🌸 Naura's Story

314 84 18
                                    

Naura memang berencana membesuk Miku di rumah sakit hari ini selepas mata kuliah terakhirnya selesai. Kebetulan Naura tidak punya jadwal kelas sampai sore. Dan gadis itu pun juga sudah memberitahu Miku perihal dia yang mau datang menjenguk, melalui dm.

Namun yang namanya rencana manusia seringkali tidak sejalan dengan rencana Yang Maha Kuasa. Alias, tahu-tahu siang itu, Naura dipanggil ke kantor jurusan. Katanya berkas pengajuan ijin magangnya ada yang belum lengkap.

Berhubung sebentar lagi angkatan Naura memang akan menjalani masa magang, mau tak mau si gadis terpaksa harus memenuhi segala urusan administrasi yang selalu saja ribet dan pasti memakan waktu lama.

Buat jaga-jaga, Naura kembali mengirim pesan sama Miku kalau sepertinya dia akan menjenguk di malam hari saja karena ada urgensi lain. Sekilas Naura perhatiin gelembung chat nya yang terakhir belum ada keterangan sudah dibaca. Pun Miku belum membalas dan akunnya tampak sedang tidak online.

Cukup aneh karena biasanya Miku selalu fast reply. Tapi Naura enggan berasumsi banyak. Pikirannya lebih riweuh ngurusin berkas-berkas buat ijin magang.

"Akhirnyaaa ya Tuhan!" lenguh Naura.

Sekarang udah jam enam. Beres urusan admin tadi, Mario lalu mengajak Naura ngaso di warung somay deket kampus. Abang somay nya nitip jagain gerobak sama Mario soalnya dia mau solat. Karena Mario memang udah langganan di sana jadi sabeb aja Abangnya main nitip-nitip gitu.

"Untung kelar ya," tanggap Mario. Naura mengangguk, "Makasih loh Bee udah bantuin bolak-balik fotokopi tadi. Eh kamu sendiri emang udah lengkap semua ya berkasnya?"

"Belum juga tapi enggak dipanggil tuh? Dan lewat-lewat aja sih di perusahaan tempat aku apply intern."

Naura langsung ngeh, "Iya juga ya tergantung perusahaannya ihh pantesan aku ribet banget. Nyesel nggak ikut sama Jevando kemaren pas ngurus-ngurus berkas."

Mario cuma haha hehe aja. Terus dorong mangkok siomaynya biar Naura lanjut makan, "Dah lupain. Gak boleh ada penyesalan dalam hidup. Life must go on."

Naura membenarkan sambil tersenyum.

"Abis ini mau langsung ke rumah sakit?"

"Iya. Aku udah janji sama Miku."

Lantas selesai makan dan tentunya setelah si Abang siomay kembali, mereka pun berangkat ke rumah sakit tempat Miku dirawat. Karena jam besuk malam dimulai pada pukul 8, Mario mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Toh mereka enggak lagi diburu waktu.

Setibanya di rumah sakit, dm Naura ke Miku masih belum dibaca oleh gadis itu. Beruntung di chat mereka sebelumnya Miku memang sudah pernah mengirim info soal kamar inapnya, jadi Naura sama Mario bisa bertanya ke suster penjaga dan langsung menuju kamarnya saja.

Jasmine - 13.

Tepat di depan papan nama kamar itu, langkah Naura melambat. Di sana terlihat orang tua Miku yang berjalan bolak-balik pada posisi yang sama dengan cemas. Seolah mereka sedang menunggu sesuatu.

Sesuatu yang amat penting.

Tak lama kemudian seorang laki-laki berjas putih didampingi dua suster keluar dari dalam kamar. Orang tua Miku langsung mendekatinya, mereka saling berhadapan. Dokter itu berbicara dengan kedua tangan menyatu dibawah badannya sembari menunduk.

Degup jantung Naura mendadak berdetak cepat. Sekon berikut, badan sang Ibu terhuyung, ia tersedu. Ayah dari Miku menahan pundak istrinya dalam raut tak kalah pilu.

"Bohong... nggak mungkin...." monolog Naura, firasatnya tak tinggal diam seketika memproses keadaan.

Di saat pandangan Ibu itu bertemu dengannya. Naura langsung berlari menghampiri.

[✔️] La PetitèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang