16. Emilos, Ujian Dua Hari 2

4.2K 770 23
                                    

Ini sudah beberapa jam setelah mereka masuk ke dalam hutan untuk mengikuti ujian.

Untuk hadiah pertama yang menyelesaikan babak satu akan mendapat makanan berupa buah yang enak dan banyak. Seperti alpukat atau apel atau apapun itu.

Sedangkan tim terakhir mendapat buah pisang sesuai jumlah kelompoknya.

Emilos sendiri dengan timnya sedang duduk santai di bawah pohon. Mereka hanya mengikuti pergerakan Emilos. Emilos yang duduk, membuat mereka juga ikutan duduk.

"Emilos, dengan begini kita akan berada di tim terakhir" Ucap kesal Barbara. Pasalnya mereka sudah duduk termenung kurang lebih tiga jam.

"Em ... Emil, yang dikatakan Barbara benar" Gerry berucap pelan karena Emilos memejamkan matanya sejak tadi.

"Emilll aku sudah bosannn" Ravael meregangkan badannya.

Nick berinisiatif untuk membangunkan Emilos. Ehh sebentar ...

"Jadi dia dari tadi tidur?!" Barbara yang kepalang emosi mengangkat Emilos di pundaknya. Sungguh wanita perkasa!

Sungguh, ingin melahap orang yang bernama Emil itu.

Sudahlah, kini mereka hanya perlu membawa beberapa tanaman untuk sampai ke tujuan dan yang pasti mereka adalah tim terakhir yang sampai di pemberhentian selanjutnya.

Dan benar saja, mereka terakhir sampai.

Emilos sendiri masih mengumpulkan nyawanya dan meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Benar saja, dia sedari tadi tidur dalam perjalanan kemari.

"Lihat karena ulahmu bocah, sekarang kita hanya mendapat pisang!" Barbara menghembuskan nafas kasar.

"Apakah perlu kugunakan sihirku untuk membuat makanan lezat?" saran Ravael yang disetujui mereka.

Emilos mencengkram pergelangan tangan Ravael. Dia membuat gestur untuk Ravael mengimajinasikan pisang dikepalanya.

Mereka sempat ingin protes, akan tetapi mereka urungkan kala melihat tatapan Emil yang begitu tajam dan menuntut. Ya sudah mereka hanya mendapatkan pisang yang masing-masing mendapat tiga.

Bukan tanpa alasan.

Emil mengangkat tangannya untuk menyuruh Barbara menggendongnya. Gadis itu tentu saja mau. Barbara mengangkat satu alisnya "Kenapa kau ringan sekali Emil?"

Tentu saja kau mengatakan hal itu! Pisang adalah buah yang mudah tercerna. Energi dan mana mu pulih dengan cepat karena itu.

Nick tertawa pelan "Emil, kita datang terakhir karena buah ini?" Emilos mengangguk.

"Baiklah teman-teman, ucapkan terimakasih pada Emil yang mengembalikan mana kita dengan cepat"

Well, mereka sempat ingin memarahi bocah itu karena kecerobohannya. "Dan sekarang, aku siap untuk menyusul tim paling awal" Emilos mengangguk pelan dan kembali menyenderkan kepalanya pada bahu Barbara.

Begitu saja tidak tau, cih!

Menyelesaikan misi demi misi, akhirnya Emil berada di tahap akhir ujian.

Perkenalkan anggota baru kita!

Oreo, makhluk berbulu yang ditemukan Emil saat menjalankan misi tadi.

Bukankah seperti nama merek dagang? Memang iya.

Hewan yang disebut kucing ini menempel terus ditubuh Emil. Emil sendiri tidak keberatan karena dia juga bisa disebut pecinta kucing.

Oreo ini punya bulu warna hitam dan putih, seperti biskuit itu. Ekornya panjang berwarna putih. Kucing ini ditemukan Emil dengan keadaan tersangkut di dahan pohon yang lumayan tinggi.

"Emil, jauhkan itu dariku!" Ravael sangat takut pada hewan tak berdosa itu. Melihatnya saja dia sudah geli.

Emil yang bosan luar biasa menggoda Ravael dengan buntalan tak berdosa itu "EMIL! CEPAT SINGKIRKAN MAKHLUK MENJIJIKKAN ITU!" Suaranya menggelegar penuh dihutan.

"TIDAK! TIDAK! PERGI! SANA MINGGIR!" Ravael berlarian kesana kemari untuk menghindari mara bahaya.

Sedangkan teman mereka yang lain sibuk dengan acara makan karena mengingat hari ini sudah larut malam.

Setelah acara kejar-kejaran itu, Emil dan Ravael berbaikan dan memutuskan untuk menyudahi kegiatan mereka.

"Tidakkah kau mengatakan lelah seharian ini Ravael? Mengapa kau masih memiliki tenaga yang begitu besar untuk menghindar?" Tanya Barbara yang diangguki Gerry.

"Aku bisa menghemat energiku karena sihirku tau! Yang terpenting aku tidak terlalu banyak berimajinasi" Ravael melahap makanannya yang sudah matang.

Barbara hanya mengangguk, kini perhatiannya tertuju pada Emil "Dan Emil, kenapa kau mendaftar untuk menjadi pengurus Inchola padahal kau sendiri yang mengatakan tidak tertarik" Emil menghentikan makannya.

Dirinya bingung harus menjawab apa dan dengan sedikit pertimbangan, ia mengangkat kedua bahunya acuh. Pikirkan sendiri betapa kesalnya Barbara karena perbuatan Emil.

"Emil apakah itu alat musik yang kau pesan?" Emil mengangguk, kemudian ia membuka tas itu dan mengeluarkan Biola yang memang sangat cantik saat dilihat dari dekat

Meregangkan sedikit tangannya, dia mulai memainkan nada yang sangat damai bagi siapapun yang mendengarnya.

Semuanya jadi hening saat Emil menyudahi permainannya. Dirinya memejamkan matanya sejenak dan mengembalikan alat itu.

Suara api unggun menemani keheningan mereka.

Oreo mengeong tanda dia sudah mengantuk dan ingin tidur bersama Emilos. Emilos dengan lelah menggendong Oreo untuk tidur dipangkuannya.

"Tuan muda sangat hebat ... sejak kapan dia bisa memainkan alat musik?" Gerry bertanya dalam hati. Ravael yang biasanya cerewet, kini terdiam memandang Emilos yang sudah terlelap dengan Oreo berada di dekapannya.

"Aku semakin ingin menikahi Emil secepatnya" Nick menyugar rambutnya ke belakang dengan bergaya.

"Kalian tau apa yang kupikirkan?" Mereka mengangguk bersamaan. Ravael kini menatap Oreo dengan tajam

"Buang kucing itu!" Ucap mereka bersamaan.

---

problem in my life: maaf ga bisa di sebutin satu"
btw mau playlist lagu, lagi galau nih

The Silent Emilos [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang