Dahulu, alasan Gilang datang ke rumah Riana adalah untuk membantu Veera supaya cepat sembuh. Dengan begitu barulah dirinya dapat membersihkan namanya dari tuduhan sudah menghamili Veera. Tetapi sekarang ini tujuan kedatangannya sebagian besar karena ingin bertemu sang pujaan hati.
Sehari saja mereka tidak bertemu, rasanya Gilang sudah sangat merindukan gadisnya. Ia selalu menyempatkan datang walaupun baru selesai bekerja sebab lelahnya seakan lenyap ketika dirinya sudah melihat senyuman sang gadis.
"Jadi ... apa aja yang kamu bicarain kemarin sama Galang?" tanya Gilang penasaran akan cerita kala sang gadis tidak sengaja bertemu saudara kembarnya hingga salah mengenali sebagai dirinya.
"Aku cuma nanya kenapa dia bisa ada di situ. Padahal kamu bilang ke aku lagi kerja," ujar Riana apa adanya. Kalau mengingat kejadian kemarin, rasanya Riana malu sendiri karena sudah salah mengenali orang. "Terus, dianya kebingungan dan nggak ngakuin aku sebagai pacar. Jadi karena marah, aku langsung aja bilang putus," sambung Riana yang langsung membuat Gilang mengeluarkan tawa.
"Pift, Ya iyalah dia nggak ngerespons meski kamu udah bilang putus. Soalnya kamu salah ngenalin orang, Sayang," balas Gilang masih disertai tawa renyahnya sehingga membuat Riana cemberut. "Coba aja kalo beneran aku yang kamu putusin, pastinya nggak setenang itu."
"Habisnya kamu pakai punya kembaran yang mirip. Jadinya aku 'kan susah ngebedainnya," sahut Riana tidak mau disalahkan. Iya benar, siapa suruh Gilang memiliki kembaran sama persis.
"Jangan-jangan, nanti kamu nggak bakal bisa ngebedain aku sama Galang, waktu kami lagi bareng?"
"Entahlah. Makanya kasih tau dong, bedanya kalian tuh ada di mana. Biar nanti aku nggak salah lagi," pinta Riana seraya menyender di bahu Gilang.
"Aku aja nggak tau bedanya kami di mana."
Riana semakin cemberut kala mendengarnya. Bagaimana nanti dirinya dapat membedakan sang kekasih dengan kembarannya jika lelaki itu saja tak tahu menahu di mana perbedaan mereka?
"Ya udah. Kamu jangan marah kalo misalkan nanti aku ngira dia sebagai kamu lagi. Terus, kamu juga nggak boleh protes pas aku nyium dia," cetus Riana bermaksud menggoda sang kekasih.
"Emangnya kamu punya rencana buat nyium dia?" tanya Gilang dengan kening berkerut.
"Ya siapa tau aja nanti aku khilaf. Habisnya kamu nggak pernah mau."
"Seriusan kamu beneran mau ciuman sama dia? Kamu lupa ya, kakak kamu aja dihamilin sama dia. Udah pasti bibirnya sering nyium wanita lain. Yakin kamu mau?" tanya Gilang balik menggoda Riana.
Riana bergidik ngeri saat mendengar ucapan Gilang tersebut. Ia setuju dengan yang Gilang sampaikan kalau kemungkinan sudah banyak wanita yang pernah dicium oleh Galang. Atau malah bukan hanya sekadar ciuman belaka, tapi sudah menjadi korban seperti kakaknya.
"Nggak deh!" jawabnya yang membuat Gilang tersenyum.
"Bagus deh kalo pikiran kamu masih terbuka, dan udah nggak pengen nyium dia lagi."
"Hmmn. Terus kapan dan ke mana kita harus nyariin dia? Biar kalo udah ketemu, kita bisa langsung ngebawa dia ke hadapan orang tua aku, buat bertanggung jawab sama kakakku. Terus, biar kamu juga nggak disalahpahamin sama papa mama lagi. Biar hubungan kita ini nggak perlu disembunyiin lagi," gumam Riana sedikit mengeluh.
"Kamu yang sabar ya, Sayang. Setelah kamu bilang pernah ngeliat Galang di mall itu, aku udah minta tolong sama temenku yang kerja di sana buat ngecek CCTV. Dan ternyata dia beneran Galang. Kebetulan cewek yang sama dia kemarin merupakan anak dari salah satu pemilik brand ternama di mall itu. Aku tebak, kalo Galang pasti ke sana lagi nemuin cewek itu, karena kemarin mereka malah berantem gara-gara kamu. Jadi kemungkinan kita bisa ketemu sama dia secepatnya," jelas Gilang panjang lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
One & Only
RomansaCerita baru dan bukan sekuel dari cerita manapun! *** Riana sangatlah membenci laki-laki yang sering menyakiti hati seorang wanita. Ia lebih-lebih benci dan muak terhadap laki-laki yang telah membuat kakaknya menderita. "Apa pun caranya, aku bakal...