Part 5 : Rahasia Apa?

564 113 15
                                    

"Mama kenapa ngebiarin dia pergi? Kalo dia kabur gimana?" tanya Riana pada Mala saat Gilang telah meninggalkan kediaman mereka. Rasanya ia sulit mempercayai Gilang karena lelaki itu masih saja mengelak dan tidak mau mengakui perbuatannya.

"Kamu tenang aja. Dia nggak bakalan kabur."

Kening Riana berkerut ketika mendengarnya. Ia tidak mengerti mengapa Mala bisa begitu percaya kalau Gilang tak akan melarikan diri lagi.

"Kenapa Mama bisa yakin?"

Benar, Mala sendiri pun tidak tahu mengapa ia bisa merasa percaya pada orang yang tak dikenal seperti Gilang. Hanya saja, ia melihat sepertinya lelaki itu berkata jujur dan benar tidak tahu apa pun. Ditambah lagi, Gilang pun penasaran mengenai wajahnya yang terlihat mirip dengan Aiden. Sehingga Mala meyakini lelaki itu pasti akan datang untuk melakukan tes DNA demi membuktikan dirinya dan juga menuntaskan rasa penasarannya itu.

"Mama juga nggak tau. Tapi sebelum tesnya dilakuin, kita nggak bisa langsung menjudge dia orangnya."

"Tapi buktinya udah ada, Ma. Wajah mereka mirip banget."

"Siapa tau cuma kebetulan."

"Kebetulan gimana sih, Ma? Pertama, wajah dia ada di photonya Kak Veera. Kedua, Aiden sama dia itu mirip banget. Dan ketiga, cowok itu pernah ngasih tau, kalo dia nggak punya sodara kembar. Dia anak tunggal. Jadi udah pasti kalo emang dia orangnya," jelas Riana.

Bukti-bukti yang ada sudah teramat konkret. Tapi anehnya, Gilang masih saja menyangkal. Riana tak habis pikir mengapa bisa ada pria pengecut dan tak bertanggung jawab seperti Gilang itu. Mungkinkah karena Veera sedang sakit jiwa, sehingga ia tak mau bertanggung jawab?

"Ya, siapa tau aja dia punya sodara kembar. Cuma dianya nggak tau. Atau boleh jadi dia lupa ingatan, makanya nggak ingat apa pun. Jadi, kita perlu nunggu tes DNA buat mastiin itu," sahut Mala bijak. Jika tes sudah terjadi dan hasilnya menunjukkan lelaki itulah ayah dari cucunya, tentunya Mala pun tidak akan tinggal diam. Ia akan memaksa Gilang untuk bertanggung jawab terhadap anak dan cucu kesayangannya itu.

Mala akan memaafkan lelaki itu dan belajar melupakan yang sudah terjadi di masa lalu, asalkan kehadiran Gilang bisa membuat anak sulungnya kembali normal seperti sedia kala.

"Om yang tadi itu, siapa, Nek?" tanya Aiden buka suara setelah sejak tadi hanya terdiam. Sepertinya anak itu merasa penasaran pada Gilang yang memang baru pertama bertamu ke rumah mereka.

"Dia Papa kamu, Aiden sayang," jawab Riana. Gara-gara jawaban asalnya itu, ia mendapat cubitan dari sang mama.

"Jangan bicara sembarangan dulu, Na. Belum terbukti lelaki itu orangnya," tegur Mala tak suka. Ia tak ingin memberikan harapan palsu pada sang cucu. Tidak masalah jika memang benar Gilang ayahnya, tapi akan merepotkan jika terbukti bukan lelaki itu. Sehingga untuk saat ini, lebih baik mereka tak memberi tahu Aiden dulu. Nanti saja setelah melakukan tes DNA dan hasilnya membuktikan kebenaran.

"Papa?"

"Omongan Tante Ana nggak usah didengerin," sahut Mala sembari mengelus rambut Aiden. Ia menunduk kemudian memberikan kecupan sayang di dahi sang cucu. Sampai pada usia yang sekarang ini, cucunya itu tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Mengingat hal itu, Mala sering merasa sedih.

"Tapi, tadi Tante bilang Om itu Papa Aiden."

"Tante kamu salah ngomong, Sayang. Oh ya, tadi Aiden beli apa aja? Nanti cemilan kamu dimakan Tante Ana loh. Yuk kita makan dulu. Tante Ananya jangan dikasih." Mala sengaja membujuk Aiden demi mengalihkan perhatian anak itu.

"Aiden beli bolen pisang, terus beli martabak juga."

Mala tersenyum ketika berhasil mengalihkan perhatian sang cucu. Ia pun mengajak Aiden ke ruang tamu, di mana makanan itu berada. Sebelum itu, ia sempat berbalik demi melirik Riana dan memberi kode agar anaknya tidak berbicara sembarangan kalau sedang berada di depan Aiden.

***

Gilang termenung di apartemennya. Ia masih memikirkan mengapa sampai ada anak yang terlihat sangat mirip dengannya. Padahal ia ingat kalau dirinya tidak pernah menghamili wanita mana pun. Terlebih lagi, sepertinya ia tak memiliki riwayat pernah hilang ingatan. Mungkinkah dirinya pernah melakukan yang seperti itu, tapi ia tidak ingat lagi?

Memikirkan semua itu, rasanya Gilang mulai pusing. Ditambah lagi, ia belum makan sejak siang tadi karena bertemu Riana. Saat sudah pulang dari rumah Riana pun, ia hanya pergi ke restoran untuk mengambil mobilnya yang masih terparkir di sana. Maka dari itulah, ia memesan makanan secara online saja.

Saat sedang menunggu pesanan makanannya tiba, Gilang kembali dibuat melamun. Lelaki itu mencoba mengingat kapan kiranya ia tak sengaja pernah tidur bersama Veera. Tetapi, seberapa keras pun dirinya coba mengingat, Gilang tetap saja tidak dapat mengingat apa pun.

Gilang merasa sangat yakin jika dirinya tak pernah meniduri Veera. Menurutnya, hanya tertinggal satu kemungkinan yang bisa saja terjadi. Untuk memastikan kebenaran hal itu, Gilang pun langsung menghubungi papanya.

Dering pertama sudah berlalu, tapi papanya masih belum menerima telepon Gilang. Ia pun mencoba menghubungi lagi untuk yang kedua kalinya.

"Halo..."

Gilang bisa bernapas lega saat panggilannya tersambung dengan sang papa. Menurutnya hal ini sangat penting dan tidak bisa ditunda. Karena itulah, ia lega kala sang papa sudah mengangkat teleponnya.

"Halo, Pa. Papa lagi sibuk?" tanyanya sedikit berbasa-basi.

"Nggak sibuk kok, Lang. Kamu tumben nelpon Papa? Ada apa?"

"Gini pa, Gilang mau nanya sesuatu hal sama Papa."

"Kamu mau nanya apa emangnya? Kok kayak serius banget?" tanya papanya penasaran. Andai mereka sedang bertatap muka, Gilang pasti dapat melihat kerutan yang muncul di dahi papanya itu.

"Apa papa pernah nyembunyiin sesuatu dari Gilang?"

"Maksud kamu?" tanya papa Gilang karena tak mengerti dengan arah pertanyaan dari anaknya.

"Apa mungkin Gilang punya kembaran, Pa?" tanya Gilang ingin tahu.

Benar, memiliki saudara kembar merupakan kemungkinan yang bisa saja terjadi. Karena Gilang tidak pernah menghamili wanita mana pun, bisa jadi kembarannya yang melakukan hal itu. Hanya saja Gilang tidak pernah tahu siapa saudara kembarnya.

Setelah pertanyaan Gilang terlontar, kening lelaki itu praktis terangkat karena papanya mendadak hening. Ia pun memanggil papanya itu beberapa kali.

"Halo, Pa. Papa masih di situ 'kan?"

"Kamu nanya apa sih, Lang? Mana mungkin kamu punya kembaran. Kamu itu anak papa satu-satunya."

"Yang bener, Pa?" tanya Gilang memastikan. Entah hanya perasaannya saja atau memang sang papa sedang berbohong kepadanya? Ia seolah bisa mendengar suara papanya tidak selugas biasanya. 

"Iya. Sudah dulu ya. Nanti Papa telpon kamu lagi. Sekarang Papa lagi sibuk."

Setelah papanya berkata demikian, panggilan mereka pun terputus. Hal itu tentu membuat Gilang semakin bertanya-tanya. Benarkah ia anak tunggal dan tidak memiliki kembaran? Tetapi apa alasan papanya berbohong? Jika memang Gilang mempunyai kembaran, untuk apa hal itu disembunyikan?

Gilang bingung sendiri memikirkannya. Ia tak tahu rahasia apa yang sudah disembunyikan papanya. Sebab, kalau memang dirinya tidak memiliki saudara kembar seperti yang sang papa katakan, seharusnya papanya itu tidak perlu menghindar dan buru-buru mematikan sambungan telepon mereka seperti tadi.

***

04-02-2023

Vote dan komennya selalu ditunggu💚

Xiexie...

One & OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang