VIII.

857 61 1
                                    

"Pagi sayang...."

Suara lembut itu membangunkan Jaemin dari tidur singkatnya di pagi hari. Mendapati wajah suaminya yang tersenyum lebar seusai membelai wajahnya dengan tangan.

"M-mark?" Si cantik membuka mata. Agak terkejut dengan keberadaan Mark yang berpakaian santai disisi tubuhnya. "Kapan kau tiba?"

"Tepatnya ketika aku melihat tuan putri ini terlelap sambil mendengkur."

"Aku tidak mendengkur Mark." Tangannya sontak mencubit perut suaminya tak terima disebut mendengkur. Jaemin lekas mencoba beranjak dari tidurnya. Sayangnya tangan Mark justru menahannya.

"Begini saja dulu." Tubuh direngkuh dengan kepala yang diusak halus. Sebuah runtinitas normal mereka di pagi hari. "I miss you so bad my honey?"

"I miss you too."

Jaemin tak mengerti harus mengkategorikan ini sebagai apa. Suaminya tiba-tiba datang dan bersikap manis padanya. Padahal sebelumnya hubungan mereka ditimpa perang dingin. Mungkin tidak terlalu terang-terangan karena Jaemin sendiri memilih diam.

"Kau selesai dengan pekerjaanmu?" Tanya Jaemin memulai pembicaraan.

"Iya tapi aku belum selesai denganmu." Kebiasaan Mark yang mengendus disertai ciuman di bagian sensitifnya.

"Mark tunggu, jangan sekarang." Jaemin merasa risih. Bukan karena ia menolak tapi ini sudah pagi, terlebih mereka bukan di rumahnya sendiri. Jaemin mungkin salah satu dari manusia yang paling merasa tidak nyaman jika melakukan sesuatu diluar dari kebiasaan. Tatapan matanya memancarkan kata please, berarti dia benar-benar tidak mau.

"Baiklah." Mark yang mengalah adalah sesuatu yang langkah. Hanya seperti itu Jaemin bisa menghargainya lebih dengan tersenyum tulus.

"Aku akan mandi dan membawamu berkenalan pada Chenle dan Jisung."

"Honey, bagaimana jika kita mandi bersama?" Godanya sekali lagi berujung mendapati bantal yang langsung dilempar Jaemin ke arahnya.

Mereka melewati pagi hari dengan biasa. Mandi berganti baju lalu turun ke bawah. Jaemin yang lebih dulu tiba di meja makan, ketika dilihatnya sosok yang sangat tidak ingin ia lihat sudah duduk di sana sambil memakan nyaman rotinya.

Tatapan yang berusaha ia hindari. Ketika Jaemin mencoba duduk dihadapannya. Entah apa yang ada dipikirannya terkait kejadian semalam. Jaemin ingin meminta penjelasan, namun dirasa belum mendapat waktu yang pas untuk bertanya sekaligus memprotes segala perbuatan pelecehan semalam.

"Sayang, kenapa meninggalkan—

"Kak Maaarkkk....!"

Hadir secara bersamaan, suara sang adik yang berlari sambil memeluk sang kakak erat dengan gaya beruang sampai mengangkat kakinya pula ke pinggang.

"Lepaskan, kau berat!" Bibir Haechan mengerucut. Biasanya adiknya memang sangat sensitif jika berbicara soal berat badan. Tapi tumben sekali dia tidak mempermasalahkannya pagi ini.

"Kak Mark, kapan kau tiba?"

"Tadi malam. Suamimu sendiri yang membukakan pintu untukku." Mark menunjuk Jeno.

"Oh pantas saja lama sekali dia masuk kamar."

Secara tak sadar, ucapan Haechan telah mengundang tatapan mata Jaemin untuk memandang Jeno. Tentu saja, memang siapa yang semudah itu dapat tidur ketika mendapati dirinya mencumbu istri orang? Sedetik setelah menyadarinya Jeno memilih berjalan ke atas balkon sambil menghisap rokok dalam-dalam. Secara kebetulan dia melihat Mark —suami dari orang yang dicumbunya itu baru tiba.

Jeno hampir tidak tidur semalaman. Gelisah menyerang hatinya disertai keringat dingin walau semalaman istrinya sudah memberinya pelukan. Hal itu terbukti dengan kantung mata yabg tercetak pagi harinya.

MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang