Part 10

290 17 1
                                    

Rey pergi ke dokter keluarganya dan meminta dokter itu membuatkan surat sakit, awalnya dokter tidak ingin melakukannya tapi akhirnya sang dokter pun luluh saat Rey memohon padanya.

Surat yang Rey mau, Rey dapatkan dan surat itu dia bawa ke ruang guru untuk di berikan kepada wali kelasnya.

"Apa ini Rey?" Tanya Pak Iwan.

"Baca aja pak, saya permisi dulu."

Rey pun pergi dari sana.

***

Rey sampai di kelas, menaruh tasnya dan menghampiri Emil membuat Kiesha dan Rassya menatap gerak-geriknya karena mereka penasaran.

Rey langsung menarik kerah kemeja belakang Emil membuat Emil terjatuh dari kursi yang dia duduki. Emil berdiri dan menatap Rey.

"Woi ada apa ini brother." Ucap Emil santai.

"Gak usah banyak ngomong lo bangsat!" Marah Rey.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Orang-orang mulai berdatangan melihat perkelahian itu. Ada yang memotonya, ada yang mengambil vidio juga, bahkan lebih parah ada yang menyiarkannya secara langsung melalui akun sosmednya.

Jefan dan Gema berusaha menghindari Emil dari Rey tapi mereka tidak berhasil, Kiesha dan Rassya pun begitu.

Sekali lagi Kiesha dan Rassya menahan Rey dan akhirnya berhasil, Rey memberontak tapi mereka berdua tetap menahannya kuat-kuat karena kekuatan Rey saat marah tidak main-main.

Emil yang terduduk di lantai di bantu berdiri oleh Jefan dan Gema.

"Lepasin gue!" Teriak Rey.

"Gue gak akan lepasin lo kalo lo masih mau berantem!" Balas Kieha.

Rey pun menarik napas dan membuangnya kasar dari hidung begitu seterusnya hingga amarahnya perlahan mereda.

"Lepasin gue." Ucap Rey dengan nada yang biasa.

Kiesha dan Rassya pun melepaskannya.

Jefan dan Gema ingin membawa Emil ke UKS karena pukulan Rey yang tak main-main tadi membuat Emil wajahnya menjadi memar. Emil berhenti di sisi Rey.

"Gue tau semua rahasia lo, jadi lo jangan macam-macam sama gue atau lo bakal tau akibatnya." Bisik Emil ditelinga kanan Rey dan langsung melanjutkan langkahnya.

***

Jam sudah menunjukan pukul 09.00 dan Aqeela baru saja bangun.

"Jam berapa ini?"

Aqeela mengambil ponselnya dan melihat jam.

"Jam 09.00 gue terlambat ke sekolah dong."

Aqeela turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Tujuan Aqeela adalah dapur, Aqeela menemukan sebuah kertas kecil ditempel dikulkas, dia menarik kertas itu sampai tercabut dan membacanya.

'Lo istirahat aja, lo tenang aja gue udah izinin lo, gue buatin sarapan ada dimeja makan gue tutup pake tudung saja, selamat makan, semoga lo suka.'

Aqeela tersenyum samar.

"Ternyata dia peduli banget sama gue, makasih Rey dan maaf kemarin gue nyuekin lo." Gumam Aqeela.

Aqeela pun kemeja makan dan memakan makanan yang dimasak oleh Rey.

***

Rey dan Emil terkena hukuman akibat mereka berkelahi tadi, sekarang mereka ada di gudang, di suruh memberisihkan gudang sekolah yang cukup luas itu. Awalnya mereka berdua tidak ada yang mau mengerjakannya dan Emil mengancam Rey akan membongkar rahasianya kalau tidak mau ikut perintahnya dan akhirnya yang terjadi Rey kerja sendiri dan Emil hanya melihatnya.

"Makanya jangan main-main sama gue."

Rey tidak peduli dengan perkataan Emil dan terus merapihkan gudang yang sangat kotor itu.

***

Rey pulang dan langsung masuk ke kamar, disana ada Aqeela yang sedang memainkan ponselnya, Rey duduk di ujung kasur dan hanya menatap Aqeela yang sedang asik dengan poselnya.

"Qeel." Akhirnya Rey memberanikan dirinya memanggil Aqeela.

Aqeela langsung melepas ponselnya dan menatap Rey.

"Hm?"

Rey menatap Aqeela sangat dalam begitu juga sebaliknya. Dari mata Rey Aqeela bisa melihat sebuah pancaran kebersalahan yang sangat besar.

"Maafin gue ya." Akhirnya kata maaf itu keluar dari bibir Rey.

"Lo gak perlu minta maaf, harusnya gue yang minta maaf." Akhirnya Aqeela juga menurunkan egonya dan mengucapkan kata maaf.

Rey ingin berkata sesuatu tapi seperti berat mengatakannya dan Aqeela bisa melihat itu, Aqeela memberanikan memegang tangan Rey menyalurkan sebuah energi agar Rey berani mengatakan apa yang ingin dia katakan, ditambah Aqeela tersenyum tedu menyejukan didepannya membuat Rey merasakan energi itu.

"Kita gak tau dia benar-benar ada atau gak, tapi kalo memang dia ada dan lo gak nyaman lo bisa gugurin dia." Ucap Rey berani.

Aqeela yang tadi tersenyum melunturkan senyumnya.

"Gak, gue gak mau, kalo pun dia benar-benar ada gue bakal mempertahankannya." Putus Aqeela.

"Tapi kalo Rassya..."

"Rey gue sadar, kita udah nikah dan itu adalah faktanya dan kita gak bisa menghindarinya, gue pelan-pelan bakal ngelupain Rassya dan gue mau menjadi istri yang baik buat lo dan menjadi ibu yang baik buat dia kalo dia benar-benar ada."

Rey dan Aqeela saling menatap dalam dan senyum itu terlukis dari keduanya. Aqeela dengan berani langsung memeluk Rey dan Rey membalas pelukan Aqeela.

"Gue baru sadar kalo gue udah ada rasa sama lo Qeel walaupun itu gak sepenuhnya, gue mohon Qeel, bantu buat diri lo memiliki hati ini sepenuhnya bukan setengahnya aja." Bisik Rey dalam pelukan mereka.

"Ya gue bakal lakuin, lo juga, lo harus membuat hati gue sepenuhnya hanya milik lo." Bisik Aqeela.

Rey mengangguk mantap dalam pelukan mereka.

Mereka melepaskan pelukan mereka.

"Gimana kalo hari ini kita periksa, buat memastikan dia beneran ada atau gak." Ujar Aqeela.

Rey hanya menjawabnya dengan anggukan.

***

"Bagaimana dok?" Tanya Rey pada dokter.

"Selamat, istri anda positif hamil." Jawab sang dokter.

Rey dan Aqeela tersenyum senang mendengarnya.

"Istri anda hamil muda di usia yang masih belia, anda harus menjaga istri anda dari pola makannya sampai psikisnya jangan sampai membuat dia setres karena itu akan mempengaruhi janinnya juga." Nasihat sang dokter.

"Baik dok."

***

"Kalian mau bilang apa?" Tanya Papa Aqeela penasara.

Rey dan Aqeela saling menatap dan tersenyum.

"Kalian bikin penasaran saja, nak sebenarnya ada apa sih?" Tanya Mama Aqeela.

"Mah, Aqeela..." Ucap Rey menggantung.

"Aqeela kenapa nak?" Tanya Mama Rey.

Sekali lagi Rey dan Aqeela saling menatap dan cekikikan melihat wajah orang tua mereka yang tegang.

"Ada apa nak, cepat bilang sama papa." Khawatir Papa Rey.

"Hamil." Ucap Rey dan Aqeel bersama.

Kedua orang tua mereka membulatkan bola mata mereka terkejut.

"Nak, kamu beneran hamil?" Tanya Mama Rey.

Aqeela tersenyum dan mengangguk.

"Jadi kita bakalan punya cucu." Senang Mama Aqeela.

Mama Aqeela dan Mama Rey beranjak dari dudujnya dan mendekati Aqeela, Rey yang duduk bersama Aqeela memilih menyingkir dan bergabung dengan Papa dan papa mertuanya.

Aqeela dipeluk oleh mama dan mama mertuanya.

MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang