Gilang mendongakkan kepalanya saat dirinya mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia terdiam untuk beberapa waktu ketika sadar Riana sudah tiba di hadapannya. Kekasihnya itu terlihat sangat cantik di matanya.
"Gimana? Gue udah cantik apa belum?" ujar Riana bertanya saat melihat Gilang terdiam.
"Udah kok. Cantik banget malah," puji Gilang yang berhasil membuat wajah Riana merona. "Ayo," ajaknya sembari mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Riana. Mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah Riana dengan jari-jari tangan yang saling bertaut. Gilang menatap Riana masih dengan senyum menghiasi bibirnya. Selepas itu, ia membawa pergelangan tangan sang gadis ke bibir agar bisa dirinya dikecup.
Baru saja keduanya melewati pintu, mereka malah dibuat terkejut oleh kedatangan mobil milik orang tua Riana. Riana dan Gilang pun langsung saling pandang kebingungan. "Kata kamu, bukannya mereka pulang hari selasa?"
"Kemarin Papa bilang emang gitu. mana aku tau kalo pulangnya dipercepat," jawab Riana sambil melepaskan genggaman tangan Gilang terhadap tangannya ketika sang papa keluar dari mobil disusul oleh mamanya. Gawat jika orang tuanya sampai tahu dirinya dan Gilang sudah berpacaran.
"Riana, sini bantuin Kakak kamu."
Riana mengangguk dan langsung melangkah ke sana. Ia pun membantu Veera keluar dari mobil.
"Kamu mau ke mana, Na? Tumben jam segini udah rapi dan cantik aja?" tanya sang mama yang merasa tidak biasa. Biasanya Riana tak akan keluar dari kamar sampai siang jikalau sedang libur seperti ini.
"Mau nongkrong sama Lolita, Ma," sahutnya mencari alasan.
"Oh kirain mau pacaran."
Riana menatap Gilang saat merasa tersindir dengan ucapan mamanya itu. Mengikuti arah pandangan Riana, Mala baru sadar jika ada Gilang di sana. "Kamu ngapain ke sini? Riana nggak bilang kalo Veera lagi berobat ke luar kota?"
"Udah bilang kok, Tan. Tapi sayanya aja yang nggak sempat ngecek ponsel," ujar lelaki itu beralasan.
"Oh, ya sudah. Mumpung kamu sudah di sini. Sekalian tolong jagain dan temenin Veera ya. Soalnya Riana mau keluar, nggak bisa jagain Kakaknya," pinta Mala yang membuat Gilang bingung, akan tetapi hanya dapat pasrah dan mengangguk mengiyakan.
Riana mengerucutkan bibir, merutuki kencan pertama mereka yang berakhir gagal karena orang tuanya pulang tidak sesuai perkiraan. Gadis itu mengekor dengan tak semangat di belakang Gilang ketika semuanya memasuki rumah. Ia mendongakkan wajah saat Gilang diam-diam menggenggam tangannya.
"Maaf ya," ujar Gilang berbisik kecil supaya tidak terdengar oleh orang tua sang kekasih. Sebagai jawabannya, Riana pun mengangguk. Gadis itu meraih ponselnya ketika terdengar suara panggilan masuk menggunakan tangan yang lain dan sengaja tidak melepas tangan Gilang.
"Halo, Ta," sapa Riana terlebih dahulu. Gilang menatap Riana seolah berkata jika gadisnya itu lebih baik jalan bersama Lolita saja untuk mengusir rasa kesalnya. "Oh, jadi mendadak lo ada acara keluarga? Ya udah nggak papa. Besok-besok aja kita nongkrongnya." Setelah berkata demikian, Riana langsung mematikan sambungan secara sepihak.
Lolita yang berada di rumahnya pun dibuat terheran-heran. Gadis itu kebingungan sebab ia belum sempat berbicara sepatah kata pun untuk mengajak Riana jalan, tapi sahabatnya itu sudah menolak ajakannya.
"Udah nggak mood pergi ke luar."
"Kalo kencannya diganti besok gimana?" ujar Gilang memberi usul agar sang kekasih tidak merasa kesal lagi.
"Emang besok lo kosong? Nggak kerja?"
"Iya," angguk Gilang.
"Tapi besok gue ada kelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
One & Only
RomanceCerita baru dan bukan sekuel dari cerita manapun! *** Riana sangatlah membenci laki-laki yang sering menyakiti hati seorang wanita. Ia lebih-lebih benci dan muak terhadap laki-laki yang telah membuat kakaknya menderita. "Apa pun caranya, aku bakal...