🌸 Our Story

228 57 8
                                    

Malam itu Mario mengajak Naura ke kondangan kenalannya. Naura pikir siapa, ternyata kenalan yang dimaksud Mario adalah senior di kantor magangnya dulu. Iya, si Gihon.

Mario juga kaget waktu dapat undangan dari Gihon. Meskipun memang sudah lewat lumayan lama dari masa magangnya itu tapi tetap saja Mario tidak menduga kalau Gihon akan menikah dalam hitungan bulan yang cukup cepat.

"Ini bakal jadi pertama kalinya ya aku ketemu sama temen-temen magang kamu," kata Naura. Sudah cantik dengan cepolan rambut sederhana dan dress lace berwarna vintage, dia duduk di kursi penumpang selagi Mario menarik seatbelt untuk diri sendiri.

"Iya ya. Ntar kamu bakal ketemu sama Jean juga."

"Pasti bakal cantik deh dia. Apalagi kalau ntar dianya pakai dress." 

Mario mengulum senyum. Lalu tanpa aba-aba mendekat ke depan wajah Naura. Membuat gadis itu refleks memundurkan kepalanya pula hingga merapat pada sandaran jok.

Masih dari posisi itu Mario menarik seatbelt milik Naura, sambil menatap gadisnya lamat, "Kamu juga cantik banget kok malem ini. Aku sampai harus nahan diri loh buat nggak 'merusak' dandanan kamu dari awal dateng tadi."

Naura mengerjap kikuk. Setelah resmi pacaran kembali rasanya degup jantung Naura jadi meningkat berkali-kali lipat setiap Mario melakukan hal kecil apapun padanya.

Misal saja, semudah kecupan ringan di keningnya. Rona merah muda segera saja menjalar di kedua pipi sang gadis. Mario bahkan tidak ingat apa Naura membubuhkan terlalu banyak blush on di pipinya karena sekarang bagian itu jadi amat sangat merona.

"Udah ah, buruan jalan! Ntar macet tau," halau Naura malu.

Cowoknya cuma bisa terkekeh gemas, "Oke."

Sampai di kawasan hotel tempat acara resepsi diadakan, Mario dan Naura berjalan beriringan ke dalam ballroom. Dari arah berlawanan mereka bertemu dengan Jean yang juga kebetulan baru datang. Gadis itu memakai brokat dress selutut berwarna coklat muda. Lalu dengan suara yang khas dia menyapa Mario.

Giliran beralih ke Naura, keduanya langsung saling memeluk. Membuat Mario mengerutkan kening aneh.

"Udah saling kenal?"

"Udah dong," Jean tertawa, "pas gue nelpon lo waktu itu kan gue baru aja ketemu sama Naura. Makanya gue tau dia masih jomblo trus bilang ke lo deh buat perjuangin dia lagi."

Kilas balik kala Mario menerima telepon random dari Jean dan setelahnya doi langsung tersedak kuah mie akibat kalimatnya, Jean literally memang hanya ngomong itu saja. Tanpa menjelaskan situasi. Katanya, hanya insting pribadi saja waktu bilang Naura masih jomblo saat itu. Minus mengatakan perihal mereka ternyata memang sudah bertemu sebelumnya. Karenanya Mario juga baru tahu fakta itu sekarang.

"And end up, gak sia-sia dong advice gueee," lanjut Jean bangga sambil menggerling pada pasangan itu, "udah balikan nih yaa. Ciye ciye."

Naura dan Mario hanya membenarkan dalam senyum.

"Lo sendiri masih ldr nih statusnya?" tanya Mario.

Jean mengangguk, "Betah banget emang. Salty in gue dong biar berenti aja. Kadang capek tau. Tapi tiap ngeliat muka dia gue balik bucin lagi. Sebel deh."

"Ya kalau gak ada masalah bagus dong, Jean. Moga berhasil sampai pelaminan."

"Oh, oh, sist don't say that," tahan Jean serta merta. Naura mengernyit bingung.

Jadi Mario bantu menjelaskan, "Dia nggak mau nikah. Katanya ribet."

"Yup. I respect all of newlyweds but I personally not interest to be part of them. Kinda unnecesarry tho."

Ya, Naura nggak begitu kaget sebetulnya. Toh Jean juga memang enggak punya kepercayaan makanya dia terbiasa dengan kultur liberal.

"Tapi lagii, lu berdua mah harus sampe nikah ya! Jangan ikutin gue," peringat Jean, "karena gue mau liat ponakan secara legal dan halal hahaha."

"Ya jelas lah harus legal dan halal. Kalau enggak bisa-bisa dikejar gua sama bapaknya," jujur Mario. Naura tertawa. Pun Jean.

Setelah itu ketiganya disapa oleh rombongan lain. Belakangan Naura tahu kalau itu adalah kolega Mario pula. Oh, dan Naura juga bertemu dengan Jevando Ayumi. Mengingat Ayumi magang di kantor yang sama dengan Mario.

Setelah selesai urusan memenuhi kewajiban tamu undangan, mereka pun pulang. Tadi sewaktu bersalaman, sempat dapat ledekan ringan dari Gihon, sebagai yang mengetahui bagaimana struggle-nya hubungan Mario Naura, dan sekarang tahu-tahu keduanya sudah kembali bersama.

"If the love is true, it will back to you," katanya sok pujangga.

"Ngga bisa bahasa enggress," balas Mario tengil.

Membuat Naura juga si mempelai wanita, terkekeh mendengarnya.

Kini scene telah berganti pada Naura dan Mario yang lagi damai menyenandungkan lagu-lagu Yoasobi melalui audio player mobil sembari menikmati pantulan cahaya resolusi rendah dari lampu jalanan malam itu.

Suasana berubah ketika Naura tiba-tiba mengudarakan pertanyaan acak.

"Yo, gimana kalau pilihan kamu buat balik sama aku lagi ternyata salah?"

Mario menghentikan nyanyiiannya. Bisa dia tangkap gesture resah dari jemari gadis itu yang bergesekan dipangkuan selagi pasang matanya menatap jalanan di depan dalam diam.

Naura masih se-insecure itu dengan hubungan mereka. Wajar. Dimana stereotip yang bilang 'balikan sama mantan sama aja kayak ngulang ending yang sama alias buang-buang waktu', adalah hal yang melatarbelakanginya.

Tetapi perkara jodoh kan ranah Tuhan. Untuk menjawab pertanyaan apakah hubungan ini worth it diulang lagi? Atau apakah kita memang betul ditakdirkan bersama? Ya... siapa yang tahu.

Bagi Mario, perkara menyikapi kasus ini, pegangannya hanya sesimpel; kalau nggak dicoba, kita gak akan tau.

Sama seperti tantangan-tantangan yang konteksnya positif dalam hidup. Gagal setelah mencoba bisa jadi pembelajaran, tapi gagal sebelum mencoba sama dengan membuang kesempatan. Dan Mario sebagai yang berjiwa kompetitif tentu lebih suka opsi yang pertama.

"Kalau ternyata salah, aku nggak keberatan ngulang kesalahan yang sama buat balik ke kamu lagi berkali-kali. Biar aku bisa terus inget, gimana rasanya bahagia secara sederhana."

Naura tersenyum. Sekilas mereka saling bertukar pandang dengan raut senang lalu kembali menghadap depan lagi. Sampai tak lama, mobil Mario sudah tiba di pekarangan rumah Naura.

Sebelum turun Naura bilang, "Makasih. Sekarang aku juga nggak akan ragu-ragu lagi. Mohon bantuannya ya, Rio."

"Siap. Kita sama-sama berusaha ya, Ra." 

Momen malam itu ditutup dengan sebuah pelukan ringan yang hangat.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








[✔️] La PetitèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang