Chapter 9

39.4K 1.7K 91
                                    

Sakura POV

Pagi itu terasa begitu dingin. Aku tidak yakin apakah ini akibat cuaca atau suhu tubuhku yang sedang menurun. Namun satu hal yang pasti, hawa dingin ini benar-benar menusuk tulang. Dengan hati-hati kuseduh coklat panas yang sudah kusiapkan untuk mengurangi rasa dingin. Uap panas beraroma coklat segera mengepul bebas di udara.

Cting !

From : Tomato Ice-kun

30 menit lagi ku jemput.

Bibirku tersenyum tipis ketika membaca pesan singkat nan padat itu. Benar-benar ciri khas yang mungkin tidak akan hilang. Yah, siapa lagi jika bukan Sasuke. Sekarang aku paham benar kenapa dia dijuluki pangeran es.

Kusesap pelan coklat panasku, bergantian dengan roti selai stroberi yang sejak tadi terabaikan. Hanya ini yang bisa kusiapkan pagi ini karena bahan makananku habis dan aku belum sempat belanja. Jika boleh jujur aku lebih suka nasi hangat dengan sup untuk sarapan.

Ting Tong ! Ting Tong !

"Astaga, siapa pagi-pagi begini?" gerutuku pelan. Dengan enggan kulangkahkan kakiku menuju pintu depan.

Cklek !

"Sasuke?!" seruku ketika melihat siapa yang sedari tadi menekan bel dengan tidak sabarnya.

"Kukira masih tigapuluh menit lagi?" tanyaku penasaran.

"Kau mau menjadikanku boneka salju dengan berdiri disini?" kalimat sarkasme itulah yang jadi jawaban. Astaga aku kan hanya bertanya.

"Gomenasai. Masuklah," ucapku seraya membuka pintu lebih lebar, mempersilahkan bungsu Uchiha itu masuk.

"Kaachan membuatkanmu sup," ujar Sasuke sembari meletakkan kotak makan di atas meja makan.

"Kenapa repot-repot?" kulangkahkan kakiku ke counter untuk menyiapkan segelas coklat hangat untuknya.

"Kau tahu sendiri Kaachan lebih sayang padamu dan Shion-nee daripada aku dan Itachi. Terlebih kau baru sembuh dari sakit,"

"Tapi tidak perlu sampai seperti ini. Aku tidak ingin merepotkan Mikoto-baasan. Lagipula aku sudah baik-baik saja,"

"Jangan katakan hal itu padaku. Lebih baik kau segera makan dan kita berangkat," perintahnya.

"Dan sebaiknya kau minum dulu. Setidaknya bisa menghangatkan tubuhmu," kuletakkan cangkir putih berisi coklat panas itu dihadapannya. Sekilas kulihat ia menautkan kedua alisnya.

"Kau lupa jika ak-"

"Tenang saja. Coklat hitam tanpa susu dan hanya sedikit gula. Jadi tidak terlalu manis," potongku cepat.

Sasuke hanya mengangkat bahunya sekilas sebelum meminum coklat itu. Sementara aku menikmati sup buatan Mikoto-baasan. Sejak tiga hari lalu bibi Mikoto selalu mengirimiku makanan karena aku sedang sakit dan hanya sendiri di rumah. Sebenarnya sungkan juga, tapi mau bagaimana lagi. Ini lebih baik daripada tidur di rumah Sasuke kan?
.
.
.
.
.
"Sakura-chan, kau sudah sembuh?" tanya Hinata ketika kami berpapasan di pintu depan sekolah.

Hinata tengah berjalan bersama Naruto. Mereka terlihat bergandengan tangan serta berjalan berdampingan. Sementara aku dan Sasuke? Jangan ditanya lagi. Sasuke berjalan sedikit di depanku dengan tangan kirinya yang terulur memegang tangan kananku erat. Jangan lupa poker face-nya dan deathglare mematikan ketika ada yang melirik kami (baca:aku) sedikit saja.

"Iya Hinata," jawabku seraya tersenyum tipis.

"Ayo ayo, kudengar senpai dari Sosial One menantang senpai Sains Two," langkah kami seketika terhenti mendengar ocehan salah satu adik kelas yang tengah berlari melewati kami.

Trouble Class, Trouble LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang