Part 22 : Veera Sembuh?

240 43 2
                                    

"Aku nggak setuju dengan cara kamu, Riana!" ujar Gilang melayangkan protes saat mereka sudah menjauh dari Veera. Ia bukannya tidak ingin Veera cepat sembuh, Gilang ingin tetapi tidak begini caranya. Menurut Gilang sesuatu yang sudah diawali dengan kebohongan tidak akan pernah memiliki akhir yang baik.

"Ini buat sementara aja. Pleasee, aku mohon sama kamu," pinta Riana memelas.

"Aku nggak bisa, Sayang. Aku-"

"Kamu sendiri ngeliat 'kan, kalo tadi kakakku udah mulai normal lagi? Mungkin aja dengan kamu berpura-pura sebagai Galang, kakakku bisa cepat sembuh," bujuk Riana.

"Daripada aku berpura-pura menjadi Galang, lebih baik sekarang juga aku pergi nyari dia! Biar kalo udah ketemu dia, aku bisa langsung ngebawa dia kesini."

"Sayang ... pleasee, aku mohon banget sama kamu. Buat kali ini aja, tolong kamu bantuin Kak Veera biar bisa cepat sembuh," bujuknya seraya meraih pergelangan tangan lelaki itu. Matanya menatap lekat sang kekasih dengan penuh permohonan.

"Tadi kita sama-sama bisa ngeliat, kalo Kak Veera udah bisa ngerespons ucapan aku iya 'kan? Mungkin aja nggak lama lagi dia bakal sembuh. Kalo dia beneran sembuh, kamu juga nggak perlu bersandiwara terus-terusan. Ini cuma buat sementara aja kok, Sayang," rayu Riana lagi.

"Tapi, Riana-"

"Aku nggak kenapa-napa. Beneran deh," ujar Riana berusaha meyakinkan agar Gilang mau bersandiwara menjadi Galang untuk Veera.

"Beneran kamu bisa tahan, pas ngeliat Veera nyentuh aku kayak tadi?" tanya Gilang untuk memastikan.

"Iya. Asal kamu jangan sampai ciuman sama dia aja. Soalnya aku aja nggak dikasih, masa kakakku nanti malah dapat, 'kan nggak adil," ujar Riana mencoba bergurau.

"Iya, Sayang," balas Gilang seraya membawa Riana ke pelukannya. Lantas, ia beri kecupan di puncak kepala gadisnya itu. "I love you."

"I love you too," sahut Riana seraya sengaja mengeratkan pelukan mereka.

Meskipun merasa sedikit tidak rela, tetapi mereka serempak melepaskan pelukan dan memisahkan diri sebelum ada yang melihat. Riana sengaja mengukir senyum pada Gilang agar lelaki itu tidak berubah pikiran kembali.

"Sana," ujar Riana menyuruh Gilang kembali menghampiri Veera.

"Beneran aku harus ngelakuin ini?"

"Hmn," angguk Riana mantap.

"Kamu yakin?"

Riana memutar bola matanya karena Gilang masih saja bertanya. Ia mendekati lelaki itu lantas sedikit berjingkit untuk bisa memberi ciuman di pipi Gilang. "Berisik banget kamu."

"Aku cuma takut, nggak sengaja nyakitin hati kamu," ucap Gilang membela diri.

"Aku beneran nggak papa. Serius."

"Yakin?"

"Hmn. Kalo kamu masih berisik aja, aku cium di bibir nih!" ancam Riana yang Gilang balas kekehan.

"Coba aja kalo kamu berani."

"Kamu nantangin?"

"Menurut kamu?" tanya Gilang yang sengaja menaik-turunkan alisnya menggoda Riana.

"Paling-paling nanti kamu malah ngehindar kayak biasa," gerutu Riana yang membuat Gilang terkekeh.

"Makanya sabar aja. Nanti pasti aku kasih kok kalau udah waktunya."

"Iya deh."

***

Ketika Gilang sudah kembali dari berbicara dengan Riana, Veera seolah-olah tidak ingin melepaskan lelaki itu lagi. Ia merangkul dan mengikuti ke mana pun Gilang pergi.

One & OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang