadaran Arya lah yang sedang Ari tunggu. Hal tersebut cukup membuat rasa senang hadir di hati Arya. Membuat dua sudut bibir Arya terangkat.

"Ada yang sakit? Adek pangil dokter dulu, ya!" Tak ada kata yang keluar dari mulut Arya, sikap khawatir Ari saat ini hanyalah fatamorgana. Membuat Arya terlena. pemuda itu menatap sosok adiknya lekat, menikmati sesuatu yang sangat dia inginkan dari sosok Ari.  Hingga tangan Arya bergerak guna menahan sosok Ari yang ingin pergi. Menggenggam tangan adiknya erat.

"Gak perlu, udah gak ada yang sakit lagi, kok." Ucap Arya lemah dengan senyum teduh yang Ari rindukan. "Kalau tau pas gua sakit gua bakal bisa ngeliat Lo senyata ini, harunya gua sakit aja terus." Lanjut Arya tanpa terduga. Raut senang yang terpancar di wajah kembaranya itu saat mengucapkan kalimat terakhirnya entah mengapa tidak Ari sukai. Apa maksudnya? Ari tak paham. Tapi Ari hanya diam.

"Jangan ke mana-mana, temenin gua sebentar... Gua, masih pengen dekat sama Lo dek! " Pinta Arya, ini adalah mimpinya, bukankah Arya dapat melakukan apapun yang dia mau tanpa takut bahwa keinginannya akan di tolak Ari. Jadi kali ini Arya tak mau menahan apa-apa. Melihat Ari menurut menimbulkan seulas senyum tipis di bibir Arya.

" Lo, tau, Dek..  Gua seneng banget bisa deket sama Lo, kaya gini..." Ucapnya. " Selama ini Cuman bisa mantau Lo dari jauh rasanya gak puas." Arya terkekeh pelan.

Sampai detik itu Arya masih belum sadar bahwa sebenarnya dia sedang berada di dunia nyata. Bahwa sosok yang ada di hadapannya bukanlah hanya ilusi. Tapi Arya terus berkata bahwa mimpinya kali ini sangat indah. Menimbulkan sensasi sesak di dada Ari.

"Padahal kita kembar ya Dek, tapi entah mengapa kita gak pernah bisa sepeti kembar yang lain... kita gak pernah bisa deket. Selalu aja ada jarak." Genggaman tangan Arya mengerat. Pemuda itu menaruh tangan Ari dan menggenggamnya di dada. Rasa nyaman dan rindu yang terbalaskan, Arya menyukainya meski ini hanya ilusi.

Saat itu Ari hanya diam dalam kebisuan. Membiarkan Arya mengatakan apa saja yang ingin kembaranya itu ucapkan. Menikmati rasa sesak di Hatinya saat melihat tingkah kembaranya.

"Tapi harunya muka Lo gak sepucat ini." Kali ini Aray mengerucutkan bibirnya, wajahnya tampak murung." Padahal ada di dalam mimpi gua tapi muka Lo masih keliatan sakit." Arya mengeluh. " Gua benci ngeliat muka sakit lo, Lo gak boleh sakit... Lo harus sehat. Biar sakitnya ke gua aja." Ada gurat sedih di wajahnya. Namun hanya sesaat karena kemudian dia melukiskan senyuman lagi di bibirnya. Pemuda itu mengatakan meski dia tak suka melihat wajah pucat Ari tapi dia bahagia karena ada Ari di sini. " Kalau waktu dapat berhenti di detik ini gua gak keberatan. Meski gak bisa ketemu sama bunda dan ayah lagi tapi karena di sini gua bisa terus sama Lo. Gua gak mau bangun." Lanjut Arya meracau. Dan di sana wajah Arya tampak sangat bahagia. Membuat Ari yang ingin marah mengurungkan niatnya karena tidak tega.

"Jangan ngaco kalo ngomong." Saut Ari sedikit ketus, dan untuk pertama kalinya tangannya bergerak membalas genggaman tangan Arya. Membuat Arya tercengang dan semakin senang." Untuk kali ini, gua akan ikutin semua kemauan Lo. Gua akan memenin Lo samapi Lo pusa" Lanjutnya." Tapi setelah ini Lo harus bangun dan terima kenyataan."

Saat itu Arya tak memikirkan apa-apa, dia hanya fokus serta menikmati apa yang terjadi di saat ini. Dengan ceriah dia mengiyakan ucapan Ari. Kemudian dia menyuruh adiknya untuk tidur di sampingnya. Karena ini ada dalam dunia mimpi maka semua yang tidak mungkin terjadi akan terjadi. Dan benar saja saat itu Ari tanpa komplen langung mengikuti keinginan Arya. Dia tidur di samping Arya dengan tangan yang masih menggenggam tangan Arya.

Untuk sesaat tak ada suara. Mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing, menatap lurus ke plafon putih yang ada di hadapannya hingga, Arya kembali bersuara lagi.

"Kita buat kesepakatan." tutur Arya yang tiba-tiba mendapat sebuah ide, namun sebelum Ari sempat mengeluarkan suaranya Arya sudah kembali memotongnya. "Pokonya apapun yang gua pinta Lo harus jawab 'IYA'! Gua gak mau penolakan!" Ucap arya egois tapi kali ini Ari menuruti guna membuat kembaranya senang. Untuk pertama kalinya dengan senyum teduh sambil menatap kembarnya dalam Ari mengangguk. Membuat senyum Arya ikut mengembang.

"Yang pertama..." Kata Arya memulai."  Lo harus mau tinggal sekamar sama gua nanti pas Lo sembuh."

Ari mengangguk.

"Yang ke dua... Lo harus mau pulang pergi ke sekolah bareng gua!"

"Iyaa.."

"Yang ke tiga.. Lo harus mau makan di kantin dan ikut nongkrong sama gua!"

"Iyaa.."

"Meski gua udah kenal sama Fahmi gua mau Lo kenalin gua sama Fahmi secara resmi. Gua juga mau deket sama sahabat adek gua."

"Iya"

"Lo harus terima semua yang gua kasih buat Lo. Entah itu makanan, ataupun barang. Gak ada penolakan dan gak boleh Lo buang apapun yang gua kasih!"

"Iya.."

"Kalau Lo punya masalah Lo harus cerita sama gua. Apapun keluhan Lo, Lo harus bilang ke gua!"

"Iya.."

"Kalau ada yang gak Lo suka, Lo harus bilang ke gua dan kalau ada yang ganggu Lo, Lo harus ngadu ke gua!"

"Iya.."

"Kalau ada yang lu mau, Lo harus minta ke gua. Apapun itu.."

"Iya.."

"Kalau gua peluk, Lo gak boleh marah! Kalau gua elus kepala Lo, Lo gak boleh marah! Kalau gua minta Lo jauh sama Kak Farka Lo harus nurut sama gua!

"Iya.."

"Jangan sering ngambek." Kali ini Arya terdiam sejenak seperti berpikir. " Tapi sebenernya gak papa asal Lo jangan diemin gua terlalu lama.."

"Iya.."

"Lalu satu lagi..." Lanjut arya. " Ini yang paling penting!" Ucapnya menekankan. "Apapun yang terjadi, se 'ENEK' apapun Lo sama gua, Lo gak boleh tinggalin gua! Gak boleh tanpa seijin gua! Lo harus terus ada di samping gua samapi gua ngizinin Lo buat pergi!"

Kali ini Ari tak langung menjawab, sulit menjanjikan hal tersebut. Ingin berkata iya, tapi mungkin dia akan mengingkarinya. Butriran kristal bening merosot jatuh dari susut matanya. Untung saja Arya sedang menatap lurus ke plafor jadi kakaknya itu tak tau kalau Ari menangis. Hingga saat Arya ingin menoleh pada Ari karena tak kunjung mendapat jawaban Ari bergerak dengan cepat mengubah posisinya yang semula berbaring telentang menjadi menyamping menghadap Arya, memeluk tubuh kembaranya ( melingkarkan sebelah tangannya ke tubuh Arya) dan menyembunyikan wajahnya di sana. Membuat Arya yang melihat kelakuan manis Ari tersenyum senang tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.

" Lo tau kan, gua sayang bengt sama Lo dek. Begitu lama gua nunggu momen bisa deket lagi sama Lo, makanya sekarang gua gak mau pisah lagi sama, Lo..."

"Gua sadar gua itu kakak yang egois. Gua udah ngambil semua yang Lo punya, gua ambil bunda dari Lo, gua mambil ayah dari Lo, gua ambil masa kecil lo. Untuk semua itu gau minta Maaf... Gua tau sebenernya gua gak pantas di maafin. Karena semua yang udah gua ambil gak bisa Lo dapetin lagi. Karena gua, hidup Lo jadi kacau.. tapi, boleh kan gua tetep egois. Boleh kan, gua tetep jadi Kaka Lo meski sebenernya gua gak pantes jadi kakak Lo." Tuturnya. "Mau kan Lo maafin gua? Enggak.. Lo gak perlu maafin gua. Tapi Lo gak boleh pergi ninggalin gua. Tetap di samping gua seperti ini. Jangan pernah Lo jauhhin gua"

  ******

Selamat idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin
🙏🤗🤗

Kalau aku bilang ini THR apa masih bisa hehe tapi ini masih di itung suasana lebaran kan 🤭🤭😁

Terimakasi untuk semua yang udah setia ngikutin cerita the Bond ini. Yang selalu setia nunggu. Yang selalu vote dan komen cerita aku.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️😘😘😘😘😘

26.april 2023

The BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang