♪- The Chapter : 3 -♪

63 14 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



'2021'

Hari senin, waktunya untuk bangun pagi dan pergi kuliah. Entah kenapa ia selalu malas jika harus bangun pada pagi hari. Tapi hukum nya adalah wajib, karena orang yang bangun pagi akan mendapat kebahagian di hidupnya.

Ya, ga si?

Entah sejak kejadian satu bulan yang lalu ia lebih memikirkan tentang bagaimana hidupnya berjalan dengan damai. Matthew bisa merasakan yang lebih baik sekarang.

Meski dengan bantuan dokter kejiwaan, tapi ia hebat dan bisa merubah diri dengan keinginan dirinya sendiri. Ia banyak mendapatkan motivasi hidup dari dokter disana. Dari temannya? Tidak, karena dia tidak pandai ber interaksi.

Matthew berangkat seperti biasa, menggunakan bus kota dan berhenti tepat di depan kampusnya. Sarapan? Hanya sebuah roti yang tersisa di nakasnya tadi.

.
.
.

Waktu berjalan dengan cepat, lima menit lagi kelas selesai. Sebelum pulang Matthew mampir ke perpustakaan, membaca beberapa buku yang sudah ia wishlist sebelumnya.

Hanya buku fiksi kesukaannya. Mungkin ia ingin menambah wawasan untuk halu nya..

Matthew biasanya membaca dengan menulis. Sudah berapa kali kata itu muncul di cerita ini? Harap jangan bosan membaca dengan kata yang terulang yaa..

Niatnya untuk membaca agar otaknya bisa beradaptasi lagi dengan dunia cerita itu, tapi entah mengapa pikirannya terhenti oleh satu sosok yang muncul dalam benaknya. Matthew lantas menggeleng pelan dan berusaha melanjutkan aksi membaca ceritanya itu.

Suasana di dalam perpustakaan sedang lumayan ramai, ia juga merasa sedikit terganggu membaca bukunya. Matthew menghela nafas dan mengambil buku itu ke ruang peminjaman saja.

Buku itu ia bawa untuk sementara, masa peminjaman nya sampai 1 minggu saja— ia malas tapi ia masih sempat untuk mengembalikan nya kok..

Pada saat perjalanan pulang, Matthew memicingkan matanya tiba-tiba. Melihat seseorang yang tak asing di penglihatannya.

Itu, Ray!

Matthew lantas mendekati pria yang ada disana, Ray pun juga menghampirinya.

Seolah ada magnet tak kasat mata di antaranya, keduanya jika tak disatukan seperti ada yang hilang saja. Matthew mengulum senyumnya, jujur ia malu menatap Ray jika di tempat ramai seperti ini apalagi hanya berdua.

"Hai!" sapa Matthew.

"Hai?"

Ray bertanya-tanya tentang reaksi yang ia dapat dari Matthew. Lawan bicaranya itu menundukkan matanya, Ray jadi merasa bersalah bertanya seperti itu.

"Maafkan aku.."

Matthew yang ada disana mengernyit heran, kenapa Ray suka meminta maaf. Ia hanya canggung pada Ray dan merasa malu setelah apa yang ia lakukan padanya.

Rona Sastra - TaeGyu Story [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang