Part 17 : Punya Kembaran

321 68 4
                                    

Riana senyam-senyum sendiri memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya. Tak hanya membayar belanjaannya, tetapi Gilang juga membelikannya cincin manakala mereka berkencan beberapa hari lalu. Ia tidak minta ini itu pada Gilang, namun lelaki itulah yang berinisiatif memberikannya. Waktu itu, Lolita pernah mengatakan kalau Gilang cukup tajir dan bisa dimanfaatkan. Kini perkataan Lolita seakan sudah menjadi kenyataan.

Kring kring.

Riana langsung meraih ponsel pintarnya kala terdengar suara dering tanda ada panggilan yang masuk. Bibirnya mengukir senyum tipis ketika melihat kontak Gilang tertera sebagai pemanggil. Tanpa menunggu lama, ia segera menerima sambungan telepon dari lelaki itu.

"Halo...," sapa Riana terlebih dahulu. Hari ini ia tidak bisa bertemu Gilang karena lelaki itu sedang ada tugas terbang ke Surabaya.

"Halo. Kamu lagi ngapain?"

"Nggak lagi ngapa-ngapain kok," sahut Riana. Ia memang sedang tidak melakukan apa-apa selain memikirkan sang kekasih. "Kamu udah sampai ya?"

"Iya. Aku baru aja sampai rumah. Tapi papa masih belum pulang."

"Oooh."

"Hmn. Kamu kangen aku nggak?"

"Nggak tuh. Biasa aja," sahut Riana berkilah. Padahal, baru sebentar tidak bertemu lelaki itu saja ia sudah rindu.

"Kalo gitu, berarti aku yang kangen kamu."

Wajah Riana praktis merona mendengarnya. "Iya deh. Aku juga kangen," ucapnya jujur. Ia berharap urusan Gilang di Surabaya segera mendapat kejelasan agar hubungan mereka pun tidak harus sembunyi-sembunyi seperti sekarang.

"Gitu dong. Oh ya, kamu mau oleh-oleh apa?"

"Terserah kamu aja. Yang penting kamu bisa pulang dengan selamat."

"Siap, Sayang."

Mereka masih melanjutkan obrolan sampai akhirnya Riana dipanggil oleh mamanya dan terpaksa harus mengakhiri sambungan.

"Iya, Ma?"

"Makan siang dulu, Sayang," ajak Mala yang Riana balas dengan anggukkan kepala. Gadis itu langsung duduk di sebelah Aiden. Sedang di sebelah mamanya ada sang kakak. Setelah pulang berobat dari luar kota, Veera tampak mengalami sedikit kemajuan. Riana tentu ikut senang karenanya. Ia berharap kakaknya itu bisa segera sembuh dan kembali seperti dulu lagi.

"Aiden bilang, pas Mama sama Papa tinggal waktu itu, Gilang yang masak ya?"

"Heem," angguk Riana membenarkan.

"Dia bisa masak? Terus beneran enak?"

"Iya, Ma. Dia 'kan tinggal sendiri. Jadi wajar kalo bisa masak," jawab Riana meneruskan perkataan Gilang waktu itu yang mamanya beri respon dengan oh.

"Andai aja dia bukan orang yang ngehamilin Veera, dia itu calon mantu potensial ya, Pa," gumam Mala yang diangguki sang suami.

Dulu, Riana sangat yakin kalau Gilang orang yang sudah menghamili kakaknya. Ia sering mendesak laki-laki itu supaya mau mengakui kesalahan yang sudah diperbuatnya. Namun, saat ini Riana malah sangat berharap kalau bukan Gilang orangnya. Ia mencoba percaya pada sang kekasih juga perasaannya sendiri.

***

Hari sudah mulai sore ketika Arya-papanya Gilang tiba di rumah. Beliau sempat terkejut saat melihat kehadiran Gilang. "Kamu kapan pulang?"

"Tadi siang, Pa. Papa apa kabar?"

"Seperti yang kamu lihat. Papa baik-baik aja kok," jawab Arya sembari menempati tempat duduk di sebelah Gilang. Sudah lama rasanya mereka tidak berjumpa seperti sekarang ini.

One & OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang