"Cherrrsss...!"
Bunyi dentingan gelas wine dari sebuah bar yang disewa khusus sebagai perayaan atas selesainya project besar mereka. Dipelopori oleh Park Jisung salah satu artis tersohor yang menggeret rekan artis juga kru film yang terkait. Menyewa satu bar dan memesan menu makanannya di sana. Sebuah perayaan juga ketika sutradara mereka mau untuk diajak berkumpul di sana.
"Ku ucapkan selamat untuk kerja keras kita kali ini. Aku berharap setelah proyek ini selesai kita tetap akan menjadi partner yang baik di masa depan." Ucap Jeno disambut riuhan suara dari para kru dan pemain.
"Dan jangan lupa untuk mengajakku lagi untuk syuting film selanjutnya." Sahut Jisung.
"Tentu dengan lawan lain yang berbeda pula."
Godaan Jeno sejatinya membuat Jisung kontan memutar mata. Sudah jadi rahasia umum kalau akhir dari proyek film ini melahirkan pasangan baru. Park Jisung dan Zhong Chenle mereka sudah resmi menjalin kasih sejak tiga hari lalu.
"Aku akan menghancurkan film mu kalau begitu." Ancamnya langsung menggapai tubuh kekasihnya untuk dipeluk.
"Ngomong-ngomong tidakkah ingin mengadakan pesta perayaan yang sedikit private?" Chenle bicara ketika suasana sudah sedikit sepi. Disaat semua orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Bermain billiard atau menggoda bartander disana. Hanya ada sekumpulan kecil, Jisung, Chenle, Jeno juga Jaemin.
"Maksudmu?"
"Hanya kita. Aku, Jisung, Tuan sutradara dan penulis saja yang ikut."
"Film kita bahkan belum diputar tapi kau justru memintah yang aneh-aneh." Sela Jaemin meminum sedikit cocktailnya. Tertawa dengan pikiran anak muda yang tak jauh dari kata liburan dan bersenang-senang. Jaemin agaknya sudah pensiun dengan hal itu. Ia hanya ingin berbaring seharian di rumah dan melanjutkan naskah barunya.
"Percayalah film kalian akan sukses besar, lihat saja artisnya." Jisung membanggakan diri. Khawatir jika respon yang diberikan Jeno terlampau acuh. Lihat saja, orang itu bahkan tidak terlihat sedikit tertarik.
"Aku sih tidak masalah asal Sutradara kita mengizinkan. Risih rasanya jika hanya aku sendiri yang menjadi obat nyamuk diantara kalian berdua." Jawab Jaemin.
"Kak Jaemin sudah setuju sekarang kita tunggu keputusan Tuan Sutradara kita."
"Kau tahu bukan aku mana ada waktu menghabiskan hal-hal memuakkan seperti itu." Ucap Jeno.
Sudah diduga hasilnya seperti ini. Jeno itu sedikit parah dari Jaemin. Sering menyendiri dan menolak bersenang-senang. Bahkan untuk pesta di bar saja Jeno awalnya menolak.
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu terakhir dengan kalian." Cicit Chenle dirasa Jeno terlalu acuh akan idenya. Orang itu sudah seperti kakak bagi Chenle. Yang selalu membimbingnya, mengajarinya berakting sesuai dengan perasaan dan lainnya. Hampa rasanya jika mereka berpisah tanpa meninggalkan momen apapun.
"Apa salahnya mengabulkan keinginan mereka Jen." Bujuk Jaemin.
"Hanya ke villa pantai yang lokasinya tidak jauh dari sini."
"Tak perlu membayar, potong saja gajiku." Timpal Jisung menyebalkan. Dikira Jeno.orang yang mata duitan.
"Ahh... Baiklah-baiklah."
"YEAAAHHH...!!" Mereka bersorak untuk persetujuan Jeno tanpa sadar menarik atensi dari orang yang ada.
"Aku akan mengajak istriku." Sambungnya selanjutnya.
"Istri?"
Nada keterkejutan itu keluar dari Chenle. Ah iya dia lupa. Bagaimana mungkin dia tidak tahu bahwa sutradara mereka ternyata telah memiliki istri. Dia memandang ke Jaemin, tapi arah pandangnya buru-buru ditepis Jisung. Tahu apa yang sebenarnya dipikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISH
FanfictionMark dan Jaemin, bisakah mereka melewati musim dingin pernikahan mereka?