5. Emilos, dengan Undangan Emas

7.7K 1.2K 38
                                    

"Silahkan mengantri dengan rapi" Suruh salah satu panitia yang mengurus siswa baru yang baru saja antri.

Para siswa sedikit berdesakan pada saat acara mengantri ini. Banyak yang mengeluh dan sedikit mendorong temannya untuk sekedar memberi ruang pada diri mereka untuk bergerak.

Emil yang pada dasarnya kecil, tak membutuhkan ruang banyak untuk bergerak. Jadi dia diam saja.

Karena sedikit sesak, Emil tak sengaja menginjak kaki orang lain. "HEI!" Sentak orang itu kala merasakan kakinya yang nyut-nyutan.

"Mau mencari masalah denganku?" Wanita tadi mendorong pelan tubuh Emilos. Gerry yang akan menonjok wanita itu tiba-tiba terhenti kala Emil mengisyaratkan untuk diam saja.

Siswa yang berada didekat mereka menonton dan sedikit menyingkir untuk sekedar melihat apa yang sedang terjadi.

Mereka melihat bahwa seorang putri yang harusnya anggun, mendorong orang yang lebih kecil darinya. Pokoknya seperti melihat acara pembullyan.

Ya ... mereka menyimpulkan bahwa itu adalah pembullyan sebelum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Emil membungkuk sembilan puluh derajad sedikit lama untuk acara maafnya. Wanita tadi menatapnya marah "Lihat! Gara-gara kau, sepatu mahalku kotor! Kau harus bertanggung jawab bocah tengik!"

Sekarang mereka mengerti.

Emil mengangkat kepalanya dan maniknya bertatapan dengan gadis dengan muka jutek. Matannya berkilat emas kala melihat warna mata merah itu.

Emil melihat ke arah gaun panjang milik gadis tadi.

Ia berjongkok dan kemudian menyentuh bagian gaun paling bawah untuk sekedar melihat motif atau jenis kainnya.

Dengan tanpa kata maupun suara, Emil merobek gaun itu sedikit sampai lutut. Dan sekarang gaun itu sudah jadi rok pendek. Bukan hanya pemilik yang tercengang, namun Gerry beserta panitia dan siswa lain terdiam dengan mulut terbuka.

Ia tak menyangka bahwa ada seseorang yang berani pada putri jutek dengan mata merah yang dianggap pembawa sial pada daerah kekaisaran ini. Apalagi mengetahui bahwa putri ini adalah anak bungsu dari kaisar Bowers. Barbara Bowers.

"Tu-tuan muda—" Gerry sempat panik melihat bagaimana Tuan Mudanya merobek gaun daari seorang putri.

"KAU! APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN?" Marah Barbara yang mengundang seluruh atensi murid.

Emil menunjuk lutut Barbara yang memerah karena tergesek kain kasar gaun yang memang dia tidak menyukainya. Emil berjongkok dan menyentuh lutut merah itu.

Sensasi dingin seperti yang dikatakan Nick memang benar, buktinya Barbara terpaku pada rambut Emilos yang bergerak turun, karena sentuhan dingin itu kakinya sekarang benar-benar rileks.

Beberapa saat, Emil menyudahi usapan itu dan kembali membungkuk meminta maaf pada Barbara.

Sedikit info, Emilos melihat beberapa waktu yang akan datang kaki Barbara akan mengalami cidera karena tidak bisa menahan serangan dari salah satu tokoh.

Bukannya tidak bisa, lututnya sudah terluka saat sebelum diserang karena gaun panjang yang biasa digunakan oleh putri-putri.

Melihat bahwa antriannya sudah jatuh pada dirinya, Emilos mendahului Barbara dan merogoh isi tas kecil yang sebelumnya berada dipunggungnya guna mencari keberadaan surat undangan itu.

Atensi seluruhnya teralihkan pada surat undangan yang tak biasa.

Melihat bagaimana surat itu mengkilap terkena sinar matahari dan modelnya sangat berbeda daripada milik kebanyakan orang.

Mereka spontan melihat surat undangan perak mereka dan membandingkannya dengan surat Emilos.

Panitia yang mengurusi sontak berdiri setelah sadar dari keterkejutannya. "Emilos Oneil, putra Duke Edward Oneil" Ucapnya dan setelah itu muncul sihir yang lama-kelamaan menjadi seorang wanita yang cukup tua menggendong seekor anjing.

"HoHo! Kau sudah datang sayang?" Itu adalah penguasa akademi. Jeanne Guntama.

Semua orang yang berada disitu menundukkan badannya kala mengetahui pemimpin akademi berada didepan mereka.

Emil menoleh kesegala arah dan bingung apa yang harus ia lakukan. Dan setelahnya ia melakukan hal sama yang dilakukan oleh para murid.

"Sudah-sudah, kalian tak perlu membungkuk" Semua orang malah melihat kearah Emil. Pikir mereka siapa pemuda yang bernama Emilos ini sampai-sampai pemimpin akademi langsung datang menyambutnya.

Matanya bertatapan langsung pada pemimpin akademi. Ia melihat bagaimana dalam jangka waktu kedepan orang itu bertindak. Singkatnya, masa depan seperti apa milik penguasa ini.

Mulutnya membulat kala sudah mengetahui masa depan milik Penguasa ini. Emil menunjuk kearah anjing yang digendong Jeanne dan melihat pemimpin akademi itu.

Semua turut menyaksikan apa yang dilakukan oleh Emilos.

Anjing hitam itu diam seperti mengamati Emilos. Jeanne tersenyum kecil melihat aksi Emil. Ia melepaskan anjingnya "Kau menemukan sesuatu?" Emil mengangguk.

"Baik, ayo ikut aku" Emil menggeleng. Jeanne mengangkat alisnya heran.

Emil memasang raut kelelahan dan mengantuk. Dan dia mengerti apa yang sedang ingin dilakukan oleh Emilos.

Menghela nafas pelan "Baiklah, istirahatlah dulu nanti jika sudah datanglah padaku" Emil mengangguk. Dan setelahnya terdapat pusaran sihir yang membuat Jeanne dan anjingnya hilang entah kemana.

Para siswa melihat lekat Emilos yang memandang bekas pusaran sihir itu.

Barbara melihat dalam diam. Ia melihat potongan kain yang berada dipundak Emilos. "Bagaimana dia tau bahwa kakiku tidak nyaman pada gaun panjang ini?" Melihat terus kearah Emil, dia tersenyum kecil.

"Aku menemukan sesuatu yang menarik" monolognya.

The Silent Emilos [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang