Emil mengetuk pelan pintu ruangan pemimpin akademi. Setelah diizinkan masuk, barulah ia masuk kedalam ruangan besar yang menjadi pusat para pengajar untuk berdiskusi.
Entah sial atau beruntung, Jeanne tengah berbincang dengan seseorang. Mereka seperti membicarakan hal yang penting. Jadi Emil agak merasa bersalah.
Suruh siapa dia boleh masuk?
"Baiklah Calvin, akan ku pertimbangkan lagi permintaanmu" Yang dipanggil Calvin mengangguk. Setelahnya ia menatap Emil yang sepertinya menatap ke arah pemimpin akademi dengan muka kusutnya.
"Jangan menatapnya begitu, matamu seperti akan copot" Calvin tersadar dari lamunannya. Dirinya berdehem pelan.
"Kau mau tau namanya?" Calvin menggeleng pelan dan membereskan meja yang banyak kertas darinya.
"Namanya Emilos Oneil" Meskipun menggeleng, Jeanne memberitahunya.
Calvin menatap datar "Kemari sayang! Kau sudah pulih dari lelahmu" Emilos berjalan mendekati Jeanne dan duduk di kursi hadapan Jeanne. Jadi dia duduk bersebelahan dengan Calvin yang tengah membereskan kertasnya.
"Perkenalkan, dia Calvin Bowers. Dia adalah wakil ketua organisasi Inchola" Emil menatap Calvin.
Matanya mengikuti pergerakan yang dilakukan Calvin untuk mengamati "Untuk tahun ini, dia akan mencalonkan sebagai ketua organisasi. Beri dia semangat" Emil menggeleng acuh.
"HoHo! Kau sudah ditolak satu siswa Calvin" Calvin menghela nafasnya.
"Maaf pemimpin, satu orang tidak akan memengaruhi masa depanku" Suara berat itu masuk kependengaran Emil. Ia semakin kesal karena suara itu mirip dengagn suara ayahnya.
Jeanne terkekeh pelan "Benarkah? Baiklah untuk tahun ini Emilos tidak akan menyuarakan kepada siapa dia memilih" Singkatnya, Emil golput.
"Emil, kau bisa memberi tahuku sesuatu?" Emil mengangguk.
Jeanne menahan Calvin yang akan meninggalkan ruangannya "Menurutmu siapa yang menang?" Emil melihat kearah Calvin yang sepertinya melihatnya.
Melihat bagaimana mata hitam itu bertemu dengan mata emas miliknya. Calvin sedikit menyerngit kala melihat perubahan warna bola mata Emil.
Setelah beberapa saat, Emilos tersenyum meremehkan dan menggeleng pelan. Jeanne terkekeh sebentar "Sudah sana! Aku ingin membicaraka sesuatu dengan Emil" Usir Jeanne pada Calvin.
Calvin menghembuskan nafas perlahan dan segeara pergi meninggalkan ruangan itu dengan perasaan aneh.
"Apa yang kau temukan?" Tanya Jeanne membahas tadi saat pertemuan pertama mereka.
Emilos menatap kembali Jeanne. Ketika mulutnya akan terbuka, tiba-tiba ada yang mendobrak pintu ruangannya "NENEK! Aku membawakan sesuatu untukmu!" Ada seorang pemuda seumuran dengan Emilos berkata nyaring.
"Bisakah kau mengetuk pintu dulu Grant?" Yang dipanggil Grant terkekeh pelan dan segera menghampiri neneknya.
"Iya aku lup—EH?" Dirinya terkejut karena baru saja menyadari kehadiran Emilos.
Dirinya duduk disebelah Emilos "Hallo, kau yang merobek gaun Putri Barbara ya?" Tanyanya yang kemudian direspon dengan tatapan sinis.
"Aku ... hanya berbicara" Ucapnya agak tak suka. Dirinya menatap kembali Emilos yang masih dengan raut wajah kesal.
"Grant, tidakkah kamu berpikir untuk minta maaf?" Jeanne menatap cucunya dengan alis terangkat satu.
Grant menatap neneknya "Untuk apa?" Tanyanya yang tak paham. Emilos berdiri dari acara duduknya dan kemudian membungkuk sekilas untuk salam penghormatan.
Jeanne menatap Emilos yang pergi menjauh dari pandangannya "Grant, jika kau tidak menjaga hubungan baik dengan siapapun, kau tidak akan pernah memiliki teman. Bahkan Emilos sekalipun"
Emilos adalah orang yang menerima semua orang dengan tangan terbuka. Ia menganggap bahwa semua orang adalah temannya. Dan karena sifatnya itu, ia menjadi pemuda yang naif. Mudah untuk dimanfaatkan.
Emilos adalah orang paling sabar, dirinya tak pernah marah pada hal apapun. Bahkan jika ia mendengar langsung orang berbicara buruk tentangnya, ia bahkan rela berpura-pura tak tahu.
Prinsipnya, jika datang ya datanglah, jika pergi maka pergilah.
Emilos hanya tidak suka satu hal, orang asing yang mencampuri urusannya. Ia seperti risih jika kedapatan orang seperti itu.
Contohnya tadi, Grant kehilangan satu poin penting untuk menjadi temannya. Jika tak mau hal itu terjadi, maka kenalanlah dahulu sebelum berbicara banyak padanya.
Bahas sedikit tentang Grant, dia adalah cucu terakhir dari Jeanne yang memiliki sifat sangat menyebalkan. Dirinya merasa penting karena terlahir di keluarga Guntama.
Semua orang tidak menyadari sifatnya yang seenaknya itu karena tertutupi wajah yang dibuat humble dan ceria.
Ia memiliki sihir unik, yaitu ia adalah pengguna element kaca yang mungkin jarang sekali orang memiliki sihir itu. Singkatnya sihir itu lumayan langka.
Karena jenis sihir yang lumayan langka itu, ia menjadi sosok yang menurut dirinya paling kuat dan seenaknya kepada orang lain yang lebih lemah.
Khususnya adalah permainan kata-katanya.
Entah sadar atau tidak, dia menyakiti hati lawan bicaranya seperti tadi dengan Emilos. Seandainya berbicara itu menambah uangnya, Emilos akan membentak Grant dengan spontan.
Untuk Jeanne sendiri, mengundang Emilos adalah keputusan yang tak akan pernah ia sesali seumur hidupnya.
Selain karena mengetahui kekuatan tersembunyi pada tubuh lemah itu, ia juga agak menyukai sifatnya yang blak-blakan. Tapi kenapa saat sosok Emilos datang ke akademi, ia menjadi sosok yang pendiam?
Itu bukanlah masalah yang besar, yang terpenting adalah ia bisa mengamankan produk kualitas bagus yang harus ia asah kemampuannya.
Kemampuan yang akan membawa nama akademinya menjadi lebih populer.
Tapi yang pasti, Emilos yang datang ke akademinya bukanlah Emilos yang mudah dimanipulasi sifatnya. Emilos yang sekarang, jauh lebih menarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Emilos [End]
FantasíaBL ya met ---- Apa yang Emilos gerakkan, kami akan mengerti. Diawali dengan Lio dan berakhir dengan Lio. ---- Pemuda ga banyak omong ini jadi putra duke ---- 4th