♪- The Chapter : 7 -♪

40 12 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



'2021'

Kini Matthew belum bertemu sama sekalipun dengan Ray. Terasa sepi jika tidak ada ocehan di dalam rumahnya. Seperti ada yang mengganjal maupun di hati dan tulisannya—.

Apa yang membuat Ray pergi darinya? Saat ini ia pun bingung dan sibuk pada argumennya sendiri.

Matthew menjalani harinya seperti biasa, pagi dan siang adalah waktu kelas kuliahnya. Dan ketika sore ia sendiri sampai pada menjelang malam.

Ia sedang mengisi perutnya sekarang, hanya sebuah roti polos yang tak membuatnya kenyang. Matthew sambil mengerjakan tugas kuliahnya, membuat cerita fiksi dengan 1500 kata.

Mudah sebenarnya, ia berniat tak ingin mengerjakannya sekarang karena malas. Tapi karena banyak waktu luang dan moodnya sedang bagus.

Setelah beberapa kertas ia habiskan untuk menulis, Matthew memutuskan istirahat sebentar. Hanya satu jam kok tidak lama-lama..  hehe.

Maklum remaja jompo seperti Matthew tidak bisa kalau tidak istirahat sebentar saja. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya.

Entah apa yang membuatnya tersihir, pikirannya selalu diisi dengan Ray. Tak bisa melupakannya walau dalam waktu sebentar. Ia menatap langit-langit kamarnya, tiba-tiba ada cicak yang menimpa wajah tampannya.

Sontak ia bangkit dan langsung mengusir hewan itu dari wajahnya. Sial sekali, ia pernah mendengar jika tertimpa cicak akan mendapat sial.

Matthew mencuci wajahnya, lalu mengeringkan. Ia berbaring lagi kini matanya ia pejamkan untuk sekali lagi. Berharap ia akan tidur sebentar.

Matanya terpejam dan sesekali terbuka. Di atasnya terlihat ada pemusa yang lama sudah ia tak temui. Itu Ray.

"Matthew.." sambil mengelus wajahnya pelan.

Matthew terkejut bukan main, apa secepat itu Ray datang di rumahnya? Lewat mana ia masuk? Ia rasa sudah mengunci semua pintu dan jendela.

Ia bangkit, menatap Ray yang ada di depannya.

"Ray?" ucapnya kebingungan.

"Ya? Ada apa Matthew? Aku disini." kata Ray disana.

Ia meraih wajah itu, melihatnya begitu pekat sampai hidung mereka bersentuhan.

Ray tak tahu apa yang mereka lakukan sekarang, ia malah memejamkan matanya erat. Matthew yang sudah membuat Ray seperti ini, tak tahan jika menahan terlalu lama. Benar kan?

Kini bibir mereka berjarak seperti selembar kertas tipis. Gerakan yang amat perlahan membuat Ray jatuh dalam perasaan Matthew.

Suara ketukan dari balik pintu tiba-tiba terdengar, mereka berdua menoleh. Terdapat seorang perempuan tua yang membuka pintu itu.

Rona Sastra - TaeGyu Story [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang