"Buset, ganteng bener yang mau ngelamar kerja."
Jevando menyahut ketika ngelewatin Mario yang lagi ngaca di ruang tengah kos-kosan. Jevando sendiri niatnya mau ke dapur buat makan, tadi malam dia nginep di kamar Aksa setelah mereka pulang nanjak bareng, kemarin.
Aksa yang kebetulan juga baru keluar dari kamar lantas ikut bertanya, "Serius mau ngelamar kerja lo, Yo? Lamar dimana emang?"
"Enggak. Ini gua mau ngedate."
"Kok formal banget outfitnya?"
Iya. Wajar Jevando sama Aksa kompak nanya begitu, soalnya Mario sampai pakai tuxedo dan celana bahan hitam polos yang sudah tersetrika rapi nan licin. Belum lagi rambutnya yang ditata klimis ke belakang seperti trend model rambut di tahun 90an.
"Mau jemput Naura di rumahnya cuy, terus apes, bokapnya ternyata baru pulang dua hari yang lalu."
"Waduh pantesan," gumam Jevando.
Aksa pun balas, "Wyl deh, Yo." Wyl = wish you luck.
Mario meringis. Memang, walaupun udah pacaran lumayan lama dengan Naura, sejatinya Mario masih belum terlalu dekat sama Papa nya Naura. Apalagi beliau ini kerja di Jepang. Jadi jarang ada di rumah. Baliknya cuma beberapa kali saja dalam setahun.
Meski begitu keluarga Naura termasuk keluarga yang harmonis. Mereka juga kerap melakukan family trip untuk menghabiskan liburan bersama. Entah di dalam negeri maupun di luar negeri.
Naura tumbuh dengan pemikiran yang baik karena lingkungannya juga dikelilingi orang-orang baik. Mario enggak iri kok walaupun keluarganya jarang family gathering begitu berhubung dia sedang merantau, tapi komunikasi mereka juga tetap terjalin dengan hangat.
Bersama lamunan singkat Mario, mobil yang ia kendarai akhirnya tiba di gerbang rumah Naura. Gerbang. Benar, gadis itu punya rumah segedong istana kesultanan.
"Mas Rio ya? Masuk, Mas," kata pak satpam. Mario menunduk dari kaca mobil sambil tersenyum cerah.
Seluruh penghuni rumah Naura literally sudah sohib an sama Mario. Kecuali mungkin... bapaknya.
Mario ingat pas pertama kali ngobrol sama Papa yang beliau tanyakan adalah, "Agama kamu apa?"
Unexpected. Tapi untungnya jawaban Mario kala itu enggak bikin Papa memutuskan untuk mem-blacklist doi dari daftar pacar anaknya. Ternyata usut punya usut Papa nanya begitu lantaran Mario juga ada darah Jepang. Dan rata-rata orang Jepang itu atheis.
"Rio juga nggak pure blood Jepang kok, Om. Mama itu orang Surabaya cuma tinggalnya aja di Jepang, ikut Papa."
"Oh, bisa bahasa Jawa dong kamu?" Tanya Papa. Btw Papa ini ngomongnya bahasa Indo tapi masih kental aksen Jepangnya.
"Bisa Om.... tapi Jawa nya kasar."
"Coba, saya mau dengar."
"Hm... jancok."
".... itu umpatan."
"G-gomenasai...!!!"
Setelah itu selama tujuh hari tujuh malam, Mario merutuki kebegoannya. Mario pikir dia sama Naura bakalan langsung pegat gara-gara itu tapi beruntung Naura bilang gapapa. Papanya gak tersinggung dan bisa maklum kok. Makanya Mario juga masih bisa lanjut pacaran sama Naura sampai sekarang.
Dan saat ini pun kemudian tiba lagi. Tak ingin mengulang kesalahan yang sama, kali ini Mario mau memberi kesan baik pada Papa nya Naura. Doi juga sudah membeli martabak manis setelah survey polling di twitter perkara mana makanan yang wajib dibawa buat ketemu orang tua pacar. Dan pilihan terbanyak jatuh pada martabak manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] La Petitè
Fiksi PenggemarKatanya, menetapkan cinta sejati pada orang yang ditemui saat SMA merupakan hal ternaif di dunia ini. Mario dan Naura mungkin adalah contoh kecil dari kenaifan itu. written on: Dec 22, 2022 - Oct 17, 2023. ©RoxyRough