"Aku berangkat," ujar Sakura malas kepada Sasori yang tengah menikmati sarapan di ruang makan. Kebetulan kedua orang tuanya tengah berada di Amegakure, mengurusi perusahan yang ada disana.
"Kau tidak sarapan Sakura?"
"Malas," kata gadis musim semi itu ketus. Lalu dengam cepat berlalu dari sana.
BLAM !
Sasori sedikit terlonjak kaget ketika Sakura menutup pintu rumah dengan keras. "Hah, sepertinya dia masih marah padaku."
Tiba-tiba Sasori meraih handphone yang berada dikantung jaketnya, tangannya mulai mengetik sebuah e-mail dengan tempo cepat.
.
.
.
.
.
"Sasuke-kun, sarapan dulu," perintah Mikoto -ibu Sasuke- ketika pemuda dark blue itu melangkah melewati ruang makan. Disana terlihat sang ibu dan kakaknya yang sedang menyantap sarapan tanpa ditemani samg kepala keluarga."Hn," ujar Sasuke malas sambil melangkahkan kakinya menuju meja makan. Dengan enggan mengambil sepotong roti, kemudian mengoleskan selai coklat dengan asal.
"Aku berangkat," Sasuke meninggalkan Mikoto dan Itachi yang memandang pemuda itu dengan tatapan heran.
"Itachi, ada apa dengan otoutomu?"
Itachi hanya mengangkat bahu. Ia hendak menyuapkan sesendok sup ketika tiba-tiba ia merasa handphone-nya bergetar. Alisnya sedikit tertaut saat mengetahui isi dari pesan yang baru saja masuk di handphone-nya.
"Hah, ada-ada saja," guman Itachi pelan, kemudian melanjutkan sarapannya yang tertunda.
.
.
.
.
.
"ASTAGA SAKURAA... KENAPA DENGAN WAJAHMU?" teriak Ino saat gadis beriris emerald itu memasuki kelas.'Kemarin suara, sekarang wajah, nanti apa?' batin Sakura malas.
"Memang kenapa dengan wajahku? Apa hidung atau salah satu mataku hilang?" ujar Sakur asal. Moodnya benar-benar tidak baik sekarang.
"Hah, kau ini. Hidung atau mata tidak ada yang hilang, tapi kantung matamu malah muncul dan terlihat jelas. Kau habis menangis?" ujar Ino sambil berjalan mendekati Sakura yang kini telah duduk di tempatnya. Gadis bersurai pirang itu terus saja memperhatikan wajah Sakura dan sesekali mengguman tak jelas.
"Tidak, aku hanya kurang tidur," sangkal Sakura
'Kurang tidur karena terlalu lama menangis' tambahnya dalam hati.
"Ya sudahlah, what ever you say. Eeto~ bagaimana dengan kemarin? Sasuke mau bercerita padamu?"
"Sudahlah Ino, aku tidak mau membahas soal itu." ujar Sakura dengan nada malas. Mengalihkan pandangannya keluar jendela, menatap langit yang mulai mendung.
"Kau ini kenapa sih? Hah, terserah padamu Sakura. Tapi jika ada apa-apa, ceritalah padaku. Aku siap mendengarkan. Paham?" ujar Ino menepuk pundak gadis itu pelan, kemudian melangkahkan kakinya menjauh.
Sakura kini terlihat sangat acak-acakan, semangat yang selalu ada padanya tiba-tiba menguap, hilang seketika. Bayangan indah karena Sasuke telah mulai hangat padanya kini sirna sudah. Hatinya yang semula berbunga-bunga, sekarang bunga itu layu bahkan hampir mati. Sakura tidak habis pikir kenapa Sasori berbuat seperti itu padanya.
"Apa sebenarnya maumu, niichan?" gumam Sakura lirih. Matanya menatap kosong. Tubuh Sakura memang duduk manis disana, tapi pikirannya melayang jauh entah kemana.
"Oi, Teme. Tumben sekali kau datang siang?" Teriakan Naruto membuat gadis itu menoleh, tak sengaja iris emeraldnya berpapasan dengan iris onyx Sasuke. Seketika itu juga waktu bagai terhenti bagi Sakura. Bayangan kejadian kemarin kembali terngiang dibenaknya.
'Aku tidak perduli jika kau sudah bertunangan. Aku akan merebutmu dari pemuda merah darah itu,' kata-kata Sasuke terus saja terdengar di telinga Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Class, Trouble Love
FanfictionHaruno Sakura terpaksa pindah karena pekerjaan orang tuanya. Mau tak mau dia menuruti perintah sang ayah. Dan terdamparlah ia di sini, di Konoha High School. Di kelas Sains Two tepatnya. Kelas yang terkenal sebagai Trouble Class. Apa yang akan terja...