"Widihh, keren juga apart lo." Razka mengelilingi pandangannya menatap setiap sudut apartemen milik Bian yang cowok itu beli seminggu yang lalu.
"Kenapa lo beli apart ini?" Tanya Devian.
"Gue mau jauh dari bokap." Jawab Bian datar. Mereka menganggukkan kepalanya, mereka juga tidak ingin terlalu ikut campur dalam urusan keluarga cowok itu.
Razka berlari ke arah dapur untuk melihat kulkas milik Bian. "Njir, banyak banget makanan sama minuman. Gue minta pizza ya, yan?"
"Hm." Razka mengambil pizza dan minuman dari dalam kulkas dan di bawanya ke sofa.
"Gak tau malu banget lo, ka." Ujar Devian menatap sinis Razka.
"Suka-suka gue lah."
Devian kemudian berjalan menuju dapur. "Minta jugalah gue."
"Yeee, sama aja tolol!"
"Keknya ada yang kurang nih. Oh gue tau! soda, kurang minuman sodanya nih yan." Ujar Razka menatap banyak makanan dan minuman dihadapannya.
Devian menoyor kepala Razka. "Banyak mau lo!"
"Ck, gak enak anjir kalo gak ada minuman bersoda."
"Biar gue beli bentar di luar." Ujar Bian memakai kembali jaket dan mengambil kunci motornya di atas meja.
Razka menatap binar Bian. "Aa' Bian pengertian banget sih! Pantes ciwi-ciwi pada klepek-klepek liat nya. Hati-hati ya aa' di luar, jangan lupa jaga mata, jaga hati."
Bian tetap berlalu dan tak mempedulikan omongan Razka.
"Anjir, stres ya lo, ka? Gara-gara di gosthing Syifa? Hahaha."
Mendengar penuturan Devian, Razka merubah raut wajahnya menjadi masam. "Apaan sih lo."
*****
Sampai di minimarket terdekat, Bian memarkirkan motornya di depan minimarket tersebut.
Namun netranya tak sengaja melihat sesosok wanita yang tak asing baginya. Dahinya mengkerut saat melihat ada laki-laki di samping wanita itu.
Bian melangkah menghampiri Leony. "Lo ngapain di sini?" Tanya Bian datar.
Leony membulatkan matanya saat tiba-tiba Bian muncul di hadapannya. "Bian?! Kamu ngapain ke sini?"
"Ck, gue nanya lo! Kenapa lo nanya balik?"
"Kamu juga gak liat aku lagi megang kantong plastik?"
Bian menatap sekantong plastik di tangan Leony. Bodoh, kenapa ia malah menanyakan hal yang tidak penting? Bian mungkin tak sadar sudah mengatakan itu karena ia terkejut melihat Leony dengan laki-laki lain.
"Dia siapa?" Tanya Bian pada Leony, matanya menyorot tajam laki-laki itu. Bian tidak suka ketika ada laki-laki lain di sisi Leony.
"Gue Marva." Ucap Marva, mengulurkan tangannya kehadapan Bian.
Bian tak membalas. Marva mengangkat sebelah alisnya, kemudian cowok itu menarik kembali tangannya saat tau Bian tak mau untuk diajak berjabat tangan.
"Bang Marva pem—"
"Gebetan baru lo?" Sela Bian membuat Leony menghentikan ucapannya.
"Bian apa-apaan sih?"
"Bener kan omongan gue? Ternyata ucapan gue waktu itu gak salah, lo itu murahan. Lihat sekarang? Tiba-tiba aja udah jalan sama cowok lain." Ucap Bian sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [TERBIT]
JugendliteraturIni cerita tentang, Leony Ardelia. Cewek biasa yang menaruh perasaan pada cowok yang menjadi primadona kaum remaja. Dan juga, Biantara Adelard. Cowok yang memiliki sifat dingin dengan ribuan misterinya. Namun siapa sangka, Bian lah dalang di balik t...