XIV.

817 41 0
                                    

Mark bukannya tidak peka menyadari apa yang salah.

Dua lima tahun mengenal Na Jaemin, tidak satu pun hal yang terlewat mengenai dirinya. Jaemin yang cantik dan tak banyak tingkah. Menjadi siswa berprestasi di SMA tidak lantas membuatnya populer lalu dengan mudahnya bersenang-senang dengan teman-temannya. Ia justru memilih menghabiskan malamnya di kamar menulis puisi atau fiksi. Jaemin tidak pernah memiliki kekasih sebelumnya. Itulah sebabnya Mark sangat berbangga menjadi yang pertama atas segalanya dan berharap pula dialah yang terakhir.

Apa yang ia ketahui soal Jaemin dipikirnya cukup untuk berlutut dan membawa sebuah cincin. Mengikat dalam satu ikatan sakral bernama pernikahan. Hal yang disambut bahagia pula oleh keluarganya, adik kesayangannya karena memang tidak ada orang sebaik Na Jaemin di kalangan keluarga mereka.

Mark bahkan ingat betapa canggungnya hari-hari di awal mereka menikah. Sangat sulit membuat Jaemin terbiasa dengan panggilan manis sampai akhirnya dia mengizinkan Jaemin memanggilnya tanpa embel-embel apapun. Hanya Mark.

Lambat laun, Mark akhirnya menemukan sisi lucu dari istrinya. Dibalik sifat tenangnya, dia pun ternyata suka mengomel. Hal itu sering terjadi ketika pagi dan menemukan hasil seni suaminya di tubuhnya. Ditambah saat Mark meminta beberapa ronde sementara istrinya sudah kecapekan. Katakanlah Mark memang semaniak itu dengan tubuh Jaemin apalagi fakta bahwa Jaemin bisa mengimbangi permainannya.

Lalu apa yang menjadi pikiran Mark ketika rumah tangganya terlihat baik-baik saja?

Sebuah kejadian sepele pada aktivitas malamnya semalam. Bagaimana fantasi itu bekerja melihat istrinya memakai kostum yang benar-benar menggairahkan. Bisa dibilang itu seks terpanas yang mereka lakukan, sebelum dia menemukan pandangan mata yang berbeda dari istrinya.

Mark tidak bodoh. Pernah berkecimpung di dunia malam membuatnya tahu bagaimana tatapan menikmati atau bergairah pasangannya. Suara desahan dan dencitan ranjang, tidak bisa menyembunyikan apapun, termasuk pandangan kosong istrinya. Seperti adanya penolakan atau keterpaksaan, merasa bahwa dia telah diperkosa suaminya sendiri.

Dan bukan hanya itu. Tak jarang Mark menemukan wajah berbinar istrinya saat memandangi ponsel. Karena yang Mark tahu Jaemin bukan orang yang maniak film romance. Ditambah lagi dengan keberadaan istrinya yang sering pergi ketika dia bekerja. Alasannya karena ada janji temu dengan produser, tapi mengapa istrinya itu selalu menggelak ketika ditanya siapa nama produsernya?

Apa Jaeminnya itu telah berselingkuh?

Menggeleng beberapa kali Mark ragu dengan instingnya barusan. Memangnya siapa orang yang sepercaya diri itu bisa merebut istrinya? Tidak ada!

"Oi Mark?!"

Sapaan kasar datang dari seseorang yang membuka pintu ruangannya tanpa permisi. Mark tidak perlu kaget dengan aksi kurang ajar partner bisnisnya yang seenaknya datang tanpa membuat janji lebih dulu.

"Kau tidak datang lagi kemarin?"

Sebut saja Hendery yang merangkap teman kuliahnya dulu. Duduk di sofa tamu sambil menunggu Mark menghampiri. Menanyakan alasan mengapa akhir-akhir ini Mark absen menghadiri pesta.

"Aku tidak lagi pergi ke pesta, ngomong-ngomong."

"Wow, apa aku tidak salah dengar, Jungwoo sudah pindah, tidak sulit untukmu menemukan yang baru."

"Dan itu adalah istriku." Bantah Mark ringan.

Tipikal seorang teman yang mengetahui segalanya. Tentu Hendery tahu semua kebusukan CEO di hadapannya itu. Nyatanya dia seperti tidak rela dengan perubahan seseorang yang cenderung tiba-tiba. Hendery sudah mengenal Mark dari dulu. Memahami sifat playernya yang tidak dapat terpuaskan hanya pada satu sosok cantik.

MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang