18. Mimpi buruk

123 5 0
                                    

Siang sudah berganti malam. Namun, cowok yang masih mengenakan seragam sekolahnya yang sudah tidak rapi lagi baru saja memasuki rumah bernuansa putih tersebut.

Kali ini rumah itu tampak sepi, sepertinya mama dan papanya tidak sedang berada di rumah.

Syukurlah, cowok itu jadi tidak akan mendengar perkataan papa nya yang sudah pasti akan berbicara buruk padanya, apalagi ia baru saja pulang malam dan masih mengenakan seragam sekolahnya.

Bian meletakkan tas sekolahnya asal, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket.

Setelah selesai dengan ritual mandinya, ia memilih untuk langsung merebahkan tubuh di atas ranjang miliknya. Entah mengapa cowok itu merasa lelah sekali hari ini. Hingga tanpa sadar ia memejamkan matanya dan mulai masuk ke dalam alam bawah sadarnya.

"Bang, ini papa beneran ga bakalan tau kan?" Tanya seorang laki-laki berusia 15 tahun yang sedang mengendarai mobil orang tuanya.

"Engga, kamu tenang aja. Papa sama Mama kan lagi pergi, jadi kita gak akan ketauan." Jawab laki-laki yang berusia 1 tahun lebih tua darinya yang sedang duduk di kursi penumpang.

Laki-laki yang ia panggil dengan sebutan Abang tersebut mengajaknya untuk berkeliling kota dengan menggunakan mobil. Abangnya itu sudah pandai mengendarai mobil karena ia pernah belajar dengan papanya. Berbeda dengan Abangnya, laki-laki yang bernama Bian itu tidak di izinkan oleh papanya mengendarai mobil ataupun menggunakan fasilitas keluarganya, ia hanya diperbolehkan mengendarai motor, uang saja ia tidak diberi oleh papanya, untung saja mamanya sering memberinya uang secara diam-diam padanya, tidak pilih kasih seperti papanya yang selalu mengutamakan Abangnya itu.

Bian tampak antusias waktu itu, ia sangat bersemangat saat Abangnya menunjukkan nya cara mengendarai mobil.

"Bang ini cara ngerem nya gimana?"

Laki-laki itu tersenyum menyeringai, ia tidak akan benar-benar mengajarkan Bian. Ia akan mengerjai adiknya itu agar semakin di benci oleh papanya. Iya, itu rencananya membawa Bian mengendarai mobil, ia tidak suka saat mamanya lebih sayang pada Bian, ia ingin semua orang membenci laki-laki itu.

"Itu, kamu tekan pake kaki yang sebelah kanan." Perintahnya pada Bian. Namun, yang ditunjuk itu bukanlah pedal rem, melainkan pedal gas.

Bian mengikuti perintah abangnya, ia menginjak pedal gas yang otomatis mobil semakin melaju cepat.

Bian sangat terkejut, ia pun terlihat panik karena melihat sebuah mobil lain di depannya.

"Abang! Tolong ini gimana?!"

Tidak ada jawaban dari laki-laki di samping Bian. Ia menatap laki-laki itu sekilas, dan terlihat laki-laki itu tampak sedang tersenyum kecil.

Raut wajah Bian mulai terlihat memancarkan amarah. Ia kira, abangnya ini benar-benar ingin membantu dan mengajarkannya. Namun ia salah, laki-laki itu ingin menjebaknya.

"Anjing! Lo mau jebak gue?!" Bian mengeram marah. Ia menunjukkan sisi yang belum pernah ia tunjukkan pada siapa pun sebelumnya. Kini dirinya sudah di kuasai oleh amarah.

Sebelumnya Bian tidak pernah berkata kasar pada siapa pun. Ia selalu menerima semua perlakuan papanya pada dirinya. Sejujurnya, Bian sangat iri pada Abangnya yang selalu di utamakan oleh papanya, ia juga ingin diperhatikan dan dibanggakan oleh papanya.

Semua cara telah Bian lakukan untuk menarik perhatian papanya. Memenangkan banyak perlombaan dan menjadi murid teladan tidak dapat membuatnya diperhatikan oleh sang papa.

Bian juga tidak pernah membenci Abangnya. Namun kini, ia sangat membenci sosok laki-laki di sampingnya. Laki-laki yang telah merenggut segala kebahagiaannya.

Hingga beberapa detik kemudian...

Brakk

Bian terbangun dari tidurnya dengan napas memburu dan peluh keringat membanjiri sebagian tubuhnya.

Lagi-lagi cowok itu mengalami mimpi yang menjadi traumanya. Akhir-akhir ini Bian selalu memimpikan kejadian tersebut, yang membuatnya mengingat kembali memori yang seharusnya ia hapus. Untungnya, dua hari lalu cowok itu membeli obat penenang untuk dirinya konsumsi ketika ia mengalami mimpi itu lagi.

Cowok itu bangkit dari ranjangnya menuju nakas yang terdapat segelas air minum. Ia kemudian membuka laci kedua nakas yang menyimpan obat penenang.

Setelah meneguk segelas air minum, ia beralih mendudukkan tubuhnya di sofa ruang kamarnya.

"Akhh, sial kepala gue sakit!"

*****

Nenek Lin menghampiri cucunya yang sedang duduk di ayunan samping rumahnya. "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri gitu? Sudah malam, bukan nya langsung istirahat malah senyum-senyum gajelas di sini." Tuturnya.

"Oni sedang membayangkan masa depan sama anak-anak oni nanti nek. Tenyata seru ya kalo udah punya anak, nanti Oni bisa bantu dia buat pr, siapin dia makan, main sama dia juga, seru deh pokoknya." Ujar Leony antusias.

Nenek Lin terkekeh mendengarnya, "kamu ini belum apa-apa sudah jauh sekali hayalannya."

"Gapapa dong nek! Nenek suka cicit berapa? Kayanya perlu di bicarakan sekarang deh nek, nanti Oni bisa bilang sama suami masa depan Oni soal buat anaknya."

Nenek Lin membulatkan matanya. "Heh! Nanti aja mikirin itu, sekarang kamu fokus sama pendidikan kamu dulu, katanya mau jadi dokter?"

"Hehe bercanda nek. Iya nanti kalo Oni udah jadi dokter baru Oni kasih nenek cicit." Ujar Leony pada neneknya.

"Iya cucu tersayang nenek. Sekarang masuk ke rumah, istirahat. Cape kan baru pulang dari kafe?" Perintah nenek Lin pada Leony.

Leony mengangguk patuh. "Siapp.. nenek Leony yang cantik jelita." Nenek Lin hanya menggelengkan kepalanya seraya terkekeh kecil. Kemudian berjalan terlebih dahulu meninggalkan Leony.

Baru beberapa langkah nenek Lin berjalan, tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat sakit dan pusing. Nenek Lin memegangi kepalanya seraya meringis pelan.

Leony yang melihat itu pun terlihat panik dan segera mendekati neneknya. "Nek, nenek kenapa?" Tanya Leony panik dengan tangannya yang memegang bahu nenek Lin.

"Kepala nenek sakit." Ucapnya lirih.

Mata Leony mulai berkaca-kaca. "Nek, kita ke rumah sakit ya? Nenek tahan dulu sebentar."

Belum sempat Leony memapah neneknya itu, ia telah terlebih dahulu terjatuh dan tak sadarkan diri.

*****

Jangan lupa untuk tinggalkan vote dan komentar ya!!

See you next chapter!

Byee❤️

BIANTARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang