Part 18 : Di Apartemen Gilang

498 59 3
                                    

"Kangen banget ya?" tanya Gilang menggoda karena Riana langsung memeluknya ketika ia baru tiba di bandara. Rupanya Riana sengaja datang menjemput sesudah ia beri tahu akan pulang hari ini.

"Hmn," angguk Riana jujur. Sekarang mereka masih berada di bandara dan tengah ditatap oleh orang-orang yang berlalu lalang. Riana tidak peduli akan hal itu, malah ia ingin agar para wanita yang mengharapkan Gilang bisa sadar kalau lelaki itu sudah memilihnya.

"Aku juga kangen banget sama kamu," balas Gilang sambil mengelus rambut gadisnya itu. Gilang melepaskan pelukan mereka kemudian memberikan kecupan mesra di kening Riana. Lelaki itu mengukir senyum sembari meraih pergelangan tangan Riana untuk digenggam dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya sudah menyeret koper. Ia membawa Riana meninggalkan tempat tersebut menuju lokasinya memarkirkan mobil.

Seperti yang sudah-sudah, Gilang akan selalu membukakan pintu untuk gadisnya agar bisa masuk lebih dulu. Setelah Riana sudah duduk manis, barulah kemudian ia menyusul masuk seusai meletakkan kopernya di bagasi mobil. Ketika sudah berada di dalam mobil, ia tidak langsung menjalankan mobilnya. Akan tetapi malah menatap Riana sembari menggenggam tangan gadis itu.

"Baru beberapa hari kita nggak ketemu, tapi kamu makin cantik aja deh," ujar Gilang jujur dari hatinya namun malah terdengar seperti sedang menggombal. Terbukti dari pipi Riana yang mulai bersemu merah.

"Baru beberapa hari juga kita nggak ketemu, tapi sekalinya ketemu kamu udah ngegombal aja," sahut Riana mengikuti perkataan Gilang tadi. Keduanya sama-sama terkekeh mesra. Hingga Gilang membawa pergelangan tangan Riana ke bibir untuk dikecup.

Senyum Riana semakin bertambah lebar kala menyaksikan apa yang Gilang lakukan. Kalau pasangan lain, mungkin mereka akan segera berciuman saat kembali bertemu. Tapi Gilang tidak begitu. Kekasihnya hanya memandangi wajahnya dengan genggaman tangan mereka yang tak pernah lepas. Dilengkapi bonus satu kecupan di punggung tangannya. Itu saja.

Chup!

Gilang dibuat terdiam saat Riana memajukan wajah dan langsung mencium pipinya. Secara spontan, ia memegangi pipi yang telah Riana cium sembari menatap mata sang gadis yang kini malah memalingkan wajah. Mungkin saja Riana merasa malu lantaran apa yang sudah dilakukannya.

"Kamu-"

"Udah buruan jalan!" tukas Riana memotong pembicaraan Gilang yang sepertinya hendak membahas tentang ciumannya tadi. Ia nekat mencium pipi Gilang sebab merasa lelaki itu sangat tampan hari ini. Tetapi setelah itu, ia menyesalinya gara-gara malah merasa malu sendiri. Apalagi kekasihnya itu beberapa kali meliriknya dengan bibir mengulum senyum.

"Sabar ya, Sayang. Nanti setelah kebenaran terungkap dan terbukti kalo aku bukan papa Aiden, aku pasti langsung minta restu sama orang tua kamu biar kita bisa segera nikah," ujar Gilang masih dengan senyum tertahan.

"Emang siapa yang mau nikah sama kamu?" ujar Riana berkilah.

"Emangnya kamu nggak mau?"

"Nggak tuh."

"Masa sih?" goda Gilang semakin menjadi. Ia sengaja mencolek dagu Riana. "Padahal kalo kita nikah, kita udah boleh ciuman sepuasnya loh. Lebih dari ciuman juga boleh. Yakin kalo kamu nggak mau?"

"Yakin."

"Yang bener?"

"Iya beneran. Buruan jalan, atau kalo nggak aku turun aja nih," ancam Riana yang lantas langsung Gilang turuti. Lelaki itu pun mulai menjalankan mobilnya meninggalkan tempat parkir.

"Kita ke mana dulu?" tanya Gilang meminta pendapat. Siapa tahu saja Riana sudah lapar, sehingga mereka bisa makan siang terlebih dahulu.

"Langsung pulang aja."

One & OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang