XVII.

787 47 0
                                    

Sebuah babak baru telah dimulai.

Mark tahu bahwa rumah tangganya tidak lagi baik-baik saja semenjak istrinya membohonginya untuk hal sepele. Lantas memilih menahan diri adalah keputusan bijak agar dirinya tidak tergesa-gesa.Ia putuskan untuk mengikuti saja permainan istrinya itu. Bahwa sepintar-pintarny Jaemin untuk menyembunyikan rahasia, lebih pintar Mark dalam hal memanipulasi keadaan.

Aktivitas keduanya kembali harmonis, walau sangat jelas kekosongan itu mulai terasa. Mark yang berangkat kerja sementara Jaemin berdiam diri di rumah hingga sore hari menunggu suaminya pulang. Begitu seterusnya kembali pada kehidupan flat mereka, justru memberikan kesempatan Mark mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Apa sebenarnya hubungan mereka berdua? Jika benar Jaemin dan Jeno memiliki hubungan khusus di belakangnya maka sudah tidak ada ampun lagi bagi keduanya karena berani-beraninya mempermainkan dua orang termasuk adiknya sendiri.

Renjun sudah dihubungi, anehnya sosok itu memilih tutup mulut dan tidak ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Bukankah itu menambah keanehan dalam circle pertemanan mereka? Dimana dulu keduanya bak pinang dibela dua yang kemana-mana selalu bersama.

"Besok adalah pesta ulang tahun Haechan." Ucap Mark di meja makan ketika melangsungkan sarapan bersama istrinya. Mengingatkan Jaemin bahwa itu adalah pesta penting bagi seorang kakak untuk kebahagiaan adiknya.

"Aku sudah menyiapkan bajuku."

"Baju kita." Ralat Mark.
.
Jaemin seperti tidak ambil pusing karena memang itu yang dimaksud. Namun ada hal yang perlu dibicarakan pada pagi ini yang akhir-akhir ini begitu mengganggunya.

"Mark, boleh aku bicara?" Suaminya menganggguk sambil meneruskan makannya. "Kau tidak harus memasang CCTV di penjuru rumah." Protesnya.

"Kenapa, bukankah itu baik untuk keamanan?"

"Kita sudah mempunyai pintu pengaman."

"Sayang, kau tak tahu betapa canggihnya kejahatan sekarang. Aku khawatir terjadi sesuatu pada istriku yang cantik ini."

Mark tahu bahwa Jaemin tampak tidak puas dengan pernyataannya. "Jika kau ingin pergi cukup kabari saja, aku akan mengantarmu kemana pun." Sambungnya tersenyum. Berbanding terbalik dengan Jaemin yang merengut kesal.

Bukan bodoh, Jaemin tahu tujuan dari dipasangnya CCTV rumahnya adalah agar suaminya bisa memantau seluruh kegiatannya. Tidak ketinggalan pula aplikasi pelacak yang ada di ponselnya. Sebegitu parahnya Mark mengengkangnya tanpa memberikan ruang kebebasan sedikit pun.

"Kau tidak bisa mengurungku di rumahku sendiri." Walau samar tapi Mark mendengar kalimat apa yang keluar dari mulut istrinya itu.

"Aku tidak.... Astaga, mengapa aku harus mengurungmu Na?"

Jaemin tidak menjawab. Takut jika berujung pertengkaran hebat dari mereka. Cara melawan Mark bukanlah dengan emosi melainkan dengan sikap tenang agar hati keras itu cepat meluruh.

"Aku akan pulang sore untuk memastikan istri cantikku ini tidak kesepian."

Menjadi sebuah kebiasaan kata-kata perpisahan selagi Mark berangkat kerja. Bahwa maksud sebenarnya adalah 'Aku akan pulang cepat untuk memastikan kau tidak kemana-mana'. Rasanya tidak ada yang bisa dilakukan setelah ini kecuali hanya berdiam di rumah seorang diri.

Ini sudah genap seminggu baik Jeno ataupun Jaemin tidak saling bertemu apalagi menghubungi. Keadaan memang sudah jauh berbeda sejak Jaemin melihat suaminya mengikuti ke apartemen mereka. Beruntung saat itu Jaemin bertindak cepat untuk mengetuk pintu apartemen tetangganya yang kebetulan sedang membutuhkan bantuan untuk menjaga anaknya.

Sandiwara pun akhirnya terjadi. Setelahnya Jaemin memintah Jeno untuk tidak menghubungi dulu sampai keadaan membaik. Walau sebenarnya keadaan telah bertambah parah tanpa bisa dipresiksi akhirnya.

MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang