"Bian!"
Bian menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang saat seorang guru memanggilnya.
"Bian, tolong antarkan buku sejarah ini ke kelas 11 IPS-1." Perintah guru tersebut menyerahkan beberapa buku pelajaran pada Bian.
Bian menatap tak suka buku-buku itu. "Kenapa harus saya buk? Enggak, saya gak mau," tolaknya.
"Bian. Jangan membantah, cobalah untuk jadi anak yang baik dan teladan!"
"Bokap saya gak peduli buk saya mau jadi anak kayak apa. Jadi untuk apa saya jadi anak teladan." Ucap cowok itu datar.
"Jangan banyak alasan. Cepat antar buku ini!"
"Ck!" Bian berdecak kesal, mau tidak mau ia mengantar buku itu.
Sampainya di kelas tersebut, tak sengaja Bian berpapasan dengan Leony. Bian yang hendak masuk ke kelas dan Leony yang hendak keluar kelas.
Leony terlonjak kaget. "Eh, Bian?" Ucap Leony dengan merubah nada bicaranya menjadi lebih lembut.
"Bian kenapa kesini? Mau ketemu oni ya? Duh, bilang dong kalo mau ketemu sama oni, gak perlu sampe ke kelas oni segala."
Bian menatap Leony yang senyum-senyum sendiri. "Kenapa lo senyum-senyum? Jangan ke ge-eran. Gue cuma mau ngantar buku. Nih!" Ucapnya, kemudian ia menyerahkan buku itu pada Leony.
Leony menerima buku itu dan langsung meletakkannya di atas meja. Setelah itu, ia mengejar Bian yang sudah pergi dari hadapannya.
"Bian, kenapa pergi sih? Bian gak mau ngobrol dulu sama aku? Hehe Bian, oni manggilnya aku-kamu ya biar romantis?" Bian tidak mempedulikan Leony yang terus mengoceh di belakangnya.
"Kaki Bian panjang banget sih, oni capek tau kalo jalan sama Bian."
"Bian kenapa ganteng banget sih, oni kan jadi—"
Dug
Leony meringis pelan memegangi dahinya yang terbentur punggung tegap milik Bian. Cowok itu tiba-tiba saja menghentikan langkahnya.
"Shhh, kok berenti tiba-tiba sih?" Gerutu Leony.
Bian berbalik dan menatap intens Leony. Leony yang di tatap seperti itu gelagapan sendiri. "Duh, nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan? Di tatap sama cowok ganteng gini." Bantinnya.
"Lo jadi cewek bebal banget sih, gue udah pernah bilang, berenti ngejar gue. Titik!" Ucap Bian dengan menekan kata terakhirnya.
"Kalo lo terus ngejar-ngejar gue lo itu kelihatan murahan tau gak?!"
Leony terkesiap mendengar penuturan Bian. Apa? Murahan? Mengapa cowok itu menyimpulkan bahwa dirinya murahan? Leony tidak serendah itu.
Karena mereka berdiri di koridor sekolah, membuat beberapa pasang mata menatap mereka, terlebih para ciwi-ciwi yang tidak mau melewatkan pesona seorang Biantara.
"Bian ngapain?"
"Bian kok makin ganteng sih?"
"Cewek itu ngapain sih sama Bian?"
"Gak tau malu banget tu cewek deketin cowok gue."
Beberapa perkataan itu terdengar sampai ke telinga Bian dan Leony. Namun keduanya tampak tidak peduli. Leony masih tidak terima ketika Bian mengatakan dirinya murahan.
Leony menatap Bian intens. "Bian jahat!" Ujar Leony sebelum ia meninggalkan Bian dan para fansnya yang bermulut nyinyir.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [TERBIT]
Dla nastolatkówIni cerita tentang, Leony Ardelia. Cewek biasa yang menaruh perasaan pada cowok yang menjadi primadona kaum remaja. Dan juga, Biantara Adelard. Cowok yang memiliki sifat dingin dengan ribuan misterinya. Namun siapa sangka, Bian lah dalang di balik t...